Mohon tunggu...
Nisa Nazira
Nisa Nazira Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

hobi saya membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Malnutrisi pada Masyarakat Menjadi Salah Satu Masalah Serius

10 Mei 2023   11:22 Diperbarui: 10 Mei 2023   11:47 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kekurangan gizi atau undernutrition merupakan dimana kondisi tubuh tidak memperoleh asupan nutrisi yang cukup seperti asupan protein, karbohidrat, lemak, vitamin hingga mineral dan zat gizi penting yang dibutuhkan seseorang untuk menjaga kesehatannya.

 Malnutrisi adalah salah satu kondisi yang berbahaya. Akibat kondisi ini, pengidapnya bisa mengalami berbagai keluhan kesehatan yang terkait dengan gangguan fungsi tubuh. Istilah kekurangan gizi sering kali dikaitkan dengan malnutrisi. Namun, malnutrisi sendiri merupakan masalah kesehatan serius yang terjadi akibat asupan gizi yang tidak seimbang. Baik kekurangan maupun kelebihan gizi itu sama-sama tergolong sebagai malnutrisi.

 Bahkan beberapa penyakit berbahaya pun bisa menyerang apabila tubuh mengalami kurang gizi. Efek dari kekurangan gizi tersebut akan menyebabkan tubuh kurus, wasting hingga stunting. Malnutrisi juga bisa menyerang siapa pun itu, baik anak-anak maupun orang dewasa, tetapi pada umumnya kondisi ini dialami oleh balita dan lansia. Tubuh kekurangan gizi memang menjadi salah satu kondisi yang tidak boleh dianggap remeh begitu saja. Hal tersebut bukan tanpa alasan karena apabila tubuh malnutrisi, maka akan menyebabkan sejumlah masalah pada tubuh.

 Kekurangan gizi biasanya bisa didiagnosis sendiri dan biasanya dapat dirawat sendiri. Gejala yang ditimbulkan seperti kelelahan, pusing, dan penurunan berat badan. Gizi buruk yang tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan hal serius seperti cacat fisik atau mental.

 Penyebab malnutrisi dapat berupa pola makan yang buruk, kondisi pencernaan, atau penyakit lain. Ada berbagai penyebab yang sebenarnya dapat memicu seseorang mengalami malnutrisi, seperti kesulitan mengakses makanan sehat. hal ini biasanya terjadi pada masyarakat miskin yang tidak memiliki uang untuk membeli semua beragam makanan yang bisa memenuhi gizi, dan pada penduduk pendesaan atau pelosok yang jauh dari kota, mereka kesulitan mengakses makanan sehat karena jauhnya jarak yang harus ditempuh. 

Karena hal itulah malnutrisi sering sekali terjadi pada negara miskin dan berkembang, bahkan malnutrisi sering disebut sebagai penyakit miskin. Padahal malnutrisi bukan hanya sekedar kekurangan gizi, kondisi kelebihan gizi pun dapat dikatakan sebagai malnutrisi. Dan perilaku hidup tidak sehat sangat berpengaruh juga terhadap malnutrisi.

 Penyebab malnutrisi lainnya adalah mengalami gangguan kesehatan, kekurangan nutrisi bisa disebabkan akibat adanya gangguan kesehatan yang menyebabkan tubuh tidak dapat menyerap nutrisi dengan baik. Beberapa penyakit yang menyebabkan gangguan penyerapan nutrisi adalah kanker, gangguan hati, hingga mual yang tidak kunjung membaik. Lalu penyebab malnutrisi karena mengidap gangguan mental cukuplah juga serius, kelebihan dan kekurangan nutrisi berisiko di alami oleh beberapa orang yang mengidap gangguan mental, seperti depresi, demensia, hingga anoreksia.

 Memiliki masalah atau gangguan sosial juga memicu seseorang mengalami malnutrisi. Seperti misalnya tidak bisa meninggalkan rumah untuk membeli makanan dan tinggal sendirian yang menyebabkan seseorang malas untuk makan, keterbatasan fisik yang menyebabkan kesulitan untuk bergerak, memasak, atau makan. Kurangnya pengetahuan tentang makanan bergizi seimbang pun memiliki pengaruh besar terjadinya malnutrisi. Faktor resiko malnutrisi seperti seseorang yang mengalami perawatan panjang di rumah sakit, usia, kelelahan, gaya hidup, dan pola makan.

 Menurut Badan kesehatan Dunia (WHO), ada empat bentuk umum kekurangan gizi, yaitu wasting, stunting, underweight, serta kekurangan vitamin dan mineral. Kondisi tubuh yang kurang gizi membuat anak-anak lebih rentan terhadap penyakit dan kematian.

 Masalah gizi di Indonesia terutama di beberapa wilayah dibagian Timur seperti NTT dan Papua Barat, dinilai masih tinggi. Namun, secara nasional status gizi di Indonesia sudah mengalami perbaikan yang sangat signifikan, sebagai contoh provinsi NTT penurunan prevalensi stunting sebanyak 9.1%, hampir 2% pertahun penurunan. Penderita gizi buruk tentu tidak akan lepas dari pantauan tenaga kesehatan, dimana pun kasusnya tenaga kesehatan dibentuk untuk selalu siaga membantu perbaikan gizi para masyarakat.

 Di jakarta, Dirjen Kesehatan Masyarakat kirana Pritasari dengan jelas mengatakan, "Dalam perhitungan data kasus gizi buruk harus diambil dari indeks berat badan menurut tinggi badan (BBTB) atau yang disebut sangat kurus sesuai standar WHO yang disertai dengan gejala klinis."

 Pada 25 januari 2023, kementerian kesehatan Republik Indonesia mengeluarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022. Pada data tersebut dapat diketahui bahwa dari tahun 2021 hingga 2022, indonesia mengalami penurunan angka stunting sebanyak 2,8%. Pencapaian tersebut sesuai dengan target yang direncanakan oleh kementerian kesehatan, yaitu sekitar 2,7% setiap tahunnya. sehingga dengan demikian upaya menurunkan stunting sebanyak 14% pada tahun 2024, diharapkan bisa tercapai sesuai dengan target RPJMN yang telah direncanakan.

 Untuk mencapai target tersebut, kementerian kesehatan melakukan intervensi spesifik stunting yang difokuskan pada masa sebelum kelahiran dan anak usia 6-23 bulan. Adapun bentuk intervensi yang dilakukan adalah seperti pada remaja putri dilakukannya skrining anemia dan mengonsumsi tablet tambah darah (TTD). 

Pada ibu hamil dilakukannya pemeriksaan kehamilan (ANC), konsumsi tablet tambah darah (TTD), dan pemberian makanan tanbahan bagi ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK). Lalu pada balita dilakukannya pemantauan pertumbuhan balita, pemberian ASI eksklusif, pemberian MPASI kaya protein hewani bagi baduta. Tata laksana balita dengan masalah gizi (weight faltering, underweight, gizi kurang, gizi buruk, dan stunting), dan peningkatan cakupan dan perluasan imunisasi.

 Bentuk intervensi untuk pemulihan gizi buruk yaitu dengan pemberian makanan tambahan. Kementerian kesehatan sudah mendistribusikan makanan tambahan berupa biskuit dengan kandungan kaya akan zat gizi ke seluruh puskesmas di Indonesia termasuk wilayah Timur. 

Dalam pemberian makanan tambahan ini agar tepat sasaran, dinas kesehatan melibatkan peran serta kader posyandu di masing-masing tiap desa. Selain itu, dilakukan juga kegiatan surveilans gizi yang dimulai dari masyarakat di posyandu, puskesmas, dan dinas kesehatan, pengumpulan data individu yang teratur akan bisa mendeteksi secara dini masalah gizi yang dihadapi, sehingga analisis dan intervensi yang dilakukan akan tepat sasaran dan tepat waktu.

 Pemerintah melalui dinas kesehatan melakukan tiga peran untuk menanggulangi gizi buruk yaitu regulator, dinamisator dan fasilitator. Penanganan gizi buruk sangat terkait dengan strategi sebuah bangsa dalam menciptakan sumber daya manusia yang sehat, cerdas, dan produktif. Upaya peningkatan sumber daya dimullai dengan asupan gizi serta perawatan yang baik, dengan lingkungan keluarga yang sehat.

 Pada tanggal 26 agustus 2019, kementerian kesehatan menetapkan peraturan menteri kesehatan nomor 29 tahun 2019 dengan pertimbangan bahwa stiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang secara optimal, perlu nya upaya penanggulangan masalah gizi.

 Melakukan edukasi remaja, ibu hamil, dan keluarga termasuk pemicuan bebas Buang Air besar Sembarangan (BABS). Bukan tanpa alasan, adanya intervensi yang dilakukan guna mencegah stunting tersebut, terbukti meningkatkan keberhasilan penurunan stunting di Indonesia, sehingga dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pencegahan stunting jauh lebih efektif dibandingkan dengan pengobatan stunting.

 Dengan demikian, masyarakat Indonesia diharapkan juga terus berpartisipasi aktif dalam melakukan pencegahan stunting, dengan menerapkan perilaku bersih dan sehat, menjaga asupan gizi dengan memperkaya protein hewani, minum tablet tembah darah dan rutin melakukan pemeriksaan ke fasilitas kesehatan terdekat.

 Di wilayah Indonesia Timur sudah ada 10 kabupaten yang menerbitkan regulasi komunikasi perubahan perilaku dalam rangka pencegahan stunting dan masalah gizi lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun