Mohon tunggu...
Nisa Najma Dliya
Nisa Najma Dliya Mohon Tunggu... Lainnya - Siswa

Nisa Najma Dliya - XI MIPA 3 - SMAN 28 Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Meningkatnya Impulsive Buying, Akar Masalah Keuangan

30 Agustus 2020   13:51 Diperbarui: 4 Januari 2021   10:55 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Impulsive buying (pembelian impulsif) merupakan kecenderungan untuk membeli barang atau jasa secara spontan. Hal ini biasanya didorong oleh emosi dan perasaan si pembeli. Studi menunjukkan bahwa sembilan dari sepuluh orang adalah pembeli impulsif. Terlebih lagi, perilaku ini dapat 'menular' dari pihak satu ke pihak lainnya. Perkembangan pembelian impulsive dapat dilihat dari banyaknya toko dan pusat perbelanjaan yang dibangun. Secara umum, perilaku ini dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Pola pikir pembeli merupakan faktor internal yang krusial dalam pembelian impulsif. Terlepas dari gender, usia, dan pendapatan, orang dengan pola pikir hedonis akan tetap mempertahankan perilaku ini. Orang yang hedonis akan mengutamakan kesenangan diri mereka sendiri dan cenderung mengabaikan konsekuensi yang bisa muncul di masa mendatang.

Selain perilaku hedonis, fenomena FoMO juga mendorong pembelian impulsif. FoMo atau Fear of Missing Out merupakan kecemasan yang muncul jika tertinggal atau tidak mengikuti suatu tren. Fenomena ini menyebabkan banyak orang membeli barang atau melakukan tren yang tidak diperlukan.

Faktor penataan tempat juga berpengaruh besar dalam impulsive buying. Perusahaan dan pusat pembelajaan berusaha menciptakan lingkungan yang nyaman untuk para konsumen. Tempat yang luas, harum, dan bersih membuat pembeli betah berkeliling lokasi. Selain itu, penataan produk juga menjadi perhatian penjual. Produk ditata sedemikian rupa sesuai musim dan tren yang ada. Hal ini akan menarik perhatian pembeli.

Tidak hanya itu, para penyedia barang dan jasa juga terus meningkatkan pemasaran produk mereka. Biasanya, mereka bekerja sama dengan artis dan influencer agar produk mereka menjadi tren. Mereka juga akan memberikan promosi berupa diskon, countdown, dan flash sale pada waktu tertentu. Promosi ini dilakukan pada akhir tahun, liburan, dan lebaran, di mana pengeluaran masyarakat pada umumnya mengalami lonjakan.

Impulsive buying perlu dikendalikan. Apabila tidak ditangani, perilaku ini dapat menyebabkan berbagai masalah. Perencanaan keuangan dan pengendalian diri perlu dibentuk untuk mencegah pembelian impulsif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun