Impulsive buying (pembelian impulsif) merupakan kecenderungan untuk membeli barang atau jasa secara spontan. Hal ini biasanya didorong oleh emosi dan perasaan si pembeli. Studi menunjukkan bahwa sembilan dari sepuluh orang adalah pembeli impulsif. Terlebih lagi, perilaku ini dapat 'menular' dari pihak satu ke pihak lainnya. Perkembangan pembelian impulsive dapat dilihat dari banyaknya toko dan pusat perbelanjaan yang dibangun. Secara umum, perilaku ini dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Pola pikir pembeli merupakan faktor internal yang krusial dalam pembelian impulsif. Terlepas dari gender, usia, dan pendapatan, orang dengan pola pikir hedonis akan tetap mempertahankan perilaku ini. Orang yang hedonis akan mengutamakan kesenangan diri mereka sendiri dan cenderung mengabaikan konsekuensi yang bisa muncul di masa mendatang.
Selain perilaku hedonis, fenomena FoMO juga mendorong pembelian impulsif. FoMo atau Fear of Missing Out merupakan kecemasan yang muncul jika tertinggal atau tidak mengikuti suatu tren. Fenomena ini menyebabkan banyak orang membeli barang atau melakukan tren yang tidak diperlukan.
Faktor penataan tempat juga berpengaruh besar dalam impulsive buying. Perusahaan dan pusat pembelajaan berusaha menciptakan lingkungan yang nyaman untuk para konsumen. Tempat yang luas, harum, dan bersih membuat pembeli betah berkeliling lokasi. Selain itu, penataan produk juga menjadi perhatian penjual. Produk ditata sedemikian rupa sesuai musim dan tren yang ada. Hal ini akan menarik perhatian pembeli.
Tidak hanya itu, para penyedia barang dan jasa juga terus meningkatkan pemasaran produk mereka. Biasanya, mereka bekerja sama dengan artis dan influencer agar produk mereka menjadi tren. Mereka juga akan memberikan promosi berupa diskon, countdown, dan flash sale pada waktu tertentu. Promosi ini dilakukan pada akhir tahun, liburan, dan lebaran, di mana pengeluaran masyarakat pada umumnya mengalami lonjakan.
Impulsive buying perlu dikendalikan. Apabila tidak ditangani, perilaku ini dapat menyebabkan berbagai masalah. Perencanaan keuangan dan pengendalian diri perlu dibentuk untuk mencegah pembelian impulsif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H