Beberapa alternatif yang lain yang dapat dilakukan untuk mengurangi beban utang luar negerti adalah sebagai berikut: Pertama, penundaan pembayaran angsuran pokok utang (debt rescheduling) dengan menjadwalkan kembali jatuh tempo pembayaran utang dan bunga. Kedua, pengalihan kewajiban membayar angsuran pokok utang menjadi kewajiban melaksanakan suatu program/ proyek tertentu seperti misalnya yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat serta pemeliharaan lingkungan (debt swap). Terakhir adalah pembebasan atas seluruh atau sebagian utang (hair cut)
Lalu bagaimana dengan negara lain? Bagaimana negara lain terutama negara yang memiliki utang besar dalam menyelesaikan permasalahan utang tersebut?
Salah satu contoh kasus yaitu enam negara pengutang terbesar di Amerika Latin, masing-masing Argentina, Brazil, Cile, Meksiko, Peru, dan Venezuela, dasawarsa tahun 1980-an adalah sebuah dekade yang mengerikan. Pembangunan sosial dan pembangunan ekonomi tidak terjadi dan tidak menyebar hampir ke seluruh negara.
Keadaan sosial-ekonomi negara-negara tersebut stagnan dan untuk beberapa kasus bahkan terjebak utang (debt trap). Akibat krisis utang tersebut, salah satu di antaranya yaitu Meksiko, pada Agustus 1982, menyatakan negaranya bangkrut, sehingga menimbulkan guncangan (shock) keuangan internasional.
Setelah dipelajari lebih lanjut, secara garis besar terdapat dua cara untuk menyelesaikan krisis utang luar negeri negara-negara di Amerika Latin, yakni bekerja sama (cooperative)Â dan konfrontasi (confrontation).
Bentuk penyelesaian utang luar negeri melalui cara konfrontasi seperti (1) penolakan permanen secara radikal dari utang (radical unilateral permanent repudiation of debts) atau penolakan total atas pembayaran baik pokok maupun cicilan utang luar negeri (total refusal to service debts), dan (2) penempatan batasan atas pembayaran pokok dan bunga utang luar negeri yang dikaitkan dengan. Misalnya, persentase pendapatan ekspor (unilateral linkage of debt service to export earnings), dan yang terakhir, menyatakan kebangkrutan sebagai instrumen untuk menyelesaikan negosiasi (responsible unilateral action atau conciliatory default).
Sedangkan, model cooperative terakhir adalah International Debt Conference. Dalam model ini diasumsikan para kreditor dan debitor duduk bersama-sama dalam satu meja untuk menyelesaikan atau bernegosiasi dalam mencari jalan keluar terbaik, untuk menyelesaikan krisis utang luar negeri yang dialami suatu negara.
Setiap negara memiliki cara dan alternative masing-masing dalam mengatasi permasalahan utang luar negeri. Tidak mudah memang dalam menganagi hal ini, karena pembangunan pada setiap negara pasti akan terus berlanjut dan berkembang yang tentunya membutuhkan pendanaan. Namun, dapat dikurangi dengan alternative yang bijak dan matang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H