Mohon tunggu...
Nisa Fitri
Nisa Fitri Mohon Tunggu... -

Perempuan sederhana yang semuanya biasa biasa saja

Selanjutnya

Tutup

Politik

Antara Jokowi, Prabowo, dan Dino

31 Desember 2013   23:05 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:17 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Akhir tahun 2013 diisi dengan rentetan hasil survei capres yang akan bertarung di pilpres 2014.  
Jokowi layak disebut sebagai presiden citra. Hampir semua survei menempatkan posisi Jokowi di puncak survei. Di posisi kedua ada Prabowo. Sementara Dino Patti Djalal, jangankan bersaing di luar calon peserta konvensi Partai Demokrat, diinternal sesama peserta konvensi sendiri popularitas Dino masih dinomor belakang.
Jokowi selama ini dicap sebagai media darling. Namun belakangan terungkap media darling Jokowi terbentuk melalui rekayasa pendukungnya. Elektabilitas Jokowi sebenarnya tak segemerlap apa yang ditampilkan media. Rekayasa yang terlihat vulgar saat ahli IT menemukan banyak sekali akun pendukung Jokowi yang ternyata fiktif. Akun fiktif ini digerakkan oleh tangan tangan manusia yang bekerja bagai mesin. Mereka tidak mungkin bekerja secara sukarela. Lalu, siapa yang membayarnya? 
Popularitas Prabowo dalam berbagai survei seringkali ditempatkan nomor 2 setelah Jokowi. Namun saya berani bertaruh, Jika Jokowi melawan Prabowo di Pilpres maka yang menang adalah Prabowo. Mesin politik Prabowo telah bekerja di seluruh Indonesia. Ada Partai Gerindra, GRIB dan lainnya. Sementara Jokowi hanya mengandalkan citra yang sebentar lagi diprediksi akan luntur dan rontok sendiri.
Sebenarnya, nama Dino Patti Djalal bagi saya begitu menarik. Mengapa? Yang pertama Dino tokoh muda yang cerdas. Kedua, publik masih melihat rekam jejak Dino bagai kertas putih. Tinggal dipoles, Dino bisa saja dalam sekejap muncul sebagai tokoh yang diperhitungkan dalam Pilpres 2014.
Dino sendiri nampaknya enggan bermain dengan citra seperti Jokowi dan Prabowo. Dino sendiri mengaku sebagai capres kere. Beda dengan Jokowi dan Prabowo yang diduga kuat punya dana besar untuk ikut kontestasi capres. Ada isu yang berhembus dibalik pendanaan untuk memoles Jokowi  ditopang oleh pengusaha pengusaha hitam pengemplang BLBI. Prabowo sendiri dikenal juga sebagai pengusaha sukses.
Saya bermimpi presiden RI berikutnya bukan presiden citra. Kita tentu bisa belajar dari bagaimana negeri ini dipimpin oleh Presiden SBY yang selama ini dikenal mengedepankan citra.
Kita semua sepakat bahwa Indonesia ke depan jangan lagi diisi oleh presiden citra. Presiden RI ke depan harus berintegritas, cerdas, visioner dan punya rekam jejak baik. Feeling saya orang itu adalah Dino Patti Djalal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun