Mohon tunggu...
Nisa
Nisa Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa informatika

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sampah Baru di Sampah Baru

21 Februari 2023   09:03 Diperbarui: 21 Februari 2023   09:08 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tergeletak seorang laki-laki dengan dada merekah meneteskan darah segar, organ dalamnya mengisyaratkan perbuatan brutal yang telah dilakukan, tak tahu yang mana tapi bagian dalamnya terasa tidak lengkap lagi. Batang hidungnya remuk memperlihatkan cekungan dalam bekas tumbukan benda berat. 

" Siapa yang melakukan ini?" Ucapan seorang wanita menghentikan sejenak detak jantung yang ramai, membangkitkan otak yang pura-pura lupa akan hal ini. 

" Entahlah, kurasa dia masih ada disini." Ungkap seorang pria pendek agak gelap kulitnya. Aku setuju dengannya, tempat ini mengerikan besarnya menampung puluhan bukit sampah, pemukiman manusia, belasan truk yang berpapasan setiap hari, dan mayat itu masih baru.

 " Apa kalian melihat pria bertopi tadi?" Kali ini pria kurus ikut berdiskusi.

 " Astaga, dia menghampiriku dengan pertanyaan aneh." Pria kurus lain turut serta. Semua orang menjatuhkan anggukan setuju. " Aneh, bagiamana?" desak pria besar itu, ya pria yang suka berseru-seru saat truk datang. 

" Bagaimana tidak, dia bertanya berapa karung yang kudapat, padahal aku pengikat kardus. Dan pakaiannya nampak terlalu bagus untuk seorang pemungut seperti kita" Jawaban seroang wanita yang membuat mata wanita lain mendelik terkejut.

 " kau lihat karungnya? Itu nampak terlalu berat untuk sekarung sampah, dia terbungkuk-bungkut membawannya." kali ini semua orang saling menatap setuju.

 Kau lihat ini kau lihat yang itu, semakin menjadi. Mudah sekali mengisi pikiran manusia dengan kesimpulan yang bahkan belum tentu kesimpulan. Kaki-kaki kembali berlari segera mengejar pria bertopi cokelat. Oh astaga, apa yang akan mereka lakukan pada pria bertopi coklat? Bukan kah bertanya mengenai hal yang kau lakukan adalah ramah-tamah untuk orang baru? Entahlah, aku enyah saja. Sudah kubilang aku tak mau menjadi mereka. Aku bergegas menemui sesorang, dia bilang selagi jantung masih basah harganya akan lebih mahal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun