Cerita Pendek
Hei Asti, apa yang kau lihat itu? Mau pergi kemana kau ini emangnya? Dido menegurku. Ahh, astaga dido! kenapa do? Kau ini muncul tiba-tiba saja seruku. aku terbata – bata untuk menjawab. Jujur saja aku kaget akan kehadirannya yang tiba-tiba. Sudah berada di balik punggungku saja dirinya sambil mengangkat kepala nya melongo-longo berusaha melihat-lihat peta yang berada pada genggaman tanganku. Aku lipat segera peta ku, aku masih sedikit risih dengan kehadirannya dan upayanya yang gigih untuk berusaha mengintip-intip lembaran peta yang masih tergenggam erat pada tanganku. Kegigihannya semakin membuatku ingin menutupi-nutupi rapat peta yang sedang kugenggam. Semakin dia berusaha melihat begitu pun denganku semakin aku berusaha menutup-nutupi dan menghindarinya. Aku tak mau segala urusan dan rencanaku diketahui oleh banyak orang, apalagi rencana ini belum kuanggap matang dan konkret. Masih jauh, masih berbentuk konsep kasar sebatas abstrak, masih jauh untuk dibilang terencana.
Asti, kamu ini memang suka banget sok rahasia-rahasiaan segala, sok misterius ah. Kamu mengenalku sudah cukup lama bukan? Cukup lama untuk mengetahui kebiasaanku, karakterku, kepribadianku. Bukan begitu kawan? Ucap Dido merespon tanggapanku sambil mengeryitkan pandangan matanya berusaha untuk sok serius, iya, sok serius menurutku dan jelas aku udah hapal dengan kebiasaannya dan rasa penasaran yang membuncah dari dirinya ketika rasa penasaran tersebut masih melekat padanya dia tidak akan berhenti mencari tau sampai rasa penasaran itu terobati. Dido, dido.. kau ini pun seperti belum paham dengan kebiasaanku pula, aku gak akan menceritakan segala rencana-rencanaku ketika rencana tersebut belum matang dalam pemikiranku, aku tak suka mengumbar-umbar rencana, kawan baikku! Nanti kau pun akan tau dengan sendirinya, seiring dengan berjalannya waktu.
Do, ini proyek besarku, impianku, aku masih dalam rencana sebatas terpikir dalam otak, masih berada pada konsepan kasar yang belum matang. Yaa kau kan tau lah,aku gak mau mengumbar-umbar dulu gak mau terlalu banyak bicara, nanti bisa gak kesampaian. Bukannya banyak yang bilang terlalu banyak berencana nanti malah gak bakalan jadi, bukan ngerasa pesimis sih. Justru optimis ketika rencana ini tergambar lebih rinci maka pelaksanaan akan berjalan lebih mudah bukan? Tinggal jalan, hehehe seruku menimpali. Ahh, suka-suka kamu lah asti asti, iya lah aku tau sekali dengan kebiasaan mu itu, mau serba terencana, mau serba terprediksi, mau selalu terprogram dan banyak lah blablabla hahahaa kapan sih kamu ini sedikit impulsif? Spontanitas? Kamu ini serba kaku deh dengan pemikiranmu, sedikit challenge (tantangan) akan bagus kali buat adrenalinmu, buat mentalmu, buat melatih dan mengasah kemampuan decision making (membuat keputusan) sebagai decision maker (pembuat keputusan) disaat mendesak dalam memilih dan memutus sesuatu hal, ya walau jangan sembarangan juga, hahaha. Dan aku rasa kamu nih sedang merencanakan perjalanan besar ya? Sewaktu ingin bertemu denganmu, tadi aku sempat melirik jurnal harianmu yang tergeletak di meja, tersebar destination place (tempat tujuan) di nusantara dengan skema-skema tujuan yang berbentuk mapping. Banyak sekali tempat yang ingin kamu jelajahi, Kamu berniat keliling Indonesia ya? Gak ngajak-ngajak! Perginya sendirian aja. Respon Dido dengan mimik muka berlagak ngambek yang dibuat-buat. Minta banget deh dicubit ngelihatnya begitu.
Wuah, dido ngambek! Kayak anak kecil aja nih, kasih balon dulu apa? Biar anteng, bwahahaa, aku tertawa menggodanya tergelitik dengan kelakuannya itu, dia selalu seperti ini berusaha memancing-mancing agar aku mau memberitahu secara rinci rencana-rencanaku, aku berusaha tak mau merespon komentarnya mengenai aku yang kaku dalam bersikap, walau rasanya sedikit gatal juga untuk tidak menanggapi, Tapi aku malas untuk berdebat. Ucapannya memang benar, aku sadar aku memang sedikit kaku. Ya memang begitulah diriku adanya. Kamu ini ya do, baca-baca jurnal harian orang tanpa permisi. Gak sopan tahu! Untung aja isinya bukan yang bersifat pribadi, masih sebatas hal-hal umum. kalo aja itu diary harian udah harus digembok kali disimpen di laci meja atau lemari diperlakukan seperti harta pusaka, Yasyukur gak punya diary harian. Kalo ada mungkinudah diobrak-abrik deh sama kamu. Bakal kena deh aku, habis lah aku.Bahayaaa! Omelku padanya. Waduuh, udah kena omel aja, pagi-pagi gini, mana belum sarapan lagi, masih dalam kondisi 3 L banget, lemas, lesu dan lapar. Gak ada tenaga buat dengerin omelan kamu astii..seru dido Lagian juga kamu ini naruh jurnal pribadi gitu sembarangan, malah dengan posisi terbuka gitu, siapa yang gak bakal ngelirik sih? Mancing banget deh, Minimal orang bakal ngelirik ngelihat ini jurnal punya siapa? Geletakan, dan bakal ada kepikiran ketinggalan apa ya? Nah, iya kan? Balas dido dengan sewot menimpali. Hah? Oh, iyaa juga yaa. Iya sih do, maaf yaa do, salah kira diri ini, habisnya kamu kan memang kebiasaan hahaha seruku lagi gak mau kalah. Oh, 3 L? yauda sih do, 2 M aja, mandi dan makan sana! Lapar dan lesu kok masih terus dipelihara. Mandi biar wangi plus segar itu badan, makan biar semangat dan bertenaga, konkrit kan? Aku berujar sambil tersenyum berusaha mengalihkan pokok pembicaraan di awal, pembicaraan ini akhirnya bisa aku tarik kearah lain, berharap dia teralihkan perhatiannya menjadi lupa dan aku pun tersenyum puas dalam hati.
Alamak, kamu ini ah bawel kayak emak-emak aja deh. Rame emang kalo udah ngomong sama kamu ya asti. Gak berhenti-henti. Yauda deh, mau makan dulu aja baru mandi beresnya makan biar sekalian gosok giginya abis makan ucapnya sambil berlalu menuju tujuannya untuk mencari makan. Oke do, selamat makan ya! Yang banyak makannya biar kenyang ya do, nambah bukan masalah do! Dadaahh dido, akhirnya dia berhenti mengusikku dan aku pun bisa bernafas lega. Bukan menjadi masalah orang tahu apa yang kurencanakan, hanya saja ketika rencana tersebut memang siap untuk diceritakan. Aku pun berniat melanjutkan kembali apa yang hendak aku pikirkan sedari tadi sebelum kehadiran dido dan dalam kesendirian, segera aku tenggelam dalam lautan pemikiran dan perenungan.
Bagiku hidup adalah sebuah perjalanan, bagikuhidup adalah untuk memilih. Aku sedang berpikir untuk memilih apa yang pantas untuk kisah hidupku, perjalanan hidupku, dan aku akan menciptakan suatu moment dalam hidupku, sejarah hidupku, garis takdirku. Biarlah bumi dan dunia yang hening dan diam serta sunyi ini merekam jejakku dalam ceritanya tersendiri, menjadi saksi bisu dari berbagai aktivitas manusia yang hidup dan tinggal di atasnya. Aku hidup, tinggal dan besar di Indonesia, aku berdarah murni Indonesia, aku tidak berdarah campuran atau half blood sebagaimana istilah yang biasa dipakai dalam salah satu karya novel yang terkenal, aku pure blood dari Indonesia, aku warga Indonesia. Aku cerminan dari keberagaman suku di Indonesia, ibuku kelahiran dari provinsi Bangka-Belitung, ibuku besar dan tinggal di Bangka. Ibuku bersuku melayu dan Ayahku lahir dan besar di Malang Jawa timur, ayahku bersuku Jawa. Aku mewakili keberagaman suku, dan itu adalahhal yang patut kubanggakan. Aku berniat melakukan perjalanan, menjelajahi dataran bumi pertiwi tanah airku Indonesia, hal inilah yang kurencanakan dan untuk sementara waktu aku simpan sebagai konsumsi pribadiku sendiri. Indonesia adalah negara yang luas untuk dijelajah, menarik untuk diamati, dikaji dan diteliti. Peta yang temanku Dido tanyakan tadi, adalah peta Indonesia, aku sedang berusaha memplot daerah-daerah yang menjadi tempat tujuankusebagaimana yang telah Dido singgung-singgung dari tadi ketika ia mempertanyakan jurnal harianku. Perjalanan menjelajahi tanah air Indonesia adalah sebuah prioritasku. Dan selalu menjadi prioritas utama.
Ehm, Negara Indonesia sebagai cerminan keberagaman, aku ingat pada semboyan bhinneka tunggal ika, itu didasarkan pada keberagaman yang ada di Indonesia. Keberagaman tidak untuk mengesampingkan kebersamaan para warga negara Indonesia, karena kita dibentuk berdasarkan satu cita, visi dan misi yang sama, sebagai masyarakat yang terjajah dan hendak merdeka. Indonesia sebagai negara kepulauan menyajikan keunikannya tersendiri, memberikan ciri khasnya masing-masing, pulau-pulaunya yang tersebar dan tidak menghalangi untuk bersatu menjadi satu bagian Negara berdasar pada kenyataan bahwa Indonesia adalah Negara Kesatuan. Aku ingin sekali mengunjungi banyak tempat di nusantara, dan aku tidak sekedar ingin melainkan bermaksud untuk segera mewujudkannya, sekarang! Mengetahui tidak berarti memahami ataupun mengerti, melihat belum tentu mengamati, mendengar dengan keterbatasan indera tidak memungkinkanku mengetahui secara menyeluruh dan utuh. Belum lagi dipengaruhi oleh faktor-faktor keberagaman perspektif dalam menyikapi sudut pandang, aku ingin memahami Indonesia berdasarkan penginderaan yang telah Tuhan berikan padaku. Memahami Indonesia melalui caraku. Berdasarkan jalanku, menempuh proses-proses dimana aku terlibat langsung di dalamnya. Itulah cara serta bentuksyukurku sebagai manusia dan sebagai warga negara Indonesia.
Selang beberapa waktu, ketika aku sedang asyik sendiri menjelajahi ruang pikiranku, dan bergumul dengan pikiran - pikiranku yang melintas - lintas bebas dalam dimensinya tersendiri, membenamkan diri dan memfokuskan diri pada satu hal tertentu. Tak kusangka-sangka, ternyata Dido pun kembali menghampiriku. Kukira dia bakal kembali kepada urusannya sendiri dan tidak mengubris lagi urusanku, ternyata dia masih mempunyai perhatian dan ketertarikan dengan apa yang aku geluti sekarang ini. Hey, asti aku sudah kembali kemari untuk mengerecokimu, semoga pikiranmu sudah mendingin dan tidak mengacuhkan aku disini, jika kembali mengemukakan alasan aku belum segar atau bermaksud mengusirku dengan memperhalus bahasa tidak segar itu tadi karena aku bau belum mandi itu sudah tidak bisa menjadi alasan lagi, kalau masalah lapar menurutku itu masalah pribadi dan tidak akan menggangu orang, ya lain halnya dengan masalah bau badan. Itu memang akan menggangu lingkungan sekitar, Aku rasa itulah yang menjadi point utama. Semoga aku tidak mengganggumu dikarenakan masalah bau badan karena itu sudah beda persoalan hahaha ucapnya mencari pembenaran atas tindakannya padaku ketika menghampiriku sambil menepuk-nepuk pundak. Ah, yaa yaaa, bisa saja kamu punya alasan. Sudah stok alasan dulu yah? Apa baru dapat inspirasi ketika kepala mu itu terbasuh air dingin? Gerutuku padanya. Kenapa jadi nyinggung-nyinggung masalah bau badan pula, sepertinya konteks menjadi semakin melebar saja kalau selalu ditanggapi, sudah kali ini aku berhenti menanggapi. No comment aja deh pikirku. Jadi ada urusan apa kiranya, sampai-sampai saudara Dido di waktu luangnya berkunjung kemari mencoba membangkitkan sedikit kegusaran kepada diri ini yang banyak pikiran? tanyaku berbasa-basi dengan sedikit sarkasme yang ditekankan pada kalimat tertentu. Paling dia sudah kebal dengan sindiranku yang menekankan padanya untuk tidak mau diganggu ini. Yasudah lah biarkan saja dia, mau disini berlama-lama pun sudah tak masalah, sesukanya lah, setidaknya rencanaku sudah mulai mencapai titik cerah. Oh, kehadiran saya disini mungkin dengan niatan baik bermaksud sedikit memberikan inspirasi jika pintu diskusi untuk bertukar pikiran dengan saudari terbuka , mengingat tadi dikatakan saudari asti sedang gusar dengan pikiran-pikiran yang ada dalam benaknya sambutnya menanggapi sambil tersenyum simpul. Aku menyerah pada kegigihannya. Maka aku biarkan ia terlibat dalam urusanku.
Begitu, jadi saudara Dido ini ingin membantu meringankan kegusaranku, baik sekali, sungguh mulia niatannya. Oke, silahkan. Hahaa, iya do, aku sedang merencanakan dan menyiapkan perjalanan ku menjelajah tanah nusantara. Aku berambisi jadi petualang, hehehe. Peta yang sedari kugenggam-genggam ini adalah peta Indonesia, aku sedang melakukan plot peta, orientasi peta ujarku mulai berterus terang padanya. Semoga tercapai ya do segala ambisi dan keinginanku ini amiin, aku meneruskan padanya. Aminn.. Nah, begitu kek dari tadi, susah sekali memaksamu untuk membuka mulut, eh gak sih kalo membuka mulut kamu dari tadi udah bawel gak terkira, ngeles melulu. Susah sekali bagimu bercerita tentang rencana berpetualangmu itu. Begini kan enak, udah jelas arah pembahasannya kemana. Gak ada penasaran-penasaran lagi, dido merespon sambil terkikih-kikih. Puas sekali dia sepertinya, berhasil menghilangkan rasa penasaran yang sedari tadi telah ia rasakan.
Jadi tempat yang bakal menjadi tujuan perjalanan kamu ini kemana ti? Bakal berapa lama waktu yang akan kamu sediakan buat melaksanakan proyek pribadimu itu? Ini terkait urusan kerjaan? Dido bertanya lebih lanjut. Aku dukung banget buat proyekmu itu, emang kamu ini gak pernah bisa diam, gak betah kayaknya kalau gak punya kegiatan, kalau asti mendadak diam dan kalem gak ngapa-ngapain itu gak kamu banget, bakal heran teman-temanmu nanti. Terusnya berkomentar. Walah, segitunya ya aku. Sebegitu gak bisa diam kah? Masalah kalem jangan salah kamu, aku ini perempuan kalem dan anggun loh candaku padanya. Iya makasih ya do buat dukungannya selalu, emang best friend banget deh, top! Banyak tempat yang bakal aku kunjungi, dan banyak makan waktu juga kemungkinan. Aku mau mengamati kebiasaan warga sekitar di lingkungan setempat. Istilahnya perjalanan terusan nanti, bukan urusan kerjaan sih. Aku lagi ada waktu senggang jadi aku manfaatkan mungkin terkait urusan kerjaan aku bisa sekalian meneliti dan mengkaji aspek kebudayaan di daerah setempat, Jelasku. Waktu yang aku habiskan nanti mungkin ada sekitar dua bulan lamanya lah untuk perjalanan kali ini, dan akan dilanjutkan di lain waktu. Sebenarnya proyek ini pun sudah mulai dicicil dari beberapa waktu yang lalu, ada sekitar satu bulan persiapan, tapi baru terasa mantap hari ini, terangku. Wah, bakal seru banget tuh. Bakal banyak cerita. Jadi kamu mau kajian budaya juga ya? Berangkat per tim nanti kamu? Atau berangkat sendiri saja? Jadi tempat tujuan utama bakal kemana? Tempat pertama yang bakal kamu kunjungi? Cecarnya bertanya. Hidupmu memang benar-benar sebuah perjalanan, kamu memang benar-benar menikmati prosesya Rastya Adinda ucapnya disertai menyebut nama lengkapku. Iya dong, hidup memang harus dibikin banyak cerita lah. Masak monoton melulu. Hidup kan dinamis bukan statis. Apa esensinya kita sebagai manusia hidup di dunia ini kalau gak bawa manfaat buat sesama? Ini salah satu caraku mewarnai hari-hariku. Proses lah yang harus dinikmati, tujuan memang merupakan target yang mengarah ke sebuah pencapaian akan tetapi setelah tercapai pun kita akan kembali kepada proses untuk mencapai tujuan selanjutnya, kembali dan gak bakalan habis-habis. Intinya, belajar itu banyak di tahapan proses yang pasti. Sejarah itu diciptakan dan aku berupaya untuk menciptakan sejarah hidupku sendiri, dengan mengabadikan momentum yang ada dan dijalani selama berlangsungnya hidupku. Berkaitan dengan tujuan ekspedisiku nanti, Aku berencana menetapkan tujuan pertama ke daerah Sumatera Barat do, aku mau menelaah dan menjamah daerah sepanjang pulau Sumatera, tapi mungkin diawali dari Sumatera Barat khususnya daerah Padang dan sekitarnya. Mungkin aku bakal fokus kepada kajian budaya kesukuan minangkabau, aku akan fokus meneliti kesana. Menurutku, Itulah keunikan dari Indonesia, masing-masing budaya dan adat-istiadat daerah memiliki ciri khasnya masing-masing dan tidak serta merta dipengaruhi oleh wilayah territorial. Walaupun pada umumnya, dan secara jamak Indonesia menganut system kekerabatan baik itu parental maupun patrilinear dari sisi ayah atau pihak laki-laki bukan berarti tidak ada kemungkinan untuk berbeda, itulah keberagaman yang ada di Indonesia. Dan suku minangkabau menganut system kekerabatan berdasarkan system matrilinear dari sisi Ibu atau pihak perempuan. Dan hal tersebut tetap eksis hingga saat ini, Yang akan aku soroti nanti mungkin ke aspek pengaruh dari globalisasi kepada nilai-nilai adat-istiadat di daerah. Apakah berpengaruh besar? Dikaitkan dengan akulturasi dan asimilasi budaya, serta apa yang akan terus dipertahankan sebagai nilai-nilai kearifan lokal pada budaya setempat? Itu jelas menarik, berhubung kita belum tentu tau, karena sifat dinamisnya dari hukum adat dan adat istiadat tersebut, apakah itu akan berpengaruh besar dan signifikan pada perkembangan budaya di daerah setempat? Itulah yang mengusikku hingga saat ini, dan selalu aku pertanyakan terus-terusan, berkenaan dengan eksistensi adat-istiadat daerah dibenturkan dengan adanya proses globalisasi. Rencananya sih aku bakal berangkat sendiri saja, belum ada buka obrolan lagi dengan rekan-rekan tim. Ini memang murni proyek pribadi, hanya aspek kajian budaya yang memiliki sedikit keterkaitan ke bidang profesiku, menunjang profesi memang, jawabku. Asiikkk, panjangnya penjelasan dari ibu Rastya Adinda, clear banget deh. Paham aku paham. Jadinya bakal berangkat sendiri aja nanti, gak asik banget kalau bagian yang itu ti. Gak ada teman diskusi loh nanti, sebagai sarana pertukaran perspektif, itu dibutuhkan loh. Pandangan multiperspektif sebagai perbandingan. Gak ajak-ajak temamu ini? Ajak serta temanmu ini lah. Basa-basi pun juga gak ada, padahal udah dipikirin dari sebulan yang lalu gitu. Turut sertakan aku ya ti dalam proyekmu itu, aku kan juga suka dan hobi melakukan perjalanan sedari dulu, serunya sambil mengeluarkan jurus untuk memintaku mengajaknya turut serta dalam rencanaku kedepan ini. Berbeda denganku yang memang ingin selalu terencana, penuh dengan pertimbangan, selalu berusaha memastikan kondisi dan keadaan sebagai upaya meminimalisir terjadinya potensi resiko, Dido berkepribadian sedikit impulsif, tindakannya didasarkan pada intuisi dan spontanitasnya. Dia menyukai tantangan dan suka jika merasa tertantang, jiwanya selalu bersemangat, berpikiran optimis. Dan inilah yang selalu aku kagumi darinya, berlawannya perbedaan karakter kami tidak menghalangi kedekatan kami dalam berteman. Melainkan menambah wawasan dan pengertian kami sepenuhnya akan suatu bagian dari bentuk keberagamaan yang unik, kami dapat saling mengisi dan melengkapi satu sama lain, suatu nilai menjadi berarti karena adanya perbandingan dan perbandingan ada karena suatu perbedaan, perbedaan adalah suatu hal yang lumrah dan wajar serta mutlak adanya. Hahaha, aku sudah tau reaksimu akan seperti itu, didooo… aku tertawa geli padanya. Bakal butuh persiapan panjang loh? Apakah kamu sudah memikirkannya? Memangnya kamu gak sibuk? Gak ada agenda lain? Maaf, bukan maksudku gak ingin mengajakmu turut serta. Aku bakal memberitahumu kok, kamu ini sudah su’udzon saja. Soalnya kurasa kamu pun lagi sibuk bukan, aku malah senang kalau kamu sempat dan bisa turut serta, pandanganmu dibutuhkan kali do.. hehehe lanjutku malu-malu karena mengakui memang dia berbakat dan seseorang yang pintar. Kita bakal berangkat kapan ti? Kamu udah siap dengan segala tiket perjalanan dan biayanya? Butuh berapa lama persiapan yang harus aku siapkan? Aku adalah jiwa yang bebas, aku tinggal bawa badan saja bisa kok, gak akan merepotkan. Masalah pekerjaan aku memang sibuk kemarin-kemarin, tapi itu sudah aku tuntaskan dari kapan hari. Karena aku mengenal diriku adalah jiwa yang bebas dan bersifat spontan, selagi ada kesempatan untuk menuntaskan kewajibanku segera aku tuntaskan untuk menghindari kemungkinan hal-hal seperti ini, jadi aku bisa tenang gak ada beban untuk mengikuti agendamu. Aku pun sudah mencium gerak-gerikmu yang mencurigakan dari enam hari yang lalu sepertinya kamu sedang membuat rencana besar dan senang jika aku dapat kesempatan untuk turut serta, ucapnya to the point sambil tersenyum. Oke, mari kita berangkat dua minggu lagi Dido, ada kesempatan waktu dua minggu untukmu menuntaskan segala urusan pribadimu dan sekaligus bersiap menyiapkan segala kebutuhan perjalananmuselama dua bulan lamanya untuk berpetualang. Aku percaya kamu telah siap, dan tentang tiket akan kuurus segera besok, masalah biaya jangan lah ditanya lagi. Ini sudah melalui proses perencanaan dido, sudah tentu aku persiapkan sebelumnya, kalau dirimu sih aku yakin kamu bisa mengaturnya dan tidak ada kendala atas itu. Ternyata gerak-gerik mencurigakanku sudah tercium enam hari lamanya oleh dirimu, memang tak pandai menyembunyikan sesuatu terhadapmu diriku ini.
Maka perjalanan ini segera terwujudkan, bagaimana dido? Dua minggu ke depan kita akan mulai menjelajah. kami siap menjelajahi nusantara, tanah air Indonesia, kami akan menyelamimu dan senantiasa mencoba memahami bahasamu yang terdalam. Kami jiwa-jiwa yang bebas, yang bebas untuk mengeksplore dan mengungkapkan segala potensi yang ada pada tanah air kami tercinta, kami akan teriakkan kepada dunia bahwa ini lah tanah air kebanggaan kami, kami menjejakkan diri di atasnya, menghirup udara dan tumbuh besar di tanahnya. Kami akan bersiap, perjalanan kami telah dimulai. Kami akan siap menyambut mentari pagi yang mengisi hari-hari kami untuk memulai hari dengan perasaan optimis, dan kami menunggu hari untuk segera mengabdi padamu ibu pertiwi, waktu itu segera tiba. kami ingin lebih mengenalmu Indonesia. Dimana kami telah tumbuh besar dan berkembang sedemikian rupa, Indonesia tanah kelahiran kami. Aku beserta kawanku akan memulai menjelajahi Indonesia, mari menunggu hari esok.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H