Rubaiyat itu selalu terngiang di kepalaku
Tak kala indra pelafalan melayu menggebu
Tak mau lagi henti untuk bersemedi
Rubaiyat itu bukan dari sang penyair romawi
Bukan pula dari penyair arabi
Apalagi dari hamba-Mu ini
Berbeda pula dengan karya jalaluddin rumi
Tak henti pada denting waktu
Rubaiyat karya-Mu akan selalu dilafalkan
Dari mulai Kau pilih untuk diwahyukan
Dan terpilih seorang untuk menjadi utusan
Tak hening  sedetik pun rubaiyat berbunyi
Selalu bersambung seusai satu kemudian satu lagi hingga tak terbatas pada aku
Rubaiyat ini
Semoga kan terindahkan
Dibumbui pula sifat keikhlasan dari  tuan yang sadar akan kenikmatan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H