Mohon tunggu...
Nisa Awwalia Nurul Ilmi
Nisa Awwalia Nurul Ilmi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

ASEAN Regional Forum dalam Mengatasi Ancaman Nuklir Korea Utara

15 September 2024   13:17 Diperbarui: 15 September 2024   13:29 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ancaman Nuklir Korea Utara di Semenanjung Korea

Masyarakat tentu tidak asing lagi mengenai keberadaan nuklir milik Korea Utara yang mmembuat gelisah kawasan Semenanjung Korea. Dalam studi Hubungan Internasional, kondisi ini dapat disebut sebagai sebuah ancaman. Media baru-beru ini merekam aktivitas ketegangan yang terjadi di kawasan Semenanjung Korea. Dilansir dari laman CNN Indonesia (10/09/2024) menjelaskan mengenai situasi terkini kawasan yang semakin memanas dan permintaan dukungan Korea Selatan kepada ASEAN. Dalam acara workshop yang diselenggarakan oleh Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) pada 10 September 2024 di Westin Jakarta, Lee Jang Keun, Duta Besar Korea Selatan untuk ASEAN meminta bantuan kepada Asia Tenggara untuk ikut serta berada di garda mereka mencegah ancaman nuklir Korea Utara di kawasan Semenanjung Korea. Pada artikel ini akan dibahas mengenai keberadaan ASEAN Regional Forum yang dapat menjadi salah satu solusi penyelesaian isu permasalahan nuklir yang mengundang perhatian dunia. 

ASEAN Regional Forum (ARF)

ASEAN Regional Forum (ARF) merupakan platform yang memprakarsai dialog dan kerja sama di kawasan Asia Timur. ARF hadir sebagai forum utama kerja sama keamanan kawasan Asia Pasifik yang beranggotakan 27 negara. ARF lahir dengan balutan nilai-nilai utama ASEAN yang mengedepankan rasa percaya antar anggota, pengambilan keputusan melalui konsensus, gaya diplomasi non-intervensi tanpa kekerasan, dan keputusan akhir yang menguntungkan bagi semua pihak. Dalam Brunei Air Force Handbook dijelaskan dua peran utama ARF dalam mendukung pelaksanaan tujuan ASEAN, diantaranya: pertama menciptakan cara dialog yang konstruktif dan solutif, dan kedua mewujudkan upaya pembangunan dan diplomasi preventif di kawasan Asia Pasifik.

Lahir melalui buaian ASEAN, ARF dikenal sebagai organisasi yang memiliki tingkat institusional yang rendah. Sejak berdiri ARF bukanlah suatu institusi lembaga yang mengikat dan memiliki mekanisme formal dalam mencapai kesepakatan bersama. ARF lahir dengan membawa cita-cita mempromosikan perdamaian di tengah sistem internasional. Menurut Garofano (1999), ARF menjadi forum yang membangun identitas anggota bahwa suatu dialog diperlukan dan menjadi tolak ukur negara-negara dengan harapan mengatasi konflik kepentingan yang ada. Oleh karenanya, ARF dibentuk melalui struktur kelembagaan yang terdiri dari dua tingkat, yaitu Track-I dan Track-II. Melalui struktur kelembagaan ini, ARF aktif menyelenggarakan sejumlah kegiatan lokakarya maupun konferensi tentang berbagai isu permasalahan.

ASEAN Regional Forum dan Ancaman Nuklir Korea Utara

ASEAN Regional Forum memiliki peran yang signifikan bagi perdamaian kawasan Semenanjung Korea. ARF menjadi salah satu forum andalan ASEAN untuk menjaga stabilitas kawasan terdekat Asia Tenggara, yaitu Indo-Pasifik. Melalui Association South East Asian Nations (ASEAN) pada 4 Februari 2022, ASEAN mengeluarkan lembar pernyataan sebagai respons uji coba misil yang dilancarkan oleh Korea Utara. ASEAN menyatakan kesiapan organisasi untuk memainkan peran konstruktif forum ARF dan berkomitmen mempromosikan penyelesaian konflik secara damai antar negara yang bersitegang. Pada lembar pernyataan yang terbit pada tanggal 12 Juli 2023 juga menyatakan hal yang sama. ASEAN mencantumkan ARF sebagai salah satu forum yang menjadi dorongan Korea Utara sebagai salah satu negara anggota untuk ikut berkomitmen mencegah ketegangan yang meluas di kawasan.

Eric J. Ballbach dalam jurnalnya yang berjudul North Korea’s Engagement in International Institutions: The Case of the ASEAN Regional Forum menyebutkan citra negatif Korea Utara di mata dunia. Sistem telah membentuk persepsi dan kepercayaan bagi masyarakat bahwa Korea Utara telah menjadi suatu permasalahan internasional. Sebutan lain mengenai Korea Utara sebagai “hermit kingdom” membentuk sistem dan belief bahwa Korea Utara tidak mampu dan mengabaikan sistematisasi sistem internasional melalui komunitas internasional. Meskipun demikian melalui forum ASEAN Regional Forum (ARF), Korea Utara memiliki interaksi yang menarik dalam keterlibatannya untuk mewujudkan rencana keamanan regional yang dibentuk untuk kawasan Asia Timur.

Ballbach melalui jurnalnya memaparkan tiga pokok penting evaluasi keterlibatan Korea Utara dalam ARF. Pertama, model kelembagaan ARF yang sesuai dengan kepentingan Korea Utara menjadi dasar hubungan keterlibatan Korea Utara. Kedua, ARF menjadi jembatan bagi Korea Utara. ARF membantu Korea Utara mendapatkan ruang dialog bersama negara-negara yang tidak memiliki hubungan diplomatik degannya, seperti Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Jepang. Ketiga, ARF menjadi panggung. Sebagai panggung, ARF memberikan fasilitas bagi Korea Utara untuk bertindak di depan, berinteraksi secara langsung dengan negara lain. Sehingga memanifestasikan drama atau tontonan baru kepada publik mengenai tindakan negara itu sendiri.

Sebagai forum yang tidak mengikat negara-negara di bawahnya, Jurgen Haacke dalam The ASEAN Regional Forum: from dialogue to practical security cooperation, ARF sebagai forum ciptaan ASEAN kini tidak hanya berpacu pada fasilitasi dialog antar negara melainkan telah meluas kepada pengoperasian praktik keamanan kawasan. Cakupan studi permasalahan ARF mencakup permasalahan terorisme, keamanan maritim, dan mitigasi bencana. Jurgen menjelaskan bagaimana ARF telah berjalan lebih jauh dalam membahas suatu isu permasalahan. Pertama, dengan tetap mempertahankan label forum dialog bagi keamanan kawasan, negara anggota perlahan siap menuju melanjutkan kerja sama praktikal lebih jauh. Kedua, nega anggota juga menggejar peningkatan kapasitas keamanan di luar forum. Ketiga, kerja sama praktis yang dibangun negara-negara ASEAN berasal dari inisiatif negara ASEAN untuk mewujudkan tujuan keamanan. Keempat, kegiatan yang diadakan oleh negara anggota masih menjadi rancangan jangka pendek yang belum dapat diestimasikan seperti apa.

Oleh karenanya, ARF sebagai forum ASEAN memiliki potensi yang besar dalam usaha mengurangi ketegangan di Semenanjung Korea. Sebagai lembaga dialog, ARF dapat berkembang lebuh jauh menjadi lembaga praktik yang siap menjalankan misi di luar forum ARF. Selain itu, inisiatif langsung yang berasal dari negara anggota ARF semakin memberikan kemungkinan dan lampu hijau yang dapat menurunkan tensi terjadinya konflik nuklir Korea Utara yang meluas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun