Mohon tunggu...
Nisa Aula safitri
Nisa Aula safitri Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Membaca

Selanjutnya

Tutup

Seni

Kesenian Ebeg Purbalingga

8 September 2024   16:26 Diperbarui: 8 September 2024   16:42 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

KESENIAN EBEG

PENDAHULUAN

          Kesenian merupakan perwujudan asli dari hasil budaya masyarakat yang secara tidak langsung menjadi sebuah adat istiadat atau kebiasaan yang lazim dilakukan oleh suatu daerah tertentu. Kesenian di sini tercipta sebagai bentuk ungkapan dari rasa karsa manusia yang tidak hanya menampilkan unsur keindahan namun juga unsur budi luhur sebagai suatu mahakarya manusia yang memiliki nilai moral ajaran hidup. Indonesia menjadi negara yang terkenal dimata dunia oleh adanya keberagaman dari aspek apa pun. Mulai dari banyaknya agama/kepercayaan yang dianut, suku, ras, budaya dan kesenian yang bersatu padu di bawah semboyan Bineka Tunggal Ika dan tentunya itu menjadi daya tarik wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara.
        Di era serba digital sekarang ini masyarakat telah banyak mengalami perubahan. Mengingat tingginya arus globalisasi di kalangan generasi milenial saat ini dapat membuat jati diri bangsa hilang. Masyarakat selalu dihadirkan oleh apapun serba instan sehingga memudahkan dalam hal informasi dan komunikasi. Derasnya arus globalisasi menumbuhkan generasi yang selalu mencontoh kebudayaan luar yang jauh dari adat istiadat setempat. Maka dari itu diperlukan pelestarian kebudayaan asli Indonesia agar kaum muda tidak mudah goyah dengan menyerap budaya luar yang bertentangan dengan nilai-nilai budaya serta norma yang ada di masyarakat.
        Kesenian Ebeg adalah salah satu kesenian lokal yang tidak terpengaruh oleh budaya lain dan menjadi warisan nenek moyang sejak dulu. Kesenian ini tumbuh dan berkembang didaerah Jawa Tengah khususnya masyarakat yang menggunakan dialek Ngapak. Ebeg merupakan bentuk tarian yang dalam pertunjukannya diiringi dengan alat musik gamelan (Lestari & Apriani, 2019). Tari Ebeg menggambarkan prajurit penunggang kuda yang sering ditampilkan diacara hajatan warga setempat. Tarian Ebeg selalu dipenuhi dengan atraksi mengerikan yang hanya dapat dilakukan oleh orang terlatih. Atraksi yang biasa dilakukan biasanya berupa memakan pecahan kaca, memakan ayam hidup dan masih banyak lagi adegan ekstrem yang dipertontonkan ditarian Ebeg ini.
         Namun seiring dengan perkembangan zaman belakangan ini kesenian Ebeg seolah mati ditelan bumi. Masyarakat sudah sangat jarang menggelar kesenian ini untuk sekedar hiburan atau pada acara khusus. Kebanyakan dari mereka telah berpindah minat ke pagelaran organ tunggal ataupun dangdutan dalam rangka memeriahkan hajatan. Secara tidak langsung kesenian Ebeg yang merupakan budaya asli daerah terlupakan dan termakan zaman. Tidak hanya sampai di situ saat ini jarang sekali ditemukan muda-mudi yang antusias untuk belajar tarian Ebeg. Regenerasi pemain Ebeg sangat tidak terlihat sebab kurang minatnya terhadap kesenian Ebeg. Kaum muda sekarang ini terlalu sibuk dengan dunia gadgetnya sehingga banyak kesenian daerah tidak lagi dianggap eksistensinya.
          Begitu banyak jenis kesenian entah itu berupa tarian, alat musik, dan lainnya yang telah diwariskan oleh nenek moyang kita. Alangkah baiknya kita sebagai generasi penerus bangsa yang memiliki tugas mengisi kemerdekaan ini mempertahankan dan melestarikan kesenian yang ada agar tidak diklaim oleh negara lain dan nantinya kita juga dapat menikmati kesenian yang ada ini.

ISI


            Kesenian adalah wujud serta hasil cipta rasa manusia sebagai bentuk upaya apresiasi dan cerminan ekspresi yang tertuang dalam berbagai kebiasaan dan karya seni. Kesenian banyak sekali macamnya mulai dari kesenian tradisional, modern dan pasca modern. Begitu banyak kesenian yang ada di Indonesia salah satunya yakni kesenian Ebeg. Kesenian Ebeg awal mula berasal dari daerah Jawa Tengah yakni Banyumas yang hingga kini telah berkembang di berbagai daerah terkhusus daerah yang memiliki bahasa keseharian dialek Ngapak. Ebeg atau nama lainnya kuda kepang merupakan kesenian yang berbentuk tarian dengan menggunakan boneka kuda yang terbuat dari bambu yang dianyam dengan bagian kepala diberi aksen rambut dari ijuk. Kata Ebeg berasal dari kata Eblek yang berarti anyaman bambu bergambar kuda. Salah satu hal mendasar yang menjadi daya tarik dibalik kesenian Ebeg adalah dalam pertunjukannya banyak membawakan unsur magis. Unsur magis yang dimaksud disiniberupa perkataan dan perbuatan. Magis perkataan berupa lantunan doa yang dilakukan oleh pawang Ebeg dalam rangka mengundang roh (indang) untuk ikut serta dalam pertunjukan. Adapun magis perbuatan adalah sebuah sesajen yang dilakukan untuk pemanggilan roh yang bertujuan merasuki penari saat pertunjukan inti (Mariah & Sunaryo, n.d.).Salah satu daerah yang terkenal dengan kesenian Ebeg di Kabupaten Purbalingga. Kabupaten Purbalingga dengan populasi warganya yang kerap kali menggelar kesenian Ebeg disaat penyelenggaraan acara hajatan. Kesenian Ebeg yang terkenal di Kabupaten Purbalingga adalah Kuda Kepang atau lebih dikenal dengan Ebeg sarat. Masyarakat sangat antusias kala kesenian Ebeg ini dipentaskan dan menjadi ajang hiburan serta kesenian masyarakat setempat.


a. Tari


Tari ialah gerak ritmis nan indah dari tubuh manusia. Gerak ritmis sendiri adalah gerak berirama yang selaras dan teratur menyesuaikan dengan ketukan atau tempo nada iramanya. Menurut Jazuli tari memiliki arti penting dalam kehidupan manusia yakni sebagai hiburan serta komunikasi.


b. Sejarah Kesenian Ebeg


Ebeg atau dalam artian berbagai daerah berarti kuda lumping atau jathilan merupakan bentuk kebudayaan seni daerah Ngapak sejak abad 16 yakni saat pasukan warok dipercaya menjaga kadipaten Demak Bintoro. Kesenian Ebeg berbeda dengan wayang yang isinya masih mengenai Hindu-Budha serta tokohnya (Firdaus, n.d.). Dalam pertunjukannya kesenian Ebeg terdiri atas pelaku, gerak, tata rias dan busana, iringan, tempat pertunjukan, serta properti. Istilah dari pertunjukan yang disajikan sering diartikan masyarakat sebagai proses, penampilan dan pementasan. Aspek-aspek yang ada dalam Ebeg merupakan elemen pokok dari keseluruhan bentuk penyajian yang telah diatur tata letaknya yang satu sama lainnya memiliki keterikatan dan saling mendukung proses pertunjukan. Kesenian Ebeg berisi sebuah tarian yang menggunakan lagu-lagu Jawa Ngapak lengkap dengan logatnya. Adapun contoh lagu yang dibawakan saat tarian Ebegberlangsung adalah Ricik-Ricik Banyumasan, Tole-Tole, Waru Doyong dan lain sebagainya. Kesenian Ebeg dimainkan secara kelompok atau grup. Dalam sebuah grup Ebeg terdiri atas:


1. satu pemain sebagai peraga barongan (topeng macan jawa)
2. dua pemain topeng yakni penthul dan tembem
3. beberapa pemain gamelan jawa
4. seorang nayaga (pegiring) dengan beberapa anggota penarinya.
5. Tetua adat atau pawang (Penimbul)


Alat musik dasar dalam Ebeg adalah Bendhe atau mirip gong kecil terbuat dari logam kemudian peralatan musik lainnya seperti kendang, saron, kenong, dan terompet.

 

c. Macam jenis gaya yang diperankan dalam kesenian Ebeg meliputi:


1. Gerak
Ciri gaya kesenian Ebeg adalah geraknya yang tegas dan patah-patah yang lebih menonjolkan gerak bahu dan pergerakan pinggul. Pada posisi jari telunjuk ditekuk kedepan. Contoh gerak yang ditampilkan dalam pertunjukan Ebeg ini adalah salah satu. penari Ebeg dimasukkan ke dalam sebuah kurungan dan posisi tangan telah diikat dengan sangat kuat. Sebelumnya kurungan telah diisi dengan kebaya, kain jarik, stagen, dan selendang sebagai penutup kepala. Kemudian penimbun membaca mantra dan melalui pembakaran oman diiringi alunan musik nantinya penari yang awal tadi masuk ke dalam kurungan keluar dengan lengkap menggunakan segala jenis isian dalam kurungan dengan kondisi tangan yang masih diikat. Hal ini sebagai wujud bahwasanya adanya kekuatan dari roh halus yang ikut serta membantu jalannya pertunjukan. Setelah keluar penari kemudian berkeliling penonton dengan membawa wadah untuk meletakkan uang yang disumbangkan para penonton. Hal seperti ini biasa disebut dengan sintren.


2. Iringan


Iringan pada kesenian Ebeg mendominasi intrumen gamelan Jawa. Gamela Jawa terdiri atas gendang, bonang penerus, bonang barung, saron, demung, slenthem, gambang, kenong, kethuk, dan gong. Selain gamelan Jawa ada juga alat musik modern seperti drum dan snare.kesenian Ebeg digelar dengan variasi dan menarik.


3. Rias dan kostum


Jenis rias serta kostum yang dipakai dalam kesenian Ebeg sangat bervariasi contohnya adalah rias gagah telengan dengan perlengkapan kostum yang terdiri atas celana, kain jarik, stagen, sabuk, ilat-ilatan, sampur, beskap, kalung, kaos kaki, ikat kepala, sumping, dan gongseng.


4. Properti


Kesenian Ebeg adalah satu jenis kesenian yang mengedepankan tari sebagai unsur utama dengan menggunakan properti berupa kuda kepang. Kuda kepang dibuat rekaan kepang dengan jenis bahan utamanya berupa anyaman bambu yang menjadi ciri khas dari kesenian ini. Property lain yang digunakan adalah tombak/pedang, tameng dan kacamata hitam.


5. Tempat pertunjukan


Kesenian Ebeg sebagai hiburan masyarakat dipentaskan dalam berbagai acara seperti festival, hajatan, perlombaan serta perayaan hari-hari tertentu. Tempat yang digunakan dalam pertunjukan Ebeg adalah tempat yang luas seperti lapangan atau tempat yang biasa digunakan untuk pementasan. Pemilihan tempat ini dikarenakan suatu grup kesenian Ebeg dapat mencapai 30-50 orang perkelompok.


d. Kesurupan dan Janturan


 Kesenian Ebeg dalam penampilannya menggunakan jaran kepang yang terbuat dari anyaman bambu dan penari seolah mengendarainya. Penari menggunakan kostum selayaknya penari jathilan pada Reog Ponorogo. Hal yang membedakan tarian tradisional Ebeg ini dengan tarian lain adalah pada kesenian Ebeg para penari saat menampilkan tarian seperti terhipnotis dan secara tidak sadar mereka telah kerasukan oleh roh halus yang secara sengaja diundang untuk ikut serta meramaikan pertunjukan. Aroma mistis dalam kesenian Ebeg ini sangat kental bahkan terkadang pula ada penari yang kerasukan atau kesurupan (dalam bahasa Jawa) sangat sulit untuk disadarkan.

Di sini adalah momen inti yang ditunggu-tunggu pengunjung. Tidak jarang pula pengunjung yang menonton adegan pementasan ini ikut kerasukan. Ini menjadi ciri khas Ebeg Bayumasan yang membedakannya dengan pementasan kuda lumping lainnya. Saat pemain dan penonton kerasukan pergelaran Ebeg menjadi sedikit lebih kacau dan brutal. Terkadang mereka ikutan menari di tengah penonton dan meminta dimainkan musik yang bagus dan apabila musik berhenti maka penari pun ikutan berhenti. Kemudian di akhir sesi nantinya pemain yang kerasukan tersebut akan disembuhkan menjadi manusia biasa yang hanya bisa melakukan hal-hal normal dan wajar oleh seorang seorang Penimbul. 


e. Perkembangan Ebeg Masa Kini


Pertunjukan Ebeg yang awal mulanya hanya digunakan sebagai ritual sekarang ini telah mengalami pergeseran pesat ke dalam sebuah ajang seni pertunjukan yang bernilai ekonomis. Pembenahan dalam Ebeg mulai dilakukan seperti pada aspek penataan gerak tari dan juga kostum serta properti dan lainnya. Sekarang ini Ebegbanyak dipentaskan pada acara hajatan pernikahan maupun khitanan. Selain itu Ebegyang awal mula dilakukan didaerah Banyumas kini telah berkembang ke berbagai daerah di Jawa khususnya yang berlogat Ngapak seperti Cilacap, Kroya, Kebumen, Purbalingga, Banjarnegara dan masih banyak lagi. Kebanyakan daerah merayakan pementasan Ebeg selain saat hajatan mereka melakukan pertunjukan pada saat awal sura atau tahun baru Jawa. Pementasan Ebeg secara luas selalu dilaksanakan secara ramai dan dapat ditonton tidak hanya oleh warga daerah pementasan akan tetapi dapat ditonton oleh seluruh

SIMPULAN


Kesenian Ebeg adalah salah satu kesenian tradisional dari daerah Banyumas. Nama lain dari kesenian ini adalah kuda lumping, jathilan, jaran dhor, barongan dan lain sebagainya. kesenian ini menampilkan banyak peran seperti pemain penari, pemusik, dan kesatria. Pertunjukan ini dilakukan secara kelompok dengan ditonton oleh banyak penonton dan dilakukan di tempat terbuka seperti lapangan dan/atau halam luas yang biasanya digunakan untuk pertunjukan. Lagu yang digunakan sepanjang pementasan adalah lagu yang menggunakan logat Ngapak seperti eling-eling, ricik-ricik Banyumasan, sekar gandrung dan lain sebagainya. Iringan musiknya biasa berupa calung, gamelan dan gong.

Kesenian Ebeg berbeda dengan jathilan atau kuda lumping pada umumnya. Perbedaan yang mencolok dari kesenian Ebeg ada pada gerakannya. Pada gerakan kesenian Ebeg terlihat lebih kasar dan jogetnya menyesuaikan dengan instrument musiknya sedangkan jathilan atau jaranan gerakannya lebih halus. dalam pertunjukannya dipercaya akan kehadiran indhang atau roh leluhur yang nantinya masuk ke dalam diri pemain sehingga terciptalah unsur kesurupan atau mendem.

Melalui mistisnya kesenian ini dikenal banyak oleh masyarakat Indonesia. Tidak banyak dari mereka yang ingin menonton pertunjukan Ebeg untuk sekedar hiburan ataupun lainnya. Namun di zaman sekarang ini generasi muda yang kecenderungan melihat dan meniru apapun yang ada dalam dunia media sosial memberikan pengaruh tersendiri terhadap ancaman kehilangan budaya dan kesenian tradisional yang telah ada sejak dulu. Kita sebagai penerus bangsa harus tergerak hatinya untuk dapat terus menjaga dan melestarikan keragaman budaya serta dapat menyaring berbagai budaya asing yang dapat mengancam budaya bangsa Indonesia.

 Sebagai generasi muda tentunya kita tidak pernah rela apabila kesenian yang telah ditinggalkan nenek moyang kita sejak dulu hilang begitu saja atau bajkan diklaim oleh negara lain sebagai karya seninya. Oleh karena itu sebagai penerus bangsa kita harus dapat menyaring apapun yang ada. Kita tidak dituntut untuk mengikuti budaya luar. Kita harus dapat belajar dan mengambil pelajaran positif dari adanya globalisasi. Adanya kecanggihan komunikasi harus dimanfaatkan untuk kita memperkenalkan budaya kita ke belahan dunia. Kita harus bangga dengan apa yang kita miliki.

Upaya masyarakat Purbalingga dalam menjaga dan melestarikan kesenian Ebeg terwujud dalam kegiatan pembelajaran kesenian Ebeg oleh para pelajar usia sekolah menengah pertama dan menengah atas.Kegiatan pelatihan dilakukan di luar jam sekolah dengan peranpelajar di sini adalah sebagai generasi muda yang tentunya akan meneruskan warisan kesenian tradisional Ebeg. Mereka dilatih memainkan gamelan yang ada dan mengambil peran pemain Ebeg lainnya seperti penari Ebeg yang mempelajari mistisnya kesenian Ebeg. Hal demikian adalah wujud nyata yang telah masyarakat Purbalingga  laksanakan untuk menjaga dan melestarikan kesenian tradisional Ebeg.

Daftar Pustaka

 http://e-journal.hamzanwadi.ac.id/index.php/tmmt

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun