Mohon tunggu...
Nisa Agustina
Nisa Agustina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UNS Kebumen

Hobi menyayi dan nonton film

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pentingnya Memepertimbangkan ChatGPT dalam Pendidikan Tinggi

4 November 2024   09:26 Diperbarui: 4 November 2024   09:33 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Perkembangan terkini teknologi kecerdasan artifisial (AI) tengah memasuki babakan baru. Kemunculan teknologi AI generatif-komunikatif ChatGPT (Generative Pre-trained Transformer) yang dikembangkan OpenAI tengah mendekonstruksi peradaban.

Kemampuan mesin tersebut menjawab hampir semua pertanyaan yang diajukan mulai dari menerjemahkan, mengoreksi tata bahasa (grammar), menulis kode pemrograman komputer, dan lain-lain membuat penggunaannya semakin meluas. Sebagian pekerjaan yang sebelumnya dilakukan manusia, kini bisa relatif mudah, makin cepat, dan lebih mudah dikerjakan menggunakan AI.

Peran manusia dalam berbagai tugas dan pekerjaan pelan-pelan mulai tergantikan. Terkhusus pada bidang pendididkan tinggi sekarang . Sejumlah makalah ilmiah dengan ChatGPT sebagai penulis pendamping mulai bermunculan.

Namun, kemunculan dan penggunaan teknologi AI seperti ChatGPT sesungguhnya bisa meningkatkan kualitas pendidikan dan pengajaran. Kuncinya bergantung pada kajian awal yang dilakukan untuk berbagai potensi positif dan negatifnya. Tujuannya untuk memahami hakikat teknologi AI, dampak, serta responsnya bagi praktik pendidikan tinggi.

ChatGPT telah menarik minat besar dari para pemangku kepentingan lembaga pendidikan di seluruh dunia sebagai sarana revolusioner untuk mendidik dan mendukung siswa. Beberapa lembaga pendidikan sedang menyelidiki cara-cara untuk mengintegrasikan pendekatan kecerdasan buatan (AI) ini sebagai bagian dari sistem pendidikan mereka, mengidentifikasi kemampuannya untuk merevolusi teknik tradisional, meningkatkan interaksi siswa, serta menciptakan lingkungan belajar yang spesifik .

Di satu sisi, ChatGPT dapat digunakan secara efektif untuk meningkatkan pendidikan ketika kekurangannya dipahami. Selain memberikan tanggapan terhadap pertanyaan berbasis teori, ChatGPT juga dapat menghasilkan ide untuk artikel penelitian , meskipun siswa harus memastikan bahwa tanggapan yang dihasilkan dapat diandalkan sebelum menggunakannya. ChatGPT, sebagai alat komunikasi yang efektif (yaitu, Chatbox), juga dapat menawarkan komentar yang membangun pada artikel penelitian dan menumbuhkan pemikiran kritis dan argumentasi siswa .

Dalam hal keterampilan bahasa siswa, ChatGPT juga dapat meningkatkan kesetaraan dalam proses pendidikan dengan menyamakan harapan bagi siswa dari latar belakang penutur bahasa Inggris non-asli .

Demikian pula, ChatGPT dapat digunakan untuk membantu fakultas dalam menghasilkan materi untuk modul tertentu, mengembangkan materi dan kegiatan pendidikan (yaitu, mendukung pembelajaran mandiri), menerapkan penilaian dan evaluasi, dan mendukung proses penulisan penelitian. Ini juga dapat digunakan untuk meningkatkan teknik pengajaran yang bijaksana dengan menguji teknik evaluasi yang ada dan memverifikasi konten, struktur, dan kemampuannya, bersama dengan GenAI, yang mengharuskan fakultas untuk menghasilkan penilaian bukti kecerdasan buatan yang menghasilkan evaluasi asli dari hasil pendidikan siswa.

Namun, sebuah studi baru-baru ini menemukan bahwa akurasi dan keandalan dianggap sebagai kendala paling umum yang dihadapi saat menggunakan ChatGPT dalam pendidikan. Tantangan yang terkait dengan keandalan melibatkan ketergantungan pada informasi yang bias (yaitu, rentang data terbatas yang digunakan) kurangnya informasi yang diperbarui dan memberikan data yang tidak akurat/palsu yaitu, menyajikan referensi yang dibuat-buat.

Selain itu, ketergantungan yang berlebihan pada ChatGPT dapat berdampak negatif pada kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan memecahkan masalah . Mengenai plagiarisme, data menunjukkan bahwa artikel yang ditulis menggunakan ChatGPT dapat menghindari deteksi oleh sistem pemeriksaan plagiarisme tradisional . Selain itu, sebuah studi baru-baru ini menemukan bahwa undang-undang dan peraturan mengenai hak cipta dan hak kekayaan intelektual masih berlaku saat menggunakan konten yang dihasilkan AI. Penyalahgunaan informasi yang dihasilkan oleh ChatGPT dapat mengakibatkan pelanggaran hak cipta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun