Mohon tunggu...
Anisa Amal
Anisa Amal Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Aksesibilitas Kaum Disabilitas dalam Penggunaan Transportasi Umum TransJogja

4 Desember 2017   09:43 Diperbarui: 4 Desember 2017   09:52 2997
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aksesibilitas di ruang publik bagi kaum difabel  masih menjadi persoalan utama yang mereka hadapi sekarang ini. Meski telah ada seperangkat aturan hukum yang melindungi mereka, namun yang terjadi pada kenyataannya belum banyak ruang publik yang menyediakan fasilitas baik fisik maupun non fisik untuk mempermudah aktifitas mereka. Tercatat pada tahun 2009 terdapat 2,1 juta penyandang catat dan tahun 2012 jumlahnya meningkat menjadi 3,84 juta (Pendataan program perlindungan Sosial Badan Pusat Statistik).

Secara harfiah, kemandirian seorang penyandang cacat harus didukung dengan tersedianya sarana pendukung yang memadahi. Seperti yang telah di sebutkan dalam Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 468/KPTS/1998 juga menyebutkan bahwa teknis pada bangunan umum dan lingkungan haruslah mengakomodasi beberapa aspek yang harus dipenuhi antara lain ; kemudahan, keselamatan, kegunaan, dan kemandirian. Dari beberapa aspek tersebut keempatnya harus dipenuhi dengan baik oleh penyedia transportasi umum, karena perhatian tidak boleh di pukul ratakan dengan pengertian masyarakat secara luas namun juga harus kita ketahui bahwa didalam pengertian masyarakat secara luas tersebut terdapat kaum difabel atau penyandang disabilitas yang merupakan bagian dari masyrakat yang juga membutuhkan sarana publik.

Sarana dan pendukung dalam memenuhi fasilitas umum yang dilakukan oleh pemerintah Yogyakarta adalah shelter/ halte bus ptas Trans Jogja.Trans Jogja merupakan salah satu aset milik dinas perhubungan yang bekerjasama dengan PT. Jogja Tugu Transportasi. Sedangkan keunggulan dari Trans Jogja itu sendiri adalah aman, nyaman, dan ber-AC. Sebagai sarana transportasi publik Trans Jogja garus mampu mengakomodasi kepebntingan semua masyarakat termasuk kaum penyandang disabilitas.

Fakta di lapangan mengatakan bahwa halte bus Trans Jogja masih mempunyai kekurangan yang menyebabkan kaum penyandang cacat mengalami kesulitan dalam menggunakannya. Kekurangan yang ada meliputi: desain ramp,dimensi pintu, layout shelter dan yang terkahir adalah desain alat ticketing.

Pengertian rampdisini adalah suatu bidang miring yang terdapat di shelteryang memiliki ketinggian yang berbeda dan dengan kemiringan tertentu sebagai jalan alternative bagi orang yang tidak dapat menggunakan tangga.  Ramp di desai dengan sudut kemiringan yang terlalu curam. Kondisi ini malah justru menyulitkan kaum disabilitas dalam mengaksesnya. Berdasarkan hasil pengamatan, justru rampshelter bus Trans Jogja sama sekali tidak memenuhi standarisasi sarana publik yang baik dan benar. Hal tersebut justru mengakibatkan kelelahan otot, apalagi jika memakai standar dibawah standar nasional.

Desain rampyang sempit dan tidak mempermudah pengguna (kaum difabel) dan bentuk ticketingyang tidak sesuai standar menyebabkan kursi roda tidak bisa masuk ke dalam shelter sehingga hal tersebut masih belum ramah terhadap kaum difabel. Selain itu portal ticketing juga tidak ramah pengguna kaum difabel. Sebagai upaya uji coba kelayakan secara langsung kaum beberapa kaum difabel yang menggunakan kursi roda melakukan uji coba dengan naik bus Trans Jogja, dan hasilnya mereka kesulitan saat naik ke halte maupun saat turun karena ukuran ramp,ticketing, dan portal ticketing yang menurut pengamat masih terlalu kecil dari standar ukuran kursi roda.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan diatas makan perlu adanya redesain atau perancangan ulang terhadap shelter bus Trans Jogja demi didapatnya fasilitas shelter yang mengakomodasi semua kepentingan (universal design) termasuk kaum penyandang disabilitas yang menggunakan kursi roda dan menjadikan mereka menjadi pribadi yang mandiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun