[caption id="attachment_341297" align="aligncenter" width="630" caption="Blue Point Beach dilihat dari tebing tinggi (dok. Marischkaprue)."][/caption]
Sudah bukan rahasia lagi bila Pulau Bali menjadi salah satu destinasi favorit para turis untuk berlibur.
Jangan tanyakan tentang keindahan alamnya, mulai dari pantai tempat untuk berjemur, gunung yang membawa hawa sejuk, hingga suasana pedesaan yang jauh dari hingar bingar kota dan dilingkupi hektaran sawah hijau sejauh mata memandang, semuanya ada di Bali.
Dari puluhan pantai yang ada, Blue Point Beach menjadi destinasi favorit para turis. Mau tahu alasan Blue Point Beach tmenjadi destainasi favorit? Yuk, simak cerita saya dan keluarga saat berkunjung ke Bali, April 2013 lalu.
Three in One ala Blue Point Beach
Siang itu, hari kedua bagi kami (saya, suami, tiga kakak, dan tiga keponakan umur 5, 7, dan 10 tahun) berada di Bali. Cuaca Bali yang panas memang sangat cocok dengan landscape alamnya yang notabene pantai. Setelah hari pertama mengelilingi kota Denpasar dan sekitarnya, hari kedua kami ingin bermain di pantai sepuasnya.
Blue Point Beach terletak di kawasan Uluwatu, arah selatan Pulau Bali, Desa Pecatu. Dari kota Denpasar, Anda akan membutuhkan waktu sekitar 45 menit untuk sampai di Uluwatu. Sebenarnya, di daerah Uluwatu ada empat pantai yang layak dikunjungi, yakni Balangan, Dreamland, Padang-padang, dan Blue Point Beach. Namun, keeksotisan alam dan ombak di Blue Point Beach bak surga yang membuat para turis lebih senang berkunjung ke sini. Mereka kerap menggunakan Blue Point Beach untuk berselancar. Tak pelak, sejumlah eksibisi selancar bertaraf internasional sering dilaksanakan di pantai yang memiliki arti pantai dengan pemandangan biru.
[caption id="attachment_341298" align="aligncenter" width="389" caption="Keberadaan Tebing yang tinggi seolah-olah ikut menjaga keaslian dari Blue Beach Point "]
Siapkan stamina Anda, terutama kaki saat hendak ke Blue Point Beach. Setibanya di lokasi parkir (retribusi parkir mobil sebesar Rp 5.000 saat itu), Anda harus menuruni ratusan anak tangga hingga mendekati bibir Blue Point Beach.
Namun, Anda juga tak perlu khawatir, sebab ratusan anak tangga ini tersusun rapi. Di sepanjang perjalanan anak tangga, Anda juga bisa membeli oleh-oleh khas Blue Point Beach dan Bali, lho. Kalau tidak punya pakaian salinan, Anda bisa membelinya di sini. Separuh dari perjalanan ini terdapat deretan kamar mandi yang disewakan untuk turis. Fungsinya bisa untuk buang hajat atau tempat bilas (mandi) bagi turis yang ingin mengganti pakaian setelah diterpa deru ombak Blue Point Beach.
Selama perjalanan itu pula, Anda akan berpapasan dengan para turis yang umumnya berasal dari mancanegara. Mengenakan pakaian setengah telanjang, mereka berjalan sambil membawa papan seluncur. Hhhm, benar-benar surga peselancar sepertinya Blue Point Beach ini, pikir saya kala itu.
Suasana agak gelap menyelimuti kami saat tiba di tangga terakhir menuju Blue Point Beach. Bila Anda bertemu tangga bebatuan yang curam dan diapit oleh tebing tinggi nan kokoh, hal itu menandakan bahwa Anda telah mendekati bibir pantai. Lelah perjalanan menuruni ratusan anak tangga pun terbayar dengan panorama alam si surga peselancar. Sekitar pukul 15.00 WITA, kami tiba di Blue Point Beach.
[caption id="attachment_341302" align="aligncenter" width="583" caption="Air di pinggir Blue Point Beach masih jernih."]
Pemandangan bule berjemur menyambut kami begitu sampai di bibir Blue Point Beach. Ya, melepas penat berselancar, banyak turis wanita yang berjemur di tengah teriknya matahari, mengenakan two pieces. Karena Blue Point Beach ini dikelilingi oleh tebing, Anda bisa meletakkan barang bawaan di pinggir tebing. Selanjutnya, biarkan alam memanjakan tubuh Anda bersama deburan ombak.
Betapa senangnya keponakan saya saat bertemu Blue Point Beach. Tanpa ragu, mereka langsung bermain air. Kewaspadaan harus dimiliki setiap pengunjung karena bibir pantai ini memiliki banyak karang. Kaki Anda bisa tersangkut karang hingga luka karena kecerobohan. Selain itu, deburan ombak yang besar juga bisa membuat badan Anda kuyup. Jadi, tetap waspada, ya terlebih lagi bila membawa anak kecil!
Sementara itu, saya dan kakak saya hanya duduk-duduk di pinggir goa sambil menikmati suasana Blue Point Beach. Saya melihat banyak turis berseliweran membawa papan selancar. Yang istimewa, ada turis dengan kaki satu tetap semangat untuk berselancar di Blue Point Beach. Rupanya, hal itu tidak mengecilkan hatinya untuk bermain bersama ombak di Blue Point Beach.
[caption id="attachment_341299" align="aligncenter" width="583" caption="Memiliki satu kaki bukan penghalang bagi turis ini untuk bercengkrama bersama ombak Blue Point Beach."]
Tak puas hanya menikmati wisatawan berselancar, saya pun sedikit mengeksplor kawasan Blue Point Beach. Dari tepi tebing yang menyerupai goa--tempat saya berteduh, ternyata ada celah kecil yang mengantarkan pengunjung menikmati luasnya Blue Point Beach. Di sini tebing-tebing yang mengelilingi Blue Point Beach semakin tereksplor kegagahannya. Bak bodyguard, tebing ini seolah-olah ikut menjaga keaslian panorama Blue Point. Dari tempat ini pula, Anda bisa merekam keindahan Blue Point Beach dengan bidikan kamera secara leluasa.
[caption id="attachment_341300" align="aligncenter" width="583" caption="Panorama Blue Point Beach kala menjelang senja."]
Karena dikelilingi oleh tebing dan karang, keponakan saya ternyata sangat betah bermain di sini. Mereka bisa menangkap ikan-ikan kecil yang ada di pinggir karang.
Dari pengalaman saya, ibarat kata, three in one keasyikan yang Anda rasakan bila berkunjung ke Blue Point Beach, yakni berselancar, menangkap ikan, dan tentunya narsis :D Perlu diketahui juga bahwa suasana pantai di sini tidak seramai di Pantai Kuta atau Nusa Dua. Kebersihan pantai pun masih terjaga. Mungkin karena letaknya yang jauh dari perkotaan. Pokoknya nggak rugi deh kalau berkunjung ke sini. Meski harus menuruni ratusan anak tangga, tapi semuanya terbayar dengan panorama alamnya yang masih bersih, tenang, dan damai.
[caption id="attachment_341301" align="aligncenter" width="583" caption="Blue Point Beach.. Surganya peselancar."]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H