Mohon tunggu...
Nisa El Ashry
Nisa El Ashry Mohon Tunggu... Penulis - -

Semoga bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sejarah Singkat Makam Keramat Syekh Jamaluddin

27 November 2020   10:55 Diperbarui: 27 April 2021   19:06 2017
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Makam Syekh Jamaluddin yang berlokasi di Desa Tanjungsari Kecamatan Cikaum Kabupaten Subang ini memiliki sejarah yang sangat jarang diketahui oleh penduduk sekitar maupun penduduk luar.

Makam Syekh Jamaluddin, sebelum diperkenalkan/dipermaklumkan oleh Syekh Ali (kisaran tahun 1950) masyarakat saat itu menyebutnya sebagai makam karuhun.

Syekh Ali  ini merupakan tokoh ulama yang berprofesi selain pedagang juga seorang  perekrut calon-calon jama'ah haji yang mengurus proses hajian dari keberangkatan hingga kepulangan, baik transportasi laut, darat, konsumsi, penginapan, dll.

Karena di Tanjungsari saat itu dipandang banyak yang melaksanakan ibadah haji,  maka Syekh Ali suatu ketika menunaikan keinginannya berkunjung ke Tanjungsari karena dilatar belakangi keyakinan bahwa suatu daerah yang bagus perkembangan syi'ar Islamnya biasanya di wilayah tersebut  hidup atau disinggahi seorang waliyullah (orang istimewa)... 

Sesampai di Tanjungsari, syekh Ali  minta diantar ziarah ke makam waliyullah yang ada di Tanjungsari oleh tokoh agama setempat (KH. Abas, KH. Sanusi, dll), namun saat itu H. Abas mengatakan bahwa di Tanjungsari tidak ada makam waliyullah, yang ada hanya makam karuhun.

Saat beberapa meter menjelang sampai makam dimaksud, tiba-tiba Syekh Ali melepas sandal dan uluk salam, berjalan seperti merangkak menuju makam, dan berziarah dengan khusyu'. Setelah selesai ritual ziarah beliau berkata pada KH. Abbas dan yg ikut saat itu bahwa yang diziarahi itu bernama Syekh Jamaluddin, Prajurit Mataram yang pulang setelah berperang melawan tentara Belanda di Batavia. Konon, sepulang dari Batavia beliau terpisah dari rombongan yang kemudian bermukin di Tanjungsari di sekitaran lokasi yang jadi makam saat ini.

Jika menurut Sejarah yang ada, penyerangan Mataram ke Batavia, maka bisa diprediksikan bahwasanya Syekh Jamaluddin berada di Tanjungsari kisaran tahun 1628. Semasa Beliau bermukim di Tanjungsari, Syekh Jamaluddin tidak diketahui sempat berkeluarga. Konon, Beliau hanya berkebun dan ngahuma (menanam padi di tanah kering/daratan).

Adapun teman seperjuangan Syekh Jamaluddin yang diketahui berdomisili di sekitaran Desa Tanjungsari Timur yaitu Mbah Barep (Jatiroke Jatibaru Ciasem), Mbah Lidra (Nanggerang Binong), Mbah Hasanuddin (Hambaro Jatibaru Ciasem).

Peninggalan Beliau yang diyakini pernah ada di makam antara lain ; pedang, kujang, baju, Al-Qur'an besar tulis tangan, tombak, macan yang konon merupakan jelmaan Khadam Syekh Jamaluddin.

Peninggalan-peninggalan itu sering pindah-pindah tangan karena dipinjam untuk suatu keperluan. Dan konon katanya peninggalan-peninggalan  tersebut  raib satu demi satu saat maraknya permainan judi SDSB, banyak yg menyalahgunakannya.
Wallaahu A'lam.

Narasumber :
* K. Ade Abdul Hamid bin H. Muhammad Amin
* Wkl. Umar bin Arim
* Wkl. Abas Basuni bin Samsuri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun