Mohon tunggu...
Sholikhatun Nisa
Sholikhatun Nisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa/Universitas Airlangga

Saya seorang mahasiswa program studi Ilmu Informasi dan Perpustakaan Universitas Airlangga.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Peran Perpustakaan dalam Mengurangi Miskin Literasi di Indonesia

21 Juni 2024   13:52 Diperbarui: 21 Juni 2024   13:54 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia, dengan penduduk yang besar dan beragam, masih punya masalah besar soal literasi. Meski pemerintah, LSM, dan pihak swasta udah berusaha keras untuk mengatasi masalah ini, tingkat literasi di beberapa daerah masih rendah banget. Ini ngaruh banget ke banyak aspek kehidupan, mulai dari ekonomi, kesehatan, sampai partisipasi sosial. Literasi itu penting banget buat pembangunan manusia yang berkualitas karena bikin orang lebih bisa belajar, bekerja, dan aktif di kehidupan masyarakat. Bayangin aja, kalau literasi rendah, orang bakal susah nyari kerja yang layak, nggak ngerti informasi kesehatan yang penting, dan kurang bisa ikut serta dalam kegiatan sosial atau politik. Makanya, meningkatkan literasi harus jadi prioritas nasional yang serius dan harus diperhatikan semua pihak.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat melek huruf di Indonesia emang udah meningkat selama beberapa dekade terakhir, tapi masih ada kesenjangan besar antara daerah perkotaan dan pedesaan. Di kota, tingkat literasi udah lebih dari 95%, tapi di desa, angka ini bisa turun sampai 70-80%. Perbedaan ini nunjukin kalau akses ke pendidikan dan sumber daya literasi masih belum merata. Selain itu, ada juga perbedaan tingkat literasi antara laki-laki dan perempuan, dengan perempuan cenderung punya tingkat literasi yang lebih rendah. Faktor-faktor seperti kemiskinan, isolasi geografis, dan kurangnya fasilitas pendidikan juga bikin kesenjangan ini makin lebar. Banyak anak-anak yang putus sekolah atau nggak lanjut ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, jadi mereka nggak dapet keterampilan literasi yang cukup. Ini nunjukin betapa pentingnya upaya untuk memperbaiki akses pendidikan dan literasi di seluruh Indonesia, khususnya di daerah-daerah yang tertinggal. Semua pihak harus terlibat untuk memastikan setiap anak punya kesempatan yang sama buat belajar dan berkembang.

Ada beberapa faktor yang bikin tingkat literasi di Indonesia masih rendah. Pertama, keterbatasan akses ke bahan bacaan berkualitas, terutama di daerah pedesaan dan terpencil, di mana perpustakaan dan toko buku jarang banget ditemui. Jadi, nggak heran kalau orang-orang di sana susah dapet buku bagus. Kedua, kurangnya kesadaran dan minat baca di kalangan masyarakat. Banyak orang yang nggak terbiasa atau nggak tertarik baca buku karena lingkungan keluarga dan sosial mereka nggak mendukung budaya membaca. Kalau di rumah nggak ada yang hobi baca, biasanya anak-anak juga nggak tertarik buat baca. Ketiga, kondisi ekonomi yang bikin banyak keluarga nggak mampu beli buku dan materi bacaan lainnya. Harga buku kadang mahal, dan kalau uangnya lebih prioritas buat kebutuhan lain, buku jadi nggak kebeli. Akibatnya, banyak rumah yang nggak punya bahan bacaan yang cukup.

Keempat, sistem pendidikan kita yang belum optimal dalam mengembangkan budaya baca sejak dini. Kurikulum yang ada sekarang terlalu fokus pada hafalan dan ujian daripada mengajarkan keterampilan membaca kritis. Jadi, anak-anak cenderung belajar untuk ujian, bukan untuk memahami dan menikmati bacaan. Selain itu, kurangnya pelatihan bagi guru dalam metode pengajaran yang efektif buat meningkatkan literasi juga jadi masalah besar. Guru-guru perlu dilatih lebih baik supaya bisa ngajarin murid-muridnya cara membaca yang benar dan menarik. Kalau guru-guru bisa lebih kreatif dan inovatif dalam mengajar, pasti bakal banyak anak yang jadi lebih suka baca.

Perpustakaan punya peran penting dalam menyediakan akses informasi yang luas dan beragam bagi masyarakat. Di tengah keterbatasan sumber daya dan akses ke buku, perpustakaan jadi sumber utama buat masyarakat buat dapetin informasi dan pengetahuan. Dengan koleksi buku, majalah, jurnal, dan akses internet, perpustakaan bikin masyarakat bisa akses berbagai sumber informasi secara gratis. Perpustakaan juga seringnya ngasih layanan referensi dan bantuan penelitian buat bantuin pengguna nyari informasi yang mereka butuhin. Selain itu, perpustakaan bisa jadi tempat buat masyarakat akses informasi digital, kayak e-book dan database online, yang bantu mereka belajar dan dapetin pengetahuan sendiri.


Banyak perpustakaan udah menjalankan program-program literasi, kayak kelas membaca, klub buku, dan kegiatan mendongeng. Program-program ini dirancang buat nambah minat baca dan keterampilan literasi masyarakat, terutama anak-anak dan remaja. Misalnya, perpustakaan sering ngadain acara mendongeng yang menarik buat anak-anak, jadi mereka jadi tertarik buat baca dan explore dunia buku. Program literasi juga bisa mencakup pelatihan literasi digital, yang bantuin masyarakat paham cara pake teknologi buat dapetin informasi dan pengetahuan. Selain itu, perpustakaan bisa bekerja sama sama sekolah dan organisasi komunitas buat ngadain kegiatan literasi yang melibatkan berbagai kelompok usia. Hal ini membuat perpustakaan berperan dalam menciptakan lingkungan literasi.

Perpustakaan juga punya peran penting dalam mengedukasi masyarakat tentang pentingnya literasi melalui berbagai kegiatan, kayak seminar, lokakarya, dan kampanye literasi. Edukasi ini bantu masyarakat paham manfaat literasi dalam kehidupan sehari-hari, kayak nambahin keterampilan berpikir kritis, buka peluang kerja, dan tingkatin kualitas hidup secara keseluruhan. Misalnya, perpustakaan bisa ngadain seminar tentang literasi keuangan buat bantu masyarakat atur keuangan mereka lebih baik. Selain itu, kampanye literasi bisa termasuk promosi membaca di tempat-tempat umum, kayak taman atau pusat perbelanjaan, buat menarik minat masyarakat buat baca lebih banyak.

Ada contoh bagus dari Perpustakaan Daerah Yogyakarta dengan program "Gerobak Pintar". Jadi, gerobak ini bawa buku-buku dan materi bacaan ke desa-desa terpencil, bantu banget buat yang susah akses perpustakaan. Buat mereka, "Gerobak Pintar" nggak cuma sediain buku, tapi juga dorong minat baca di desa-desa dan bantu anak-anak belajar baca. Ada sukarelawan juga yang bantu ngajar dan bimbing anak-anak, jadi bener-bener memberi dukungan langsung buat meningkatkan literasi di masyarakat. Program keren yang menunjukkan gimana perpustakaan bisa bantu banget tingkatkan literasi, terutama di daerah sulit dijangkau.

Perpustakaan di Indonesia punya banyak masalah, nih. Duitnya dikit, sumber daya manusianya kurang, fasilitasnya nggak kece. Jadi, mereka susah banget buat update koleksi buku, benerin gedung, atau ngadain acara literasi yang asik. Plus, kadang kekurangan staf yang bisa ngurus perpustakaan dengan baik atau kasih layanan yang oke buat pengunjung. Makanya, mereka juga agak ketinggalan jaman soal teknologi dan layanan digital.

Selain masalah duit, ada juga tantangan terbesar yaitu adalah minat baca yang rendah di kalangan masyarakat. Perpustakaan harus berusaha lebih keras untuk menarik minat masyarakat agar lebih tertarik kegiatan literasi. Masyarakat biasanya lebih tertarik pada hiburan lain seperti televisi dan media sosial, sehingga perpustakaan harus nemuin cara yang kreatif untuk menarik perhatian mereka. Misalnya, pameran buku, festival literasi, atau kompetisi menulis. Selain itu, perpustakaan juga bisa bekerja sama dengan tokoh masyarakat atau selebriti untuk mempromosikan membaca dan literasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun