Yah, apa salahnya memulai sebuah tulisan dengan topik kuliner, hehehe...
Tahu manggar?
Manggar itu bunga kelapa muda. Bentuknya panjang berjuntai juntai, seperti rantai kecil. Saya sendiri juga nggak pernah memperhatikan secara detail, seperti apa manggar ini kalau masih di pohon, karena saya juga baru tahu manggar saat sudah jadi hidangan berupa gudeg dan siap disantap.
Ooo ternyata bisa dimasak gudeg ya?
Tanya saya kepada suami saya. Dialah orang pertama yang mengenalkan saya ke manggar ini. Nggak heran, dia asli Bantul. Srandakan tepatnya. Di Srandakan inilah ada sebuah warung makan yang menjual spesial gudeg manggar.
Pertama coba, citarasanya nggak asing. Ya, karena bumbunya (sepertinya) plek sama persis seperti gudeg nangka yang biasanya. Yang bikin beda ya manggarnya itu tadi. Berjuntai juntai dan kalau digigit rasanya krenyesss... Termasuk gudeg kering atau basah ya? Hmm...sepertinya termasuk yang agak basah, hehe, karena biasanya ada sedikit kuah di gudegnya.
Saya biasanya pesan gudeg ini pakai ayam. Ayamnya empuk puk puk puk, gampang sekali disuwir dan dikunyah. Manis gurih. Lauk yang lain juga ada. Telur, atau mangut lele.
Nah lho, gudeg manggar plus mangut? Apa bukan dua masakan yang berbeda tipe? Kalau dimakan barengan apa rasanya?
Rasanya yaaaa enak :)
Warung ini juga menjual mangut lele. Tahu mangut lele? Kalau lelenya pasti tau lah ya.. Nah mangut ini salah satu olahan lele yang beda dari biasanya. Di sepanjang jalan muntilan-magelang banyak ditemukan warung mangut lele ini (kalau belum porak poranda diterjang lahar dingin sih..). Cara pengolahan mangut di warung ini lumayan ribet juga. Harus di asap terlebih dahulu si lelenya, kemudian baru dimasak bersama santan dan bumbu bumbu lainnya. Hasilnya, hmmm, mammamiaaa...
Favorit saya sih gudeg manggar kering tanpa kuah, lauk mangut lele berkuah santan pedas.
Dengan segelas teh hangat, hmm sluurp...
Tempatnya ada di kanan jalan kalau dari arah Yogya dan kiri jalan kalau dari arah Kulonprogo. Persis di depan SD, sebelum bundaran Srandakan.