Ketika siang mulai beranjak menjeput sore yang perlahan datang .
Kabar itu kuterima lagi..
"Datang lagi ."
Seolah itu bagaikan alam peringatan bahwa komunikasi kembali terbatas .
Hati terenyuh.. air mata tak tahan untuk mengalir dari tetesan menjadi menganak sungai..Â
Begitu gundah hati..
Ceria hilang lagi..
Tawa berganti tangis..
Semua rasa berkecamuk dalam hati..
Sedih, kecewa, cemburu, murka, terabaikan, teraniaya, luka..
Sesak... Kemana harus mengadu
Pada siapa harus bertanya..
Adakah sedikit kegembiraan yang bisa kuraih lagi..
Sanggupkah aku untuk terus begini..Â
Membayangkan saja kadang aku tak kuat..
Apa harus kulakukan..
Terus bertahan atau menyerah...
Aku lelah .
Pelayaran ini bagai tak bertepi.
Semakin ke tengah semakin tak tentu arah dan tujuan..
Pulau harapan tak kunjung nampak..
Yang ada hanya samudera tak bertepi..
Kucoba meyakinkan hati esok kan kembali seperti sedia kala..
Tapi lagi-lagi harapanku kandas..
Kebimbangan datang lagi..
Ya Tuhan....
Tunjuki aku..
Tetap bertahan atau menyerah...
Rasanya begitu menyesakkan dada...
Pelayaran ku tak berujung..
Penantian ku bagai sebuah harapan semu..
Pemilik hati membagi hati..
Pelipur lara menabur sedih dan duka..
Ia seketika membawa keyakinan, namun seketika lagi membunuh perasaan..
Ku hanya mengadu padamu ya Rabb..
Jika aku pantas untuk bahagia, tunjukkanlah dimana dan pada siapa bahagia itu..
Jika aku harus menyudahi pelayaran ini beri aku kekuatan untuk kembali ke tepian...
Dan aku kan kembali menata semuanya dari awal..
Membuang harapan yang tak bisa kuharapkan..
Mengubur kecewa dengan besar hati..
Biarlah pelayaran ini menjadi sejarah kehidupan yang kan ku tulis jadi pengalaman..
Mungkin nanti kan ku jelang bahagia...
Tapi masih saja hati ini gundah..
Sanggupkah aku untuk terus begini...
Atau berhenti dari semua cerita semu  ini...Â
Jika aku memang harus menyerah..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H