Mohon tunggu...
Nirwanti
Nirwanti Mohon Tunggu... Administrasi - Allah pemilik Skenario Terbaik, jalani Saja...

Biar TAKDIR menentukan Segalanya....

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Simalakama

4 Agustus 2023   13:38 Diperbarui: 4 Agustus 2023   13:38 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Awalnya aku hanya mengenalnya sebatas seseorang yang asing yang baru saja bertemu. Hari pun berlalu , seperti biasa dan semua biasa biasa saja, tak ada keakraban yang berarti, kita hanya sebatas teman satu ruang yang juga tida bertemu setiap hari. Dan temu itupun hanya separoh waktu, itupun tak ada obrolan akrab hanya sebatas sapa sebagai pertanda bahwa kita satu ruang. 

Seiring berjalannya waktu tanpa terasa kita semakin nyaman satu sama lain. Dimana aku yang baru saja bisa melihat dunia dan dirimu yang sudah matang melintang dengan asam garam kehidupan membuatku ingin punya sosok yang bisa ku jadikan teman dan panutan serta tempat meminta nasehat. Karena dirimu yang sepertinya bijak dan lebih dewasa, aku memutuskan untuk menjadikan mu tempat bertukar pikiran, sehingga semakin hari kira semakin akrab , bahkan tidak lagi sebagai teman, tapi kita seperti adik dan kakak. Atau lebih tepatnya kau tidak kuanggap sebagai kakak tapi kau memang adalah kakak ku. 

Ya.. kakak yang kujadikan tempat berkeluh kesah dan bercerita, sehingga aku merasa begitu nyaman begitu juga dengan dirimu, tak ada rahasia diantara kita , semua kita ceritakan, bahkan hal yang tidak seharusnya diceritakan. 

Setelah waktu berlalu aku merasa ada yang berbeda dengan dirimu, kau sepertinya tidak sesempurna yang ku kira. Kau ternyata memiliki sisi lain yang pada prinsip hidupku aku tidak menyukainya, ada idaman lain yang merubah dirimu, sehingga kau memasuki masa seakan sedang terpuruk. tapi aku gamang, ingin menasehati mu, kau lebih bijak dariku, ingin memarahimu kau lebih tua dari ku , ingin menceritakan tentang mu pada orang lain aku takut jadi tukang fitnah. 

Dalam kegalauan ku .. aku berinisiatif untuk mencari teman cerita agar semua tidak ku pendam sendiri... Karena ku dengar pepatah ketika kita menangis ada baiknya ada orang yg melihat kita menangis karena itu akan sedikit mengobati sedih yg ada. 

Tapi aku masih tetap gamang, tidak ku tegur aku merasa bersalah ingin ku ceritakan pada orang lain aku takut memfitnah . Mungkin inilah yang diistilahkan denga BAGAI BUAH SIMALAKAMA.. 

Akhirnya takdir membawaku untuk bercerita pada seorang teman.. dan buah dari ceritaku... Aku disarankan untuk menceritakan juga pada pasangan hidupku.. agar nanti jika ada hal yang tak diinginkan terjadi ia juga tidak merasa terbohongi dan aku juga tidak terlalu merasa bersalah.... 

#Curhat seorang teman ...

#Tak ada dokumentasi karena ini privasi .. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun