Mohon tunggu...
Nirmala Ayu Diana
Nirmala Ayu Diana Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Telkom University

Ribuan mil perjalanan dimulai dari satu langkah pertama.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Sleep Paralysis

25 Februari 2022   20:32 Diperbarui: 25 Februari 2022   20:51 484
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pinterest.com/afriqtalk.wordpress.com

Hades menepuk keningnya pelan lalu mengucap istighfar berulang kali. Kemudian ia berjalan menuju kamar mandi untuk mengambil wudu dan bersiap-siap pergi ke masjid. Rasa takut hampir membuatnya melupakan kewajiban sebagai seorang muslim.

***

Ting tong…, ting tong….

Bunyi bel rumah terdengar nyaring ketika Ningsih tengah menikmati sarapan dengan suami tercintanya. Keduanya saling bertatapan, seolah mereka saling melempar tanya ‘siapa tamu yang datang sepagi ini.’ Kemudian Ningsih pamit pada suaminya untuk menyambut tamu, tungkai kakinya melangkah menuju tempat pintu berada.

“Assalamu’alaikum, Bunda. Pagi ini, saya bawain nasi kuning dan gorengan untuk Bunda sekeluarga. Mohon diterima ya, Bunda.” ucap seorang remaja laki-laki yang seusia dengan anak semata wayangnya. Kepribadiannya yang unik dan penuh kejutan membuat siapa pun dapat mengingat wajahnya dengan mudah. Seingatnya, anak laki-laki itu bernama Rakas. Sebab ia tahu bahwa putranya hanya memiliki segilintir teman saja di sekolah dan di antaranya tidak banyak yang diizinkan untuk datang ke rumah.

Rakas mengintip dari celah pintu, melihat meja makan sudah terisi oleh berbagai macam lauk pauk. Matanya melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan, lalu menelan ludahnya kasar. Sepertinya ia datang di waktu yang kurang tepat.

“Bunda lagi sarapan, ya? Ya udah, nasi kuning dan gorengannya buat makan siang aja, ya.” Rakas langsung tersenyum kikuk seraya menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. “Ngomong-ngomong, Hadesnya ada di rumah nggak, Bunda? Semalem tiba-tiba nelepon sambil nangis katanya ada yang mau diceritain. Makanya, Rakas datang pagi-pagi. Takut ada apa-apa soalnya,” tanya Rakas, sambil mengarang cerita agar terdengar meyakinkan.

Ningsih menerima jinjingan plastik yang dibawa oleh Rakas seraya mengernyit heran dengan kedua alisnya bertaut. Memangnya sejak kapan putranya bersikap melankolis seperti itu? Dengan senyum canggung ia menjawab, “Wa’alaikum salam. Ada kok di kamar, tapi dari tadi diajak sarapan bilangnya nggak mau terus. Tolong dibujuk ya, Rakas.”

Dengan sigap, Rakas mengangguk sembari memberi salam hormat layaknya seorang prajurit. “Kalau gitu, Rakas ke atas dulu ya, Bunda,” ucap Rakas sambil membungkuk sopan ketika melewati Ayah Hades. Kemudian ia menaiki anak tangga satu-persatu menuju kamar Hades.

“Gede banget tuh kantong mata. Perasaan nggak ada jadwal ngeronda, deh,” sindir Rakas setibanya di kamar Hades. Remaja laki-laki dengan perawakan tinggi tersebut kemudian mendudukkan tubuhnya di atas kasur. Melihat sahabatnya tengah bergelut dengan laptop sedari tadi.

“Aku cuma tidur 2 jam, Kas. Semalem habis ketindihan terus nggak bisa tidur lagi,” jawab Hades, jemarinya masih sibuk mengetik di atas keyboard dengan tatapan yang tak lepas dari layar laptop. “Terus ini lagi nyari tau tentang Sleep Paralysis. Pernah denger nggak?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun