Mohon tunggu...
Nirmaa Ramadhani
Nirmaa Ramadhani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswi Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menyatukan Kesejahteraan dan Keberkahan: Keuangan Publik Islam di Era Modern

8 Januari 2025   17:30 Diperbarui: 8 Januari 2025   16:24 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Keuangan publik Islam merupakan salah satu konsep ekonomi yang mengintegrasikan dimensi material dan spiritual dalam pengelolaan sumber daya negara. Sistem ini bertujuan tidak hanya untuk mencapai kesejahteraan masyarakat secara ekonomi tetapi juga untuk memperoleh keberkahan yang menjadi inti dari ajaran Islam. Dalam keuangan publik Islam, prinsip-prinsip keadilan, keseimbangan, dan tanggung jawab sosial menjadi landasan utama dalam setiap kebijakan fiskal dan pengelolaan keuangan negara. Dengan pendekatan ini, keuangan publik Islam menawarkan solusi yang relevan dan berkelanjutan dalam menghadapi tantangan ekonomi modern seperti kesenjangan sosial, kemiskinan, dan ketimpangan distribusi kekayaan.

Keuangan publik Islam didasarkan pada prinsip-prinsip syariah yang menekankan pada nilai-nilai keadilan, keberlanjutan, dan kebaikan bersama. Prinsip ini berbeda dengan sistem ekonomi konvensional yang cenderung menitikberatkan pada pertumbuhan ekonomi dan efisiensi tanpa selalu mempertimbangkan dampak sosialnya. Dalam Islam, pengelolaan keuangan negara tidak boleh hanya berorientasi pada kepentingan kelompok tertentu, tetapi harus mencakup seluruh lapisan masyarakat, khususnya mereka yang kurang mampu. Prinsip ini terwujud dalam berbagai instrumen seperti zakat, wakaf, dan baitul mal, yang dirancang untuk mendistribusikan kekayaan secara adil dan merata.

Zakat, misalnya, adalah kewajiban bagi setiap Muslim yang memiliki kemampuan ekonomi untuk memberikan sebagian kecil dari hartanya kepada yang membutuhkan. Instrumen ini bukan hanya bentuk ibadah tetapi juga alat distribusi kekayaan yang sangat efektif. Selain zakat, wakaf memiliki peran strategis dalam keuangan publik Islam. Wakaf memungkinkan masyarakat untuk menyumbangkan aset yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan umum secara berkelanjutan. Sementara itu, baitul mal berfungsi sebagai lembaga pengelola keuangan negara yang mengelola pendapatan dari berbagai sumber seperti zakat, jizyah, dan kharaj untuk kepentingan publik.

Di era modern yang ditandai dengan globalisasi dan teknologi, keuangan publik Islam memiliki relevansi yang signifikan. Sistem ini tidak hanya menawarkan solusi terhadap masalah-masalah ekonomi tradisional seperti kemiskinan dan ketimpangan sosial tetapi juga mampu menjawab tantangan-tantangan baru, seperti ketidakstabilan ekonomi global dan perubahan iklim. Nilai-nilai yang terkandung dalam keuangan publik Islam, seperti transparansi, akuntabilitas, dan keberlanjutan, sangat relevan untuk menciptakan sistem ekonomi yang lebih inklusif dan berkeadilan.

Salah satu tantangan utama dalam penerapan keuangan publik Islam di era modern adalah kurangnya pemahaman masyarakat terhadap prinsip-prinsip syariah dan instrumen keuangan Islam. Untuk mengatasi hal ini, pendidikan dan sosialisasi menjadi langkah penting. Pemerintah dan lembaga-lembaga keuangan syariah harus bekerja sama untuk meningkatkan literasi keuangan Islam di kalangan masyarakat. Selain itu, regulasi yang mendukung juga diperlukan untuk memastikan bahwa sistem ini dapat berjalan secara efektif dan efisien.

Teknologi telah membuka peluang besar bagi pengembangan keuangan publik Islam di era modern. Digitalisasi zakat dan wakaf, misalnya, memungkinkan pengumpulan dan distribusi dana dilakukan dengan lebih efisien dan transparan. Aplikasi berbasis teknologi mempermudah masyarakat untuk berkontribusi, baik melalui donasi zakat maupun partisipasi dalam proyek-proyek wakaf produktif. Platform digital ini juga memungkinkan masyarakat untuk memantau penggunaan dana secara real-time, sehingga meningkatkan kepercayaan publik terhadap sistem keuangan Islam.

Selain itu, inovasi dalam produk keuangan syariah seperti sukuk atau obligasi syariah telah memberikan kontribusi besar dalam pembiayaan proyek-proyek pembangunan. Sukuk memungkinkan negara untuk mengumpulkan dana dari investor tanpa melibatkan riba, sehingga tetap sesuai dengan prinsip syariah. Dalam konteks keuangan publik, sukuk dapat digunakan untuk mendanai proyek infrastruktur seperti pembangunan jalan, jembatan, atau fasilitas kesehatan, yang manfaatnya dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat.

Salah satu aspek yang membedakan keuangan publik Islam dari sistem ekonomi konvensional adalah keberkahan. Dalam Islam, keberkahan tidak hanya diukur dari hasil material tetapi juga dari dampak positif yang dirasakan oleh masyarakat secara keseluruhan. Misalnya, pengelolaan zakat yang baik tidak hanya membantu mengurangi kemiskinan tetapi juga meningkatkan solidaritas sosial. Begitu pula, wakaf yang dikelola secara produktif dapat memberikan manfaat yang berkelanjutan bagi masyarakat, seperti menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan akses terhadap pendidikan dan kesehatan.

Keberkahan juga terkait erat dengan nilai-nilai etika dalam pengelolaan keuangan. Sistem keuangan publik Islam mengajarkan bahwa setiap sumber daya yang dimiliki harus dikelola dengan penuh tanggung jawab dan digunakan untuk kebaikan bersama. Oleh karena itu, keberhasilan dalam pengelolaan keuangan publik tidak hanya diukur dari seberapa besar pendapatan yang dihasilkan tetapi juga dari seberapa besar dampak positifnya terhadap kesejahteraan masyarakat.

Pemerintah memiliki peran yang sangat penting dalam mengimplementasikan keuangan publik Islam. Regulasi yang mendukung, pengawasan yang ketat, serta edukasi kepada masyarakat adalah beberapa langkah yang harus dilakukan untuk memastikan keberhasilan sistem ini. Pemerintah juga perlu berkolaborasi dengan lembaga keuangan syariah untuk mengembangkan produk dan layanan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat modern.

Selain itu, pemerintah dapat mengintegrasikan prinsip-prinsip keuangan Islam ke dalam kebijakan fiskal dan anggaran negara. Misalnya, pemerintah dapat mengalokasikan sebagian dari pendapatan negara untuk program-program sosial yang berorientasi pada pengentasan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah juga dapat memanfaatkan sukuk untuk mendanai proyek-proyek pembangunan yang berskala besar, seperti pembangunan infrastruktur atau program-program lingkungan hidup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun