Mohon tunggu...
Nirma Hasyim
Nirma Hasyim Mohon Tunggu... lainnya -

orang biasa yang bermimpi, berpikir dan bertindak biasa

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Desa Pakuli, Merawat Kearifan Lokal

18 Juli 2011   14:50 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:34 650
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernahkah anda membaca serial Asterix? Jika iya, anda pasti mengenal beberapa tokoh dalam komik ini antara lain si pahlawan desa Galia, Asterix bersama kawannya yang berbadan gemuk dan kuat, Obelix dan dukun peramu obat kuat, Panoramix. Ketika pertama kali menginjakkan kaki di desa Pakuli-sekarang bagian dari Kabupaten Sigi, provinsi Sulawesi Tengah sekitar 50km dari kota Palu, saya langsung teringat dukun Panoramix. Perkenalan awal dengan desa ini ketika teman-teman LSM setempat (LPA Awam Green dan Yayasan Jambata) yang mengantar kamibertamu di salah satu tetua desa yang juga terkenal sebagai peramu obat-obat tradisional dari tumbuhan sekitar desa dan wilayah hutan.Namanya adalah Sahlan dan kami memanggilnya dengan Om Sahlan, sando (dukun tradisional) dari desa Pakuli.

Beliau terkenal sebagai salah satu peramu tanaman-tanaman lokal menjadi obat-obatan herbal. Dan setiap kali ke rumah beliau, sepanci ramuan yang terdiri daun-daun, akar, batang tanaman dan rempah-rempah tradicional lainnya siap menyambut para tamu. Semua tamu yang datang ke rumah Om Sahlan, boleh meminum ramuan yang langsung dari panci. Khasiat ramuan ini antara lain untuk menyegarkan dan menguatkan badan, apalagi jika kita habis menempuh perjalanan jauh ke desa Pakuli. Terbayang cerita komik Asterix dimana Obelix dilarang untuk meminum ramuan dalam kuali di rumah dukun Panoramix, karena sewaktu bayi sudah pernah tercebur ke dalam kuali ramuan rahasia para pahlawan desa Galia.

Jika anda ingin menikmati suasana yang lebih alami, Om Sahlan juga memiliki kebun obat tradisional dimana beliau mengambil bahan-bahan ramuan selain dari hutan kawasan Lore Lindu di sekitar Desa Pakuli. Pengunjung bisa berangin-angin sambil tidur-tiduran di rumah kebun (sebuah bale-bale atau para-para yang lebih besar dan memiliki atap) sambil memandangi deretan tanaman-tanaman yang menjadi bahan baku obat-obatan tradicional ramuan sang sando ini. Kebun obat Om Sahlan ini banyak dikunjungi tamu tidak hanya penduduk seputar tetapi juga tamu-tamu asing yang juga mendukung keberadaan kebun obat ini.

Selain kebun obat, Desa Pakuli yang terletak diantara aliran Sungai Gumbasa dan berada di sekitar kawasan hutan Taman Nasional Lore Lindu juga memiliki penangkaran maleo. Salah satu LSM setempat (Yayasan Jambata) yang bekerja sama dengan masyarakat Palu mengembangkan penangkaran Maleo, salah satu satwa yang dilindungi dan mulai langka ini. Mereka membuat sebuah penangkaran telur Maleo yang sesuai habitatnya untuk mengembang biakkan burung Maleo (yang mirip dengan ayam). Telur Maleo sendiri terancam habitatnya yang mulai menyempit dan dijadikan makanan yang besarnya sekitar 5 kali dibandingkan telur ayam/bebek.

Desa Pakuli menjadi salah satu contoh untuk merawat kearifan lokal yang ada dan melestarikan lindungan tanpa perlu gembar-gembor untuk sebuah program nasional. Masyarakat desa ini bekerjasama dengan teman-teman pencinta lingkungan telah melakukan sesuatu yang sangat berarti tanpa menunggu uluran pemerintah dan akhirnya banyak pihak yang tertarik untuk membantu pelestarian alam dan memelihara kearifan lokal mereka. Dengan semangat kemandirian, masyarakat desa Pakuli bahkan pernah menolak sebuah program ’penghijauan’ dari pemerintah yang tidak sesuai dengan perencanaan awal. Kearifan lokal membuat mereka mampu untuk menjaga kelestarian alam dan pengetahuan setempat ditengah gerusan modernitas yang seringkali menafikkan pengetahuan masyarakat setempat. Desa ini potensial dikembangkan menjadi salah satu tujuan edukasi lingkungan bagi pelajar tentunya tanpa kehilangan orisinalitasnya. Jika anda menyukai travelling ke wilayah pedesaan, mengapa tak mencoba mengunjungi Desa Pakuli?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun