Mohon tunggu...
Retno Wahyuningtyas
Retno Wahyuningtyas Mohon Tunggu... Human Resources - Phenomenologist

Sedang melakoni hidup di Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Tradisi Pernikahan ala Masyarakat Indonesia, dari Tradisi Rewang Menuju Berbalas Amplop

27 Januari 2019   20:30 Diperbarui: 28 Januari 2019   17:23 767
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: MoneySmart.id

Bahkan ada yang menampilkan tanggap layar tancap, kuda lumping, organ tunggal dangdut, ataupun memutar playlist lagu dangdut dengan volume yang kencang saja. Asal semua senang, pesta tetap berjalan. Belum ada tradisi ngamplop (memberikan amplop ataupun kado).

Setelah perayaan pesta, semua akan dibereskan bersama-sama. Melibatkan semua pihak, mulai dari pak RT, sampai inidividu yang menyediakan diri untuk berpartisipasi. Semua tidak dinilai hanya dari sekadar--nilai uang, semua bersenang-senang di dalam perayaan hingga mengambil peran dalam skala kecil tetapi memiliki peran dalam keberlangsungan acara. 

Ada bubur sumsum, sebagai bubur "upah lelah" yang dimasak dalam wajan besar untuk dibagi-bagikan kepada pihak yang membantu acara. Saya tidak memahami esensinya, tetapi bubur biasanya dibuat dalam rasa yang manis. Bila boleh menaksir maknanya, mungkin ini berkaitan dengan manisnya silaturahmi dan resiprositas bekerja bersama yang telah dilakukan, tanda syukur bersama atas perayaan mendukung calon pengantin untuk menuju jejak hidup selanjutnya. 

Pernikahan Ala Milenial 

Entah dimulai sejak kapan, secara masif tradisi pernikahan bergeser kepada tradisi memberikan amplop dan kado. Secara sosiologis, hal ini dapat disebabkan karena perbedaan kondisi sosial---di mana masyarakat menjadi lebih terbiasa dengan budaya hidup praktis.

Tradisi rewang bersama-sama teralihkan dengan adanya Wedding Organizer, semua sudah all in one (menjadi satu) antara pendirian tenda, ketersediaan makanan, perangkat pernikahan, make up, makanan yang telah disediakan katering, serta semua kebutuhan menyangkut adat tradisional telah dapat dipilih dan dipesan oleh calon tuan rumah, asal menyepakati harga yang telah ditentukan---mulai dari urusan persiapan hingga acara selesai. Umumnya, untuk memperingkas acara, pesta akan dilakukan di hotel atau gedung, satu perangkat dengan pihak vendor penyedia jasa. 

Dampak dari hidup praktis tersebut, secara sosiologis menciptakan sekat berlapis di dalam masyarakat seolah ingin menegaskan kelas-kelas sosial, salah satunya melalui tradisi berbalas kado maupun amplop kepada tuan rumah/pasangan pengantin. Logikanya begini: uang dibalas uang, benda dibalas benda, jasa dapat dibalas dengan benda ataupun uang. 

Maka muncullah tradisi memberikan amplop dalam jumlah nominal yang "masuk akal". Tujuannya untuk "membantu" ataupun "membalas" apa yang telah diberikan tuan rumah pada saat kita mengadakan perayaan yang serupa.  

Seperti misalnya, pada suatu kampung, Ibu dan Bapak pernah bercerita bahwa suatu kali pergi kondangan ke orang yang tidak terlalu dikenal, lalu memberikan amplop dengan nominal tertentu. Kotak amplop tentu telah dipersiapkan oleh tuan rumah beserta buku tamu yang digunakan sebagai daftar hadir penanda kehadiran juga "sumbangan (amplop ataupun kado yang diberikan)".

Alih-alih menuju ke tempat prasmanan untuk menikmati sajian makanan, tim penjaga tamu membuka amplop, menyebutkan nama dan jumlah nominal yang disumbangkan kepada tuan rumah melalui speaker di depan banyak orang. 

Ibu sempat bercerita bahwa beruntung jumlah yang diberikan tidak cukup "memalukan" dalam artian sesuai dengan standar nominal rata-rata jumlah sumbangan "uang" yang dimasukkan ke dalam amplop.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun