Mohon tunggu...
Retno Wahyuningtyas
Retno Wahyuningtyas Mohon Tunggu... Human Resources - Phenomenologist

Sedang melakoni hidup di Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menerobos Tabu, Anak-anak Melek Pendidikan Seksualitas

4 Desember 2018   17:45 Diperbarui: 5 Desember 2018   15:18 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alih-alih bermaksud menyampaikan fakta ini ke salah satu guru, justeru saya disangka fitnah dan menganggap bahwa mereka (para guru) dan pihak sekolah telah berupaya penuh melakukan hal yang terbaik untuk anak didik. Padahal niatan saya itu murni bermaksud untuk memberikan kenyataan baru bahwa anak-anak sudah sedemikian bertransformasinya sehingga perlu ada upaya untuk pencegahan---maupun penanggulangan.

Dalam pandangan teman saya, hal ini juga lumrah terjadi di pesantren. Meski tidak terjadi di lingkungan publik seperti di sekolah misalnya, kerentanan untuk menjadi korban kekerasan seksual terjadi saat tidur. Biasanya terjadi antara senior kepada junior, dan menimbulkan trauma. Terlebih di kalangan pesantren, pandangan yang dominan adalah pandangan agama sehingga sulit bagi guru-guru untuk menguraikan bahwa bila ada pengaduan ataupun deteksi terhadap kasus kekerasan seksual penting untuk mengurainya dalam kerangan berpikir pedagogi seksualitas.

Bagi orang tua, yang kerap kali merasa aman dan meyakini bahwa anak-anak mereka terhindar dari tontonan yang belum waktunya---video porno, perlu mewaspadai bahwa hal tersebut hanya terjadi dan dapat dikontrol ketika mereka berada dari lingkungan yang terjangkau oleh keluarga, namun ketika telah berada di luar lingkungan keluarga. Maka mereka sepenuhnya adalah "milik" lingkungan. Maksudnya dapat dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya seperti teman, lingkungan sekolah, tempat les, tempat mengaji, tempat main, dan sebagainya.

Maka yang perlu dilakukan sebagai orang tua yang dominan generasi X maka perlu untuk menyesuaikan diri untuk belajar dan mengajarkan edukasi kepada anak-anak maupun cucu.

Mungkin generasi X boleh saja kala dalam hal kemampuan menggunakan android dan teknologi, upaya meretasnya adalah dengan membekali anak-anak dengan nalar untuk mengenal dan memahami dampak---terhadap sesuatu hal. Sehingga anak-anak memiliki rasa tanggung jawab untuk menjaga diri sendiri maupun orang lain.

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun