Piter Abdullah
Ini adalah ekonom dari CORE Indonesia. Sebagai ekonom, track recordnya tidak banyak diketahui. Bisa dikatakan Piter baru belajar sebab analisisnya seringkali lari kemana-mana.
Namun baiklah, meski kurang pengalaman, tak pernah praktek sebagai pejabat negara atau mengangani riset-riset besar. Piter tak begitu negatif. Ia cuma mengatakan “pertumbuhan ekonomi kita akan sulit menembus 5%.” Karena baru belajar hasil survei memberi nilai 5.
Rhenald Kasali
Susah disebut ekonom, karena professor ini tampil sebagai bintang iklan, tetapi pemikiran-pemikirannya sangat mewarnai dunia usaha. Rhenald dikenal tajam pada dataran mikro. Lulusan S1 manajemen namun memperoleh gelar Ph. D dari Amerika.
Sesekali pandangannya menyentil ramalan-ramalan ekonom yang dinilainya kurang memiliki wawasan sektor riil. Sebaliknya ekonom menyerang balik saat menjelang pilpres dengan mengatakan “tak ada shifting, yang ada pelemahan daya beli.” Entahlah mana yang benar.
Rhenald Kasali berkebalikan dengan yang lain, dinilai terlampau optimis dalam memandang ekonomi dan terlalu mikro, bukan makro. Tetapi sebelum memasuki krisis, dia sudah mengatakan, “ekonomi Indonesia menghadapi tantangan disrupsi, yang membuat sulit menghadapi angin haluan yang menghadang dari depan. Solusinya, ya berubah.” Terhadap pemikirannnya survei memberi nilai 7,5.
Bhima Yudhistira
Ia juga termasuk ekonom yang baru belajar. Pegawai pada biro riset ekonomi Indef ini, memang sering menyebar luaskan press release ekonomi dan video dirinya ke berbagai media.
Sayangnya, Bhima kurang wawasan dan seringkali ramalannya meleset. Tapi ia selalu bangkit dan memberi yang baru. Memasuki tahun 2020, Bhima justru menjadi satu-satunya ekonom yang beda. Ia justru meramalkan bahwa Indonesia tidak akan mengalami resesi.
Ia tak sepesimis Rizal Ramli, dan belum segigih Faisal Basri, seniornya. Tetapi ia percaya tahun ini ekonomi kita masih bisa menyentuh angka 4,9-5%. Lumayan optimis dan punya potensi besar menjadi ekonom. Nilainya sementara masih 6.
Fauzi Ichsan