Rizal Ramli
Tak mudah menyebut orang ini sebagai ekonom. Sebab sekolahnya di ITB tidak lulus, lalu menjadi konsultan bisnis yang dibesarkan perusahaan-perusahaan kontroversial seperti Lippo Group. Saat menjadi dosen, Rizal sering membingungkan karena kuliahnya melebar kemana-mana.
Namun, tracking yang kami lakukan selama 20 tahun, Rizal tak pernah sekalipun berbicara yang positif tentang perekonomian. Kecuali saat mengenang dirinya menjadi menteri keuangan selama 3 bulan di era presiden Abdurrahman Wahid (Juni-Agustus 2001).
Di situ Rizal sering menyebut dirinya sebagai satu-satunya ekonom dan menteri keuangan terbaik yang pernah dimiliki Indonesia. Ia menjadi menko maritim yang juga hanya bertahan 10 bulan.
Rizal dikenal sensitif pada ekonom-ekonom UI, khususnya Sri Mulyani Indrawati (SMI). Ia pasti menggerutu setiap kali Sri Mulyani mengeluarkan paket-paket kebijakan ekonomi atau saat SMI mendapat awards.
Rizal dikenal dengan ramalan-ramalannya yang selalu kelam dan nyinyir pada siapa pun yang dibicarakan publik lebih hebat dari dirinya. Tak mengherankan bila tahun ini dia merasa paling benar, yaitu ekonomi Indonesia ambruk! Sesuatu yang sudah ia tunggu setiap tahun, selama 20 tahun. Satu ramalannya akan terbukti akhirnya. Dia meramalkan ekonomi kita bakal jatuh terus sampai tahun depan.
Penyebabnya? Bukan! Bukan corona virus. Tapi “Indonesia hari ini telah menjadi negara tanpa pemimpin, krisis kenegarawan,” katanya nyinyir seperti biasanya.
Tak perlu heran. Karir Rizal Ramli memang sudah berakhir. Tak ada lagi yang mendengarkannya kecuali RMOL, serta akun-akun social medianya. Plus TV One tentunya. Tak heran, survey yang saya lakukan dari pada eksekutif memberi nilai 5 saja.
M. Chatib Basri
Pernah menjadi Menkeu di era presiden SBY dan sekarang menjadi Komisaris Utama BRI. Mungkin diantara ekonom-ekonom senior, tinggal M. Chatib Basri (MCB) yang masih dipercaya sebagai tidak bias dan berbasiskan data.
Tak mengherankan kalau MCB banyak diminati perusahaan-perusahaan besar. Survey memberi M. Chatib Basri nilai 8.
Pada tahun 2020, ia meramalkan ekonomi Indonesia akan turun, tetapi masih di atas 4,5%. Ia menyarankan agar pemerintah mengambil pelajaran dari wabah penyebaran virus SARS (2003). “Jadi kalau teorinya bisa turun 1%, mungkin growth kita bisa turun 0,1-0,3%,” tuturnya.