Mohon tunggu...
Niranti Surachman Putri
Niranti Surachman Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Indraprasta PGRI

Love music and love the art of hand lettering^^

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Kenali Migrain yang Sering Dipandang sebagai Sakit Kepala Biasa

13 Juli 2022   22:40 Diperbarui: 13 Juli 2022   22:52 391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Migrain Credit: medican-health.com

Sakit kepala sebelah atau yang kita kenal dengan sebutan migrain merupakan salah satu penyakit yang cukup mengganggu aktivitas sehari-hari seperti sekolah, bekerja atau aktivitas apapun yang berada di luar ruangan yang terang. Akan tetapi sering kali orang memandang bahwa migrain hanyalah sakit kepala biasa. Padahal faktanya kedua penyakit tersebut jelas berbeda. 

Migrain merupakan salah satu jenis nyeri kepala primer yang didefinisikan sebagai nyeri kepala berulang yang sangat bermacam-macam dalam hal intensitas, kekerapan, dan jangka waktu berlangsungnya migrain itu sendiri. Sakit kepala normal biasanya akan hilang dalam beberapa jam atau dengan bantuan obat pereda nyeri. Namun, berbeda dengan migrain yang dapat bertahan hingga berhari-hari atau bahkan berminggu-minggu. 

Menurut International Headache Society migrain mampu bertahan menimbulkan rasa nyeri selama 4-72 jam jika tidak segera ditangani. Maka dari itu migrain bukan hanya sekadar sakit kepala yang berat. 

Migrain biasanya hanya menyerang satu sisi kepala saja, dengan rasa sakit yang berdenyut terus-menerus, dan biasanya sering disertai dengan mual, muntah, dan kepekaan terhadap cahaya dan suara. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh International Headache Society pada tahun 2018, telah diidentifikasi bahwa migrain termasuk ke dalam 10 penyebab terbesar terjadinya disabilitas secara global. 

Sedangkan menurut data yang diperoleh dari WHO tahun 2016, dipaparkan bahwa secara global terdapat lebih dari 30% kejadian migrain pada usia 18-65 tahun. 

Dengan kelompok wanita berpotensi dua kali lebih besar mengalami migrain dibandingkan dengan pria. Hal tersebut dikarenakan wanita memiliki faktor hormonal yang lebih kompleks dan berperan pada kondisi fisiologis wanita.

Migrain terjadi beberapa fase, pertama yaitu fase prodomal atau fase awal terjadinya migrain. Dalam fase ini biasanya dimulai dari beberapa jam atau beberapa hari sebelum nyeri mencapai puncaknya. Gejala yang dirasakan pada fase ini yaitu perubahan suasana hati, stres, depresi, peningkatan buang air kecil, sering menguap dan leher terasa kaku. 

Fase kedua yaitu fase aura atau sakit kepala sebelah yang berulang biasanya diikuti dengan masalah penglihatan, kesemutan pada anggota tubuh, sensasi seperti tertusuk jarum pada lengan atau kaki, dan kesulitan berbicara. Selanjutnya fase yang ketiga yaitu fase serangan atau fase dimana migrain itu terjadi. Gejala pada fase ini yaitu mual, nyeri pada sisi kepala, senditif terhadap suara, cahaya dan bau, kepala berdenyut dan muntah. 

Terakhir yaitu fase postdrome atau fase sehari setelah migrain terjadi. Pada fase ini, meskipun migrain sudah mereda akan tetapi tidak menutup kemungkinan pasien migrain masih merasakan seperti kelelahan yang ekstrim, lesu, bingung, mudah marah, serta kepala terasa sakit jika bergerak cepat dan berlebihan.

Migrain sendiri dapat terjadi karena beberapa faktor, baik faktor genetik maupun faktor lingkungan. Sesuai dengan temuan WHO yang menyatakan bahwa migrain berhubungan dengan kegelisahan (anxiety), stres, dan depresi. 

Temuan itu juga didukung oleh studi lain yang mengatakan bahwa faktor psikologis dapat memicu terjadinya nyeri kepala, termasuk migrain. Migrain dapat terjadi karena gangguan tidur dan diet. Adapun makanan pemicu umum terjadinya migrain yaitu produk susu, coklat, telur, jeruk, daging, gandum, kacang, tomat, bawang, jagung, apel dan pisang. 

Sedangkan minuman pemicu terburuk yaitu minuman beralkohol (terutama anggur merah), minuman berkafein (kopi, teh), minuman bersoda, monosodium glutamat, aspartam (NutraSweet), dan nitrit.

Selain penyebab dan pemicu, adapun cara untuk mengatasi serangan migrain yaitu: hindari ruangan terang dan bising, istirahatlah di ruangan yang tenang dan gelap, kompres dingin di dahi, kulit kepala atau leher, pijat pembuluh darah di pelipis dan tengkuk leher, 

perbanyak minum air, merubah pola makan, memperbaiki kebiasaan tidur, minum jahe hangat, olahraga serta akupuntur juga terbukti telah membantu banyak orang menangani serangan migrain. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun