Assalamu'alaikum. Â
Hai jumpa lagi dengan saya. Dengan cerita yang berbeda. Baca dan komen, ya.
Sekarang ini teman saya lagi sibuk mengurus bahan naik pangkat. Salah satunya adalah teman saya yang satu sekolah. Â Ada juga temna saya yang beda sekolah, tetapi beda tempat tugasnya.Â
Teman saya yang satu sekolah adalah ibu Dewi, ibu Femi serta Ibu As. mereka sekarang sedang berusaha menyusun bahan naik pangkat. kalau ibu Dewi, Ibu Femi, dan ibu As mereka membuat sendiri bahan naik pangkat.Â
Teman saya yang satu sekolah adalah ibu Dewi, ibu Femi serta Ibu As. Mereka sekarang sedang berusaha menyusun bahan naik pangkat. kalau ibu Dewi, Ibu Femi, dan ibu As mereka membuat sendiri bahan naik pangkat.
Dan teman saya yang lain yaitu satu komplek dengan saya. Nama beliau adalah ibu Ita. Beliau mengatakan bahwa naik pangkat sekarang susah. Tidak ada lagi pembritahuan kepada guru, walaupun bahan tersebut kurang satu.
Mendengar hal itu saya mengomel sendiri, kok seperti itu penilai. Bukankah kita susah untuk mengurus bahan naik pangkat ini. Ada yang membayar di tempat mencetak, sampai ratusaan ribu ada juga yang sampai jutaan. Ada yanag membuat sendiri.
Jangan uang yang dihitung susah membuat bahan itu saja luar biasa. Waktu dan keluarga yang jadi korban. Bagaimana penilai bisa berkata seperti itu? Apakah perjuangan guru selama membuat bahan naik pangkat tidak diperhitungkan?
Kepada siapa saya akan mengoentari, karena saya juga diperlakukan seperti itu dulu. Saat naik pangkat ke IIIc. Sampai tiga kali bahan saya dipulangkan. Penilai tidak mau lagi untuk menerimanya.
Kalau sudah seperti ini tentu sangat sulit bagi guru naik pangkat. Apalagi sekarang banyak guru yang masih golongan tiga. Seperti halnya saya. Sekarang masih golongan IIIc.
Saya hanya mau kepada penilai jangan dipersulit guru untuk naik pangkat. Kalau ada yang salah tolong telepon saja guru yang bersangkutan. Proses naik pangkat yang dilakukan guru termasuk ke dalam proses penilaian seperti yang dilakukan peserta didik.