Sembari duduk bersandar pada balkon kamarnya . Lelaki itu, mengembangkan senyum indahnya. Melintasi bayang kegagalan dan kehidupan selanjutnya dalam pikirannya. Dari kamar, di tengah obrolan kami, sebut saja Diki, ia bercerita mengenai kehidupan semasa ia menjadi seorang mahasiswa yang mempunyai banyak mimpi.Â
Laki-laki yang menjadi lulusan salah satu Universitas Swasta itu terlihat gusar sambil melangkah, "Lelah," katanya. Dengan terus menyeka keringat yang terus turun di pelipisnya. Dengan pakaian hitam putih, sambil memegang map coklat karena belum juga ada yang menerima lamaran pekerjaannya. Diki melakukannya karna memang ia sudah lulus kuliah dan saat ini sudah menjadi sarjana S1. Mau bagaimana? situasi ini memang harus ia hadapi. Diki tak sendiri, ia berjalan bersama kerabat dekatnya semasa kuliah dulu, Ibnu, mereka berjuang bersama. Sudah tak kuat melangkah, ia mencoba memesan aplikasi ojek online untuk mengantarnya pulang bersama Ibnu.
Telah banyak pekerjaan yang dilamarnya namun, tak ada satupun panggilan yang mereka terima. Diki dan Ibnu pun tidak hanya berfokus pada melamar pekerjaan namun, mereka juga mencoba apply magang di perusahaan ataupun start-up. Berhari-hari menunggu dengan hasil yang tak kunjung menerima panggilan.
Pada akhirnya Diki & Ibnu memutuskan menggunakan 'orang dalem' agar bisa cepat bekerja. Setelah diterima di salah satu perusahaan bidang pertanian lewat lembaran kertas milik pamannya Ibnu, Diki merasa salah tempat. "Duh salah masuk," katanya. "Saya merasa ga enjoy, tertekan. Perusahaan ini berat dan senioritas. Bahkan udah mencoba sugesti otak saya 'Pikirin aja gajian dik, gajian, tahan, bodo amat," ujarnya dalam perbincangan. Berangkat pagi, pulang sore.Â
Belum lagi yang di bentak sama atasan, di kerjain segala macem, di suruh ngelakuin yang bukan pekerjaan kita. Pokoknya parah, setelah bertahan selama 6 bulan lelaki itupun keluar dari pekerjaannya, "Saya menyerah," ujarnya. Tentu dibarengi dengan sohibnya, Regi. Mereka sama-sama merasa tak berdaya berada di antara manusia di lingkungan yang toxic.
Setelah keluar dari pekerjaan sebelumnya, tekad Diki dan Ibnu untuk mencari pekerjaan yang baik tidak berhenti. Mereka selalu mencari cara dan saling share kalau ada lowongan kerja, sekalipun itu hanya lowongan untuk magang. Di bulan ke 4, setelah mereka kirim email ke berbagai perusahaan. Akhirnya, mereka mendapat pekerjaan yang sesuai dengan jurusan yang di ambilnya sewaktu kuliah dan mereka yakin kalau kali ini perusahaan yang akan ia tempati pasti mempunyai lingkungan yang positif.Â
Waktu terus berjalan, hingga tak terasa Diki & Ibnu sudah 3 bulan bekerja disana. "Sama saja seperti yang sebelumnya," ujarnya dalam hati. Mereka pun memutuskan untuk keluar lagi dari pekerjaan itu dan memilih untuk bekerja sebagai wedding organizer yang pekerjaannya pun ringan dan enjoy. Mereka pun menjalani pekerjaannya sebagai WO dengan ikhlas. Memiliki atasan yang ramah, memiliki teman-teman yang merangkul bukan memperbudak. Namun, tidak mungkin mereka selamanya bekerja menjadi Wedding Organizer, mereka terus berusaha mencari pekerjaan lainnya. Dan ikut berbagai macam kursus untuk memenuhi kebutuhan tes kerja nantinya.Â
Bukan maksud tidak bersyukur, hanya, mengikuti isi hati dan menjaga kesehatan mental bukankah hal yang baik? bagaimana jika di lanjutkan justru membuat kondisi mental terganggu dan terus menerus tertekan dengan keadaan. Jawaban yang tepat adalah kembali ke titik awal, mulai dari merancang tujuan, pikirkan yang akan kita tuju, pikirkan apa yang sebenarnya kita inginkan. Bila satu jalan sudah tertutup, maka masih banyak jalan lainnya. Bila satu pintu tertutup, temukan kuncinya.Â
Diki berhasil menemukan tujuannya. Setelah terpuruk pada takdir yang mengujinya. Diki memiliki keinginan berjuang kembali untuk bisa mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan cita-cita nya dan juga sesuai jurusan yang ia ambil ketika kuliah, kali ini ia lebih berusaha dengan sungguh-sungguh. Pekerjaan sebagai Wedding Organizer nya pun masih tetap ia kerjakan, sambil mengikuti kursus untuk persiapan tes CPNS di tahun berikutnya.Â
Tibalah saat itu, Diki dan Ibnu pun dengan yakin mengikuti tes CPNS dengan harapan lulus dan bisa bisa mewujudkan keinginan mereka menjadi seorang PNS dan bekerja di bawah suatu pemerintahan. Berbagai macam tes mereka lalui dengan maksimal, tibalah dimana hari pengumuman kelulusan. Dan tidak disangka Diki & Ibnu lolos seleksi CPNS dan melanjutkan ke tahap berikutnya. Setelah melakukan Prajab selama 3 bulan lalu Sertijab. Setelah semua proses di lalui, sampailah mereka pada penempatan kerja di bagian yang telah di persiapkan. Dan ya usaha dan keputusan yang mereka ambil tidaklah sia-sia, perjuangan yang mereka lalui berbuah manis.Â
Saat ini,mereka bekerja di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI dengan penuh rasa bersyukur. "Kita bisa,", ujar Diki. Sambil berjabat tangan dengan Ibnu sebagai bentuk rasa bangga terhadap diri masing-masing. Dan mereka pun melanjutkan kehidupannya dengan maksimal. Lika Liku setelah lulus S1 memanglah ada dan harus kita hadapi. Dan kita harus yakin bahwa kita mampu meraih mimpi kita - DikiÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H