Mohon tunggu...
Tori Minamiyama
Tori Minamiyama Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Dari Negeri Sakura berusaha menghapus segala unsur kesedihan, bahaya dan kotor demi kehidupan yang lebih berarti. Suka bepergian kemana suka demi semburan nafas yang dahsyat dan sebuah semangat kehidupan...Menulis dan membagi pengalaman untuk bangsa!

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Wisata Korea: Guide dan Pelukan Gratis!

20 Mei 2012   05:27 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:04 2665
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_178050" align="aligncenter" width="528" caption="Kawasan Myeongdong malam hari"][/caption]

Membaca judul tulisan ini di atas, pasti kita berpikir bahwa berwisata di Korea Selatan terkesan sangat nyaman dan nikmati sekali dengan adanya guide atau pemandu wisata gratis dan juga apalagi ditambah dengan adanya pelukan gratis pula yang diberikan kepada wisatawan.

Kenyataan tersebut di atas memang benar adanya karena penulis beberapa hari yang lalu, tepatnya awal bulan Mei 2012, sempat mengunjungi Korea untuk berwisata selama 5 hari.

Sebelum banyak membicarakan guide dan pelukan gratis, penulis ingin sekali mengungkapkan pembuktian kebenaran tentang pernyataan yang banyak orang katakan dan tuliskan setelah mereka kembali dari kunjungan wisatanya di Korea yang mengatakan bahwa Korea sangat enak dan nyaman untuk dikunjungi.

Saya sewaktu membaca tulisan tersebut langsung berpikir dan bertanya dalam hati tentang enak dan nyaman yang bagaimana?

Jawaban dari keingintahuan saya tersebut langsung terjawab sejak pertama kali saya masuk negara Korea menginjakkan kaki di pelabuhan laut di Kota Busan.

Sebelum keluar dari bangunan gedung imigrasi di pelabuhan tersebut sudah sangat jelas terlihat banyak petunjuk yang tertulis dalam empat bahasa, yaitu Bahasa Korea, Inggris, Cina dan Jepang. Dengan begitu nyaris buat wisatawan yang pertama kali mengunjungi Korea bisa dikatakan tanpa masalah walau tidak mengerti bahasa dan hurufKorea.

Saat itu, saya tanpa membuang banyak waktu di pelabuhan laut Busan, langsung naik taksi yang sudah siap mengangkut penumpang dari tempat mangkal taksi di depan pintu keluar pelabuhan tersebut. Beruntung sekali saya, karena kebetulan pengemudi taksi tersebut bisa berbahasa Inggris dengan baik, atau minimal bisa saya pahami.

Ternyata, saya pikir guide gratis saya yang pertama di Korea yaitu seorang sopir taksi yang pintar bicara Bahasa Inggris yang di sepanjang perjalanan juga bicara tentang aturan-aturan lalu lintas dan memberitahu nama-nama tempat-tempat yang dilewati saat itu.

Siapa sangka, ternyata pengalaman manis dan lancar seperti itu tidak terjadi lagi sewaktu saya naik beberapa taksi baik di Kota Busan maupun Seoul. Kebanyakan dari sopir taksi yang saya temui dan mengantar saya pergi dari tempat satu ke tempat lainnya tidak bisa berbahasa Inggris, dan langsung mengajak bicara bahasa Korea.

Dengan kejadian itu, mendadak suasana di dalam taksi menjadi membingungkan karena saya tidak bisa bicara bahasa Korea dan hanya bisa menyebut nama tempat yang ingin saya kunjungi dan beberapa patah kata Bahasa Korea yang sederhana saja. Sebenarnya saat itu saya membawa bekal buku Bahasa Korea tetapi mungkin perlu waktu saya membuka dan mencari kata-kata untuk bicara dan menerangkan maksud saya kepada sopir taksi tersebut.

Bila terjadi suasana seperti itu, ternyata sopir-sopir taksi di Korea punya cara khusus merubah keadaan menjadi baik dan lancar, yaitu dengan cara mengeluarkan handphone-nya dan menelpon guide khusus pariwisata yang disediakan oleh pihak Kantor Organisasi Pariwisata Korea.

Dalam hitungan detik sambungan telepon tersebut terhubung langsung dengan guide yang kita inginkan, yaitu ada guide yang bisa menerangkan dan bicara dalamberbagai bahasa, seperti Bahasa Inggris, Jepang, Cina dan lainnya yang pastinya gratis dari pembayaran.

Dari dalam taksi saya bisa bertanya kepada guide diujung telepon tersebut mengenai berbagai hal khususnya mengenai kesulitan saya baik dengan Bahasa Inggris dan atau Bahasa Jepang dan kemudian sang guide tersebut berbicara dengan sopir taksi kembali untuk menerjemahkan dan menerangkan maksud-maksud saya sampai jelas. Beruntungnya, dalam keadaan saya sebagai penumpang taksi yang bisa dikatakan tidak paham, sopir taksi tidak berbuat jahat dan tetap baik kepada saya.

Bila kita amati interior di dalam kebanyakan taksi-taksi di Korea, ternyata di sisi bagian pintu-pintunya tertempel stiker yang intinya pihak Kantor Organisasi Pariwisata Korea menyediakan guide gratis bila anda sebagai wisatawan menginginkannya, dan tinggal telepon di nomor telepon yang tertera dan menyebut kata "free interpreter” dan dengan begitu penerjemah yang anda inginkan muncul bicara di telepon sesuai bahasa permintaan anda yang utamanya empat bahasa yang saya sebutkan di atas tadi.

Alangkah nyamannya sebagai wisatawan asing yang naik taksi di Korea !

Selain itu, bila kita mengunjungi distrik atau kawasan Itaewon di Kota Seoul, akan kita jumpai banyak guide atau pemandu wisata yang siap membantu anda.

[caption id="attachment_178049" align="alignleft" width="300" caption="Pemandu wisata gratis di Itaewon sedang memberi penjelasan kepada turis Jepang"]

13374907951285666889
13374907951285666889
[/caption]

Itaewon adalah sebuah kawasan pemukiman dan perbelanjaan di tengah Kota Seoul yang juga terkenalbagi kalangan turis asingdan personel tentara ASyang sedang bertugas di Korea Selatan. Kawasan wisata ini terdapat banyak restoran mancanegara, hotel, berbagai toko yang menjual bermacam barang dan juga tak ketinggalan banyak pedagang kakilima. Sebagai gambaran, mungkin Itaewon mirip dengan kawasan Malioboro di Jogja tetapi lebih luas dan panjang jalannya saja.

Bila kita berjalan di sepanjang jalan utama di Itaewon, akan kita jumpai pemandu wisata gratis yang biasanya berjalan keliling berdua dengan rekan kerjanya dengan mengenakan pakaian seragam merah dan bertopi, serta di lehernya tergantung tanda pengenal yang tertulis “Pemandu Wisata Gratis” dalam Bahasa Inggris, Cina, Jepang dan lainnya.

Penulis sempat disapa dengan salam oleh pemandu wisata seperti itu, baik dengan bahasa Cina, Jepang maupun Inggris sambil melontarkan senyum ramahnya seakan siap dan ingin membantu segala kesulitan saya sebagai wisatawan.

Sempat saya beberapa kali menanyakan keadaan dan tips supaya saya lancar dan senang menikmati kawasan Itaewon dalam Bahasa Jepang. Penulis amati para pemandu yang bekerja seperti itu di kawasan ini terdiri dari kaum muda mudi yang asli berbahasa yang dilayaninya atau native speaker. Hanya saja saya tidak menemukan pemandu yang berbahasa Indonesia di Itaewon. Tetapi tidak usah khawatir karena pasti ada panduan yang bisa mereka berikan dengan cara tertentu atau kalau anda beruntung bisa sempat bertemu di daerah tersebut dengan sesama orang Indonesia yang sedang berdomisili di Korea yang jumlahnya lumayan banyak juga.

Sebenarnya kalau kita bisa berbahasa Jepang tidak akan menemui banyak masalah selama berada di Korea Selatan khususnya bila mengunjungi kawasan Itaewon atau pusat wisata lainnya, karena sesuai kenyataan yang penulis lihat dan alami, kebanyakan orang Korea bisa mengerti dan bicara Bahasa Jepang, khususnya mereka yang bekerja di hotel-hotel dan tempat wisata serta tempat perbelanjaan termasuk para pedagang kakilima. Penjelasan barang dan harga dagangannya pun sering juga tertulis dalam Bahasa Jepang.

Berbicara tentang pemandu wisata gratis di Korea, sebenarnya kita bisa melihat program pemerintah Korea yang dengan gencarnya menjadikan negaranya hebat dan nyaman bagi para wisatawan.

Wisatawan yang akan mengunjungi Korea bisa mendaftar diri lewat website Kantor Organisasi Pariwisata Korea untuk mendapatkan pemandu wisata gratis sesuai bahasa yang diinginkan. Jika kita misalnya sudah melakukan pendaftaran, maka akan mendapatkan penjelasan tentang ketersediaan pemandu yang kita minta serta detil-detil perincianya melalui email.

Sebegitu besarnya perhatian pemerintah Korea dalam menyambut tamu wisatanya, akan tetapi sayang sekali penulis tidak memanfaatkan kesempatan ini karena dengan alasan hanya tidak mau terganggu setiap melangkah dan ingin bebas saja menapaki negeri ginseng yang akhir-akhir ini produk drama dan film-film serta boyband nya sedang digandrungi muda-mudi Indonesia.

Lain Itaewon lain juga Myeongdong !

Myeongdong atau Myongdong adalah salah satu distrik belanja di Kota Seoul yang terbesar, banyak terdapat toko-toko yang menjual barang-barang dengan harga sedang sampai mahal dari produksi dalam negeri maupun international.

Myeongdong juga adalah pusat fashion dan kehidupan malam dari anak-anak muda Seoul. Kabarnya distrik ini mempunyai jalan kota termahal ke-9 di dunia dalam hal sewa floorspace.

Penulis tidak akan membicarakan keramaian dan kemegahan kawasan Myeongdong tersebut, tetapi hanya ingin mengatakan bahwa pada saat berjalan-jalan menikmati keramaian kawasan perbelanjaan yang menyajikan banyak pilihan dari dagangan penjual kakilima sampai barang yang dijual di took-toko dengan harga selangit.

Seiring kaki melangkah di sepanjang keramaian malam kawasan Myeongdong, saya jumpai seorang perempuan muda cantik Korea sedang berdiri di tengah keramaian jalan sambil membawa selembar kertas putih bertuliskan huruf berbahasa Inggris dan Jepang, “Free Hug” ! Woow…ternyata perempuan yang berpakaian tradisional Korea itu, siap memberi pelukan gratisnya kepada siapapun khususnya kepada wisatawan baik tua muda maupun laki-laki dan perempuan.

[caption id="attachment_178052" align="alignleft" width="300" caption="Penulis bersama gadis Korea "Free Hug" guide !"]

1337491198132492817
1337491198132492817
[/caption]

Saya melihat hal itu hanya terdiam terpana sambil memegang kamera saja. Oleh karena itu kesempatan saya mendapatkan pelukan gratis disambar teman saya dan wisatawan lainnya saat itu. Beruntung masih bisa berkesempatan foto bersama. Seperti yang perempuan tersebut lakukan kepada setiap wisatawan yang dipeluknya, dia bertanya kepada saya, “Any problem?” dan mengulangnya dalam Bahasa Jepang, “daijoubu desu ka?” yang artinya, “Apakah tidak ada masalah apa-apa?”. Spontan saja saya jawab dengan kata, “daijoobu desu yo !” karena saya langsung tahu maksud dia yang bertanya tentang keadaan perjalanan tour saya di Korea khususnya di kawasan Myeongdong.

Saat penulis meninggalkan kawasan tersebut menuju kawasan yang lainnya terpikirkan bahwa penyambut wisatawan "free Hug" tersebut sebenarnya bisa memberi informasi dan pertolongan kepada wisatawan yang butuh bantuan dan informasi mengenai wilayah Myeongdong.

Tak sadar kalau malam telah larut menjelang tengah malam dan sambil menikmati makan dan minuman di suatu kafe dikawasan Namdaemun, lagi-lagi saya menelepon guide gratis seperti saat saya berada dalam taksi tengah-tengah kota di Korea untuk sekedar menanyakan informasi tempat-tempat wisata dan hal lainnya untuk acara tour saya hari berikutnya.

Pelayanan panduan wisata gratis 24 jam berbagai bahasa yang sangat membantu dan memuaskan selama wisata di Korea !

Bagaimana dengan anda? Ingin mencoba juga atau masih ragu untuk melakukantour atau menjadi backpacker di Korea?

Salam dari Jepang

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun