Mohon tunggu...
Nino Zayat Salfandha
Nino Zayat Salfandha Mohon Tunggu... Pelaut - Radio Officer

Bekerja sebagai Marine Port Control di Kepanduan Muara Satui - Bunati, Kalimantan Selatan... Sambil kuliah online di Prodi Sistem Informasi - Universitas Siber Asia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Industri 4.0 Bawa Kenyamanan, Society 5.0 Memberi Tantangan

11 Juli 2021   22:48 Diperbarui: 15 Juli 2021   19:44 797
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Munculnya AI dan robotisasi telah melahirkan kekhawatiran, tidak hanya tentang potensial kehilangan pekerjaan, tetapi juga terkait masalah etika dan kemungkinan masa depan di mana manusia, sampai pada taraf tertentu dikendalikan oleh teknologi yang lebih pintar daripada mereka. Namun kabar menggembirakan itu datang, bahwa kehadiran otomatisasi hanya akan menghilangkan sedikit sekali pekerjaan di massa yang akan datang (Chui et al., 2016). Kegiatan kehumasan PR tidak mungkin seutuhnya akan digantikan oleh robot, sebuah laporan Institute of Public Relations Chartered 2018 menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil dari tugas PR yang rentan terhadap otomatisasi dan kehadiran Artificial Intelligence (Valin, 2018).

Tugas humas adalah meminimalisir terjadinya misinformasi yang dapat terjadi di masyarakat. Ketika suatu perusahaan/organisasi terkena masalah, humas harus siap menjadi juru bicara utama untuk menyampaikan informasi sekaligus melindungi citra baik perusahaan tersebut. Masyarakat Indonesia umumnya sudah melek teknologi, namun belum melek informasi. Maksudnya, kita sudah sangat dekat dengan dunia digital, bahkan setiap hari hidup berdampingan dengannya, namun kita tidak mengoptimalkan penggunaannya. Jika dipikir lagi, sekarang sangat mudah mengakses berbagai macam literatur di dunia digital. Namun apa berarti literasi orang Indonesia bertambah? Tidak. Nyatanya banyak masyarakat yang masih mudah percaya dengan banyaknya hoaks yang beredar di internet. Tahun lalu, Microsoft merilis laporan Digital Civility Index (DCI) yang mengukur tingkat kesopanan digital para netizen di seluruh dunia saat berkomunikasi di dunia maya. Ironisnya, tingkat kesopanan warganet Indonesia memburuk delapan poin ke angka 76, yang menjadikan warganet Indonesia paling buruk kesopanannya di Asia Tenggara. Faktor utama yang mempengaruhi hal itu tak lain adalah berita palsu atau penipuan sebesar 47%. Peran humas masih sangat dibutuhkan di titik ini. Jangan sampai masyarakat termakan oleh fake-news yang tersebar untuk menyudutkan pihak tertentu.

Perilaku humas harus selalu menyuguhkan citra baik di masyarakat. Hal ini dikarenakan masyarakat melihat gambaran perusahaan/organisasi di wajah para humasnya. Kekhawatiran akan kedatangan AI dan Big Data yang menjadi ancaman bagi keberlangsungan profesi humas oleh manusia adalah semacam tekanan eksternal yang tidak boleh menjadi gangguan atau hambatan untuk para humas dalam menjalankan pekerjaan yang sesungguhnya.

Pada akhirnya, agar tidak tergerus oleh perkembangan jaman yang semakin pesat maka seorang PR juga harus dituntut untuk memiliki kompetensi dasar yaitu; (1) Analisis Data yang terdiri dari Analisis Deskriptif, Analisis Prediktif, Analisa Preskriptif. (2) Pengelolaan Media Sosial (3) Influencer(4) Content Creator (Arief & Saputra, 2019).

Sumber :
1. Queena, P. P., & Rohman, A. (2012). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Di Jawa Tengah. 1, 1--12.
2. Abdullah, A. (2020). Public Relations in The Era of Artificial Intelligence: Peluang atau Ancaman? Aristo, 8(2), 406. https://doi.org/10.24269/ars.v8i2.2629
3. Mosconi, F. (2015). The new European industrial policy: Global competitiveness and the manufacturing renaissance. Routledge, Taylor & Francis Group.
4. Arief, N. N. (2019). Public Relation In The Era Of Artificial Intelligence Bagaimana Big Data & Al Merevolusi Dunia PR. Simbiosa Rekatama Media.Arief, N. N., & Saputra, M. A. A. (2019).
5. Kompetensi Baru Public Relations (PR) Pada Era Artificial Intelligence: Case Study Praktisi PR di Indonesia.Jurnal Sistem Cerdas, 2(1), 1--12. https://doi.org/10.37396/jsc.v2i1.19

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun