Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Lima Penyebab Kekalahan Ahok dan Kegalauan Prabowo

9 April 2017   10:07 Diperbarui: 9 April 2017   10:13 6773
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Konsolidasi Aksi Bela Islam anti Ahok I Dok Ninoy N Karundeng

Politisasi agama dalam Pilkada DKI Jakarta ini dianggap efektif dan dianggap tak akan ada reaksi perlawanan dan menghasilkan euphoria dukungan kepada Rizieq FPI dan kalangan Islam garis keras. Partai agama PKS serta-merta tampil memimpin dalam setiap demo-demo dengan bergandengan tangan dengan FPI. Koar-koar kebablasan pun sampai revolusi ala FPI dilontarkan.

Para pentolan anti pemerintah pun keluar kandang dan makin menunjukkan gerakannya. Euforia itu dianggap kenyataan oleh para perencana makar dan menjadi alat empuk untuk menggiring para pentolan demo – yang juga menunggangi kasus Ahok dan Pilkada – untuk  berbuat makar. Tak pelak para pentolan makar pun ditangkap.

Tak sampai di situ, jaringan Anonymous pun turun tangan membantu dan menampilkan komunikasi aplikasi medsos yang berdasarkan bukti seperti televisi bantal kamar mandi dan lekuk tubuh Firza sendiri identik dan diyakini dilakukan oleh Firza Husein dan Rizieq FPI pentolan FPI. Tinggal menunggu pembuktian di pengadilan.

Perhitungan awal bahwa gerakan Islam radikal akan dengan  mudah membesarkan agendanya pun membuat para pentolan ciut – termasuk Rizieq FPI yang belakangan ngeper. Kasus penistaan Pancasila dan penghinaan terhadap Bung Karno menjadi alat keseimbangan hukum yang membungkam Rizieq – ditambah dengan penyelidikan terhadap makar si Khaththath alias Gatot yang kini ditahan.

Perimbangan kekuatan terus berlangsung. Gerakan melawan kampanye Anies-Sandi yang bersanding dengan FPI memaksa pemetaan secara strategis dilakuan. Maka kini tampak sekali segala upaya radikalisasi seperti pengerahan massa secara massif pun dapat diendus. Polri mengendus aksi-aksi sebelum pemungutan Pilkada 19 April di sidang Ahok dan setelahnya. (Tak pelak Polri pun mengirimkan surat kepada MA dan Pengadilan Jakut untuk mendunda sidang – dan dalam sidang pekan depan agenda penuntutan akan ditunda.)

Al Khatthath Gatot telah merencanakan makar setelah Pilkada dengan pengerahan massa – sebagai akibat kemenangan Ahok dan tuntutan terhadap Ahok yang sumir. Politisasi kasus Ahok senyatanya akan digunakan untuk penggerakan massa untuk tujuan makar.

Perlawanan di tingkat para partai pun menggila. Partai agama PKS serasa mendapatkan momentum – dengan partai nasionalis Gerindra menjadi kuda troya tunggangannya. FPI dan FUI serta HTI pun bergerak ke setiap sudut masjid dan menggelorakan anti Ahok. PAN dengan Amien Rais-nya pun berkoar-koar menjungkalkan Ahok – hal yang senyatanya PAN tidak laku di DKI. Anies-Sandi membekali diri dengan strategi lama kampanye Prabowo yakni (1) nyinyir, (2) kampanye negatif, (3) memanfaatkan media massa, iklan, medsos, dan IT yang mumpuni – yang masih dikomandani oleh Noudhy Valdryno, (4) Anies-Sandi menyerang pribadi Ahok.

Sementara pendukung Ahok pun bergerilnya dan merangkul GP Anshor dan NU untuk membendung FPI dan FUI yang menunggangi Pilkada DKI untuk tujuan menjadikan Jakarta Bersyariah – sebagai pintu untuk membangun Indonesia Bersyariah. Para kader partai pun menggenjot melakukan perlawanan untuk membendung agenda FPI dan FUI dalam Pilkada DKI Jakarta.

Dalam peta politik yang panas itu, tergambar polarisasi nyata antara Ahok yang didukung oleh Nahdliyin alias NU, GP Anshor, dan kalangan Islam rahmatan lil alamin dan NKRI. Sementara Anies-Sandi tergambar ditunggangi oleh FPI dan HTI serta FUI – yang memiliki agenda khilafah dan syariat Islam di Indonesia. Berbagai konsolidasi yang terpantau menunjukkan adanya gerakan tersebut. Salah satunya adalah berbagai konsolidasi aksi bela Islam yang anti Ahok yang dilakukan di tempat umum terpencil seperti tergambar dalam foto di atas.

Karenanya, kelima rancangan menuju kekalahan Ahok di atas hanyalah skenario strategi dan blue print dasar tanpa perlawanan. Strategi kontra strategi kampanye dari Timses Ahok pun belum diperhitungkan. Catatan kekuatan lain yang bergerak secara senyap tidak dianggap oleh Timses Anies – sama dengan kasus Pilpres 2014 ketika gerakan senyap berhasil menjungkalkan Prabowo. (Kini hal seperti itu terulang pada Anies.)

Maka ketika perlawanan pendukung Ahok secara (1) mobilisasi kepartaian, (2) Anonymous, (3) pembungkaman perencana makar lewat jalur hukum, (4) gerakan sistematis melawan Islam radikal oleh GP Anshor dan PBNU yang menjaga NKRI dan Pancasila, (5) penggembosan dan penguatan dukungan eks Sylvi dan Agus, (6) bungkamnya SBY yang tidak mendukung Anies yang hanya sekarang memiliki kepentingan penyelamatan diri dari Century dan Hambalang untuk Ibas yang sudah disebut. Pun, perlawanan ini pun masih juga harus berhadapan secara telak dengan para koruptor yang memiliki dana hampir tidak terbatas yang digelontorkan dalam kempanye di Pilkada DKI.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun