Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Aksi 212, Terapi Kejut dan Sangkaan Makar Ratna dan Dhani dalam Jepitan Hukum-Politik

2 Desember 2016   20:32 Diperbarui: 2 Desember 2016   21:14 9143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak awal tampak para 10 orang tersebut adalah para manusia yang gagal move on. Pernyataan demi pernyataan sering diungkapkan oleh manusia seperti Ratna Sarumpaet dan Ahmad Dhani terkait pemerintahan Presiden Jokowi-JK dan juga Ahok. Bahkan Prabowo pun menasihati agar mereka berjuang di dalam sistem – bukan di luarnya.

Segala sepak-terjang Presiden Jokowi dan Ahok menjadi santapan manis untuk dikomentari. Saking asyiknya menikmati kebebasan bahkan Sri Bintang Pamungkas pun mengirim surat ke DPR, MPR, dan bahkan TNI untuk pencabutan mandate kepada Presiden Jokowi dan Wapres JK.

Politik gagal move on berimbas pada segala aspek pertarungan politik. Kini, jepitan hukum dan politik terjadi untuk konsolidasi politik dan kekuasaan Presiden Jokowi-JK dengan tentu dukungan TNI, Polri dan rakyat yang normal dan waras.

Indonesia sebagai negara hukum tidak boleh tunduk pada tekanan massa dan pemaksaan oleh segelintir manusia yang memaksakan agenda pribadi mereka. Indonesia adalah negara yang  menegakkan hukum dan keadilan bagi seluruh warga negara. Menghadapi polarisasi dan penggiringan itu, Presiden Jokowi mengambil langkah tegas untuk melakukan konsolidasi. Yang terpenting konsolidasi politik saat ini diarahkan pada upaya stabilitas keamanan dan ketertiban umum.

Momentum yang dimiliki oleh FPI dengan menggalang dukungan melalui kendaraan tandemnya yakni MUI dicermati dengan sangat oleh Presiden Jokowi. Maka langkah penangamanan dan penangkapan terhadap 10 orang tersebut secara meyakinkan mampu mendinginkan suasana aksi doa 212. Aman. Nyaman dan damai. Kini arah bahasan media dan publik ke esensi kebangsaan yang sesungguhnya yakni melalui penguatan peran negara dalam melindungi kepentingan rakyat di atas kepentingan sempit para begundal politik.

Langkah hukum ini menjadi rangkaian untuk mengejar berbagai kasus lainnya seperti Century, Hambalang dan berbagai korupsi besar di masa lalu seperti E-KTP yang menggerogoti triliunan rupiah tanpa hasil maksimal. Maka penangkapan terhadap 10 orang tersebut adalah hal yang menjadi bagian dari upaya penegakan hukum di wilayah NKRI.

Selain itu, aparat hukum dan KPK  memberi bonus nanti mengendus berbagai korupsi seperti Hambalang yang Choel Mallarangeng terlibat dan diharapkan mau menjadi justice collaborator agar  mampu menyeret aktor begundal yang lebih tinggi. (Setelah Ratna dan Dhani maka langkah berikutnya akan sederhana dan jelas: akan menyasar ke Hambalang dan Century lebih dalam.)

Selamat malam Boediono. Selamat malam SBY. Selamat malam Gamawan Fauzi. Selamat malam Indonesia.

Demikian the Operators dan Ki Sabdopanditoratu ditulis pukul 14:00 namun gagal posting hahahaha.

Salam bahagia ala saya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun