Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Presiden Jokowi Perintahkan Pameran Lukisan Koleksi Kepresidenan di Galeri Nasional

8 Agustus 2016   11:01 Diperbarui: 8 Agustus 2016   11:13 1322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Atas perintah dan izin Presiden Jokowi, pameran lukisan koleksi Istana Kepresidenan tengah berlangsung di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta. Puluhan lukisan yang biasanya menghiasi istana kepresidenan diboyong dan ditampilkan di sana. Lukisan-lukisan itu menjadi penghias keindahan Istana Kepresidenan Tampaksiring, Cipanas, Bogor, Jogjakarta dan Jakarta tentunya. Berbagai lukisan pelukis terkenal seperti Raden Saleh, Dullah, S. Sudjojono, Basuki Abdullah, Walter Spies, Antonio Blanco, sampai pelukis biasa saja dipamerkan. Yang menarik adalah lukisan Bung Karno bertajuk “Rini”.

Sesungguhnya, sejarah tentang lukisan Istana Kepresidenan adalah sejarah tentang Bung Karno. Bung Karno sebagai seorang arsitek dan tukang insinyur memiliki rasa seni luar biasa tinggi. Sejak menjadi Presiden Republik Indonesia, Bung Karno telah memulai mengumpulkan lukisan untuk menghias berbagai istana. Kumpulan koleksi lukisan Bung Karno sungguh luar biasa yang kelak akan menjadi kebanggaan setiap Presiden Republik Indonesia yang mampu memandangi berbagai lukisan berkelas peninggalan Bung Karno.

Eyang saya Presiden Soeharto adalah satu-satunya presiden yang menambah koleksi lukisan istana kepresidenan selain Bung Karno. Tidak ada satu pun selain eyang saya Presiden Soeharto yang memiliki kepedulian mengoleksi lukisan anak bangsa untuk istana kepresidenan. Bagi Bung Karno, rumah tanpa lukisan adalah onggokan bangunan tanpa roh. Untuk itu Bung Karno secara masif mengoleksi lukisan anak bangsa.

rini-57a80251f67e617309ae1ac9.jpg
rini-57a80251f67e617309ae1ac9.jpg
Sebagai kurator lukisan, penulis sungguh terkagum oleh kemampuan Bung Karno melukis. Memang  Bung Karno adalah arsitek. Namun melihat goresan lukisan bertajuk Rini karya Bung Karno publik akan terperanjat. Lukisan Bung Karno didominasi oleh teknik melukis dasar realisme dengan konsep dasar tentang pencahayaan, gelap terang, dan komposisi.

Kemampuan Bung Karno melukis sungguh istimewa. Untuk memudahkan melukis Rini, Bung Karno melukis dari sisi samping. Teknik melukis dari samping adalah teknik melukis wajah paling mudah bagi pemula. Bung Karno menyadarinya. Bung Karno memahami bahwa melukis dengan posisi tepat dari tenggah wajah adalah cara melukis yang paling sulit.

Melihat Rini lukisan Bung Karno adalah melihat kedalaman Bung Karno dalam menorehkan cat ke kanvas. Sapuan cat Bung Karno cenderung memiliki kesabaran dan detil yang standard. Rupanya Bung Karno tergerak melukis untuk mengabadikan kegemarannya menikmati lukisan yang berkarakter. Pewarnaan lukisan Rini memiliki kecenderungan warna lembut seperti hijau, putih, abu-abu, coklat muda yang serasi. Pemakaian kebaya dan kain bercorak dalam diri Rini jelas menggambarkan sisi kebudayaan Indonesia. Simbol perempuan Indonesia berbudaya digambarkan oleh Bung Karno dalam diri Rini. Dengan satu-satunya lukisan Rini, Bung Karno membuktikan dirinya bukan hanya sebagai penikmat lukisan, namun juga sebagai pelukis: Pelukis Bung Karno.

Selain lukisan Bung Karno, lukisan karya Dullah dan Raden Saleh sungguh spektakuler. Raden Saleh melukis Penangkapan Diponegoro sedemikian kaya informasi. Sebagai maestro seni lukis modern Indonesia, Raden Saleh secara jelas menggambarkan perasaan semua yang dilukis. Opsir Belanda, Jenderal Belanda, pengikut Pangeran Diponegoro, tentara KNIL, bahkan ada tentara Gurka dari Nepal dan India serta opsir Belanda asal Ambon Maluku.

Detail lukisan Raden Saleh mampu menggambarkan perasaan marah yang tertahan dalam diri Pangeran Diponegoro. Muka mendongak menantang, namun karena sudah dikepung, Pangeran Diponegoro menahan para pengikutnya untuk tenang. Muka para pendukung yang tampak kecewa, sedih dan marah campur aduk.

Yang sangat menarik adalah dalam lukisan itu Pangeran Diponegoro dan para pengikutnya memakai sorban dan baju ala Arabia. Raden Saleh dengan cerdas secara obyektif menyampaikan bahwa Perang Diponegoro adalah perang untuk kepentingan pribadi Pangeran Diponegoro yang tanahnya dirampas untuk menjadi jalan di Tegalrejo Jogjakarta. Kemarahan Pangeran Diponegoro dilampiaskan dengan menggerakkan pengikutnya dengan memakai idiom simbol Islam. Maka dalam sejarahnya Pangeran Diponegoro dan para mengenakan jubah dan gamis ala Arabia dalam mengobarkan perang di Jawa 1825-1850.

Dalam lukisan Raden Saleh tergambar pula detail pakaian ala Opsir Belanda, pakaian rakyat, cara duduk dan berdiri yang sopan para pengikut Pangeran Diponegoro. Bahkan detail seperti mencopot sandal di depan kalangan ningrat pada saat itu tergambarkan dengan sangat jelas.

Sementara ada hanya empat orang yang memakai deskap khas Jawa dan blangkon. Tiga orang berwajah sama diisukan sebagai gambaran Raden Saleh sendiri yang berpakaian berbeda dari para pengikut Pangeran Diponegoro. Ketiganya mengenakan blangkon dan beskap sekelas opsir Belanda yang berdiri menenteng pedang di samping Pangeran Diponegoro.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun