Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pasti Gagal Lewat Independen, Ahok Lewat Parpol, dan Strategi Bungkam PDIP, Cokok DPRD DKI

16 Juli 2016   01:41 Diperbarui: 16 Juli 2016   07:20 5020
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PAN dan para partai lain berkoar: yang penting bukan Ahok, selain Ahok, ogah Ahok. PDIP pun sebagai partai terkorup sebelum Golkar ikut koor kerasukan anti Ahok. Kenapa? Semasa kepemimpinan Ahok sangat merugikan semua partai karena bancakan dan racikan kue APDB DKI Jakarta seret untuk bocor.

Pun fakta-fakta pembangunan dan perbaikan di DKI semakin membuat para parpol sedih dan bermuram durja. Kok Ahok membangun? Kenapa Ahok membangun DKI Jakarta? Langkah Ahok sangat berlawanan dengan marwah partai: membela kepentingan diri sendiri dan golongan dengan mengabaikan rakyat.

Kondisi semakin memberatkan para partai, sejak dicokoknya M. Sanusi, maka pencokokan akan terus berlangsung sampai ke titik perlawanan tertinggi: Prasetyo Edi Marsudi – Ketua DPRD DKI Jakarta dan the gang. Upaya memojokkan partai dengan silent operation berjalan mulus.

KPK pun akan bertindak cepat sesuai dengan gambaran yang dipertontonkan hasil kerja oleh the Operators: tak ada ruang dan semua ruang bisa digunakan untuk bermanuver. Tujuannya jelas; yakni membukakan mata warga DKI Jakarta bahwa yang tengah terjadi adalah perang antara Ahok dengan kepentingan para koruptor. KPK pun tak luput dari tekanan antara memilih jalan lurus dengan risiko dibenci para koruptor, atau jalan bengkok dengan upah dipuja para koruptor dan dibenci publik.

Dengan kesadaran tinggi dan petunjuk jelas, Teman Ahok dan Ahok pun menyampingkan berbagai hal sumir dan emosional dalam pencalonan Ahok sebagai calon gubernur DKI Jakarta. Ahok dan Teman Ahok menyadari bahwa upaya menempuh jalur independenpencalonan gubernur DKI Jakarta adalah strategi Plan B dan alat tawar kepada parpol. Teman Ahok dan Ahok sudah mengantisipasi perlawanan koruptor yang akan menyingkirkan Ahok sebagai calon gubernur dengan mengatur parpol tidak mengusung Ahok.

Kini ketika Golkar, NasDem dan Hanura telah memberi jalan bagi Ahok, Teman Ahok dan Ahok pun tidak perlu emosional menuruti orang galau ingin bunuh diri di Monas Habiburakhman yang tak takut dosa dan neraka dengan keinginan bunuh diri meloncat dari dasar Monas – bukan puncak Monas. Ahok dan Teman Ahok menyampingkan emosi dan yakin bahwa penyerah KTP dukungan untuk Ahok bukanlah orang-orang bodoh yang emosional yang akan menarik dukungan ketika Ahok menggunakan kendaraan parpol untuk pencalonannya.

Kini, Ahok dan Teman Ahok tengah membuat formula strategi pemenangan dengan mengubah 1 juta KTP sebagai modal pemenangan dengan meminta 3 parpol pendukung mengefektifkan gerakan untuk bersinergi dengan Teman Ahok.

Teriakan PDIP dengan isu deparpolisasi dan berbagai pernyataan Ring 1 PDIP yang tidak mendukung Ahok – akan dihentikan hanya dengan melakukan pembekapan hukum-politik dan politik-hukum terhadap anggota DPRD DKI Jakarta dan juga gilirannya nanti pentolan DPRD DKI Jakarta. PDIP dibungkam dengan kasus penyebutan lewat pengadilan Prasetyo Edi Marsudi dan yang lainnya secara berjamaah. Kondisi ini semakin membuat para parpol kesetanan dan mencari semua orang yang mungkin bisa melawan Ahok.

Ring 1 PDIP paling kelimpungan selain Gerindra yang tanpa arah – karena catatan diri sebagai parpol terkorupsetelah Partai Demokrat dan Golkar serta partai agama PKS, PAN, NasDem, Hanura, PKB, dan tentu Gerindra – dan dengan semangat juang tinggi mencalonkan Risma. Risma jelas tak akan laku di DKI Jakarta karena kerjaan Risma di Surabaya cuma bikin taman dan membagi hibah untuk yayasan terkait para partai.

Saking bingungnya, Yusril yang orang PBB mengedarkan diri ke semua partai dan menciumi bendera nasionalis PDIP berupa gambar banteng agar ditunjuk melawan Ahok. Sikap tak tahu malu dan penghamba kekuasaan alias hamba kekuasaan. Nafsu berkuasa politikus begitu tergambar. Yang lainnya nggak usah disebut sama dengan Yusril dan menjadi kaki tangan partai dan bukan berjuang untuk rakyat.

Nah, melihat catatan gelagat (1) pembungkaman terhadap DPRD DKI Jakarta, (2) dukungan Golkar, NasDem, dan Hanura, (3) pertimbangan perumitan pencalonan lewat jalur independen karena UU Pilkada yang direvisi khusus untuk menyingkirkan Ahok, (4) tak adanya calon pelawan Ahok yang sekelas dengan Ahok – kalau ada silakan sebut, (5) dukungan masyarakat yang sangat kuat, dan (6) Ahok pasti digagalkan lewat jalur independen, maka Ahok dan Teman Ahok pun sepakat untuk menggunakan jalur parpol dalam pencalonannya sebagai Gubernur DKI Jakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun