Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Teror di Nice Prancis, 80 Tewas, 108 Terluka, dan Strategi Indonesia

15 Juli 2016   09:51 Diperbarui: 15 Juli 2016   10:40 5463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.volkskrant.nl

Keterlibatan Prancis dan Inggris bersama dengan Amerika Serikat dalam menghancurkan Assad dan Syria, dan menyingkirkan Saddam dan Iraq, menyingkirkan Qaddafi den mendukung pemberontak di Libya, menjadi salah satu sebab maraknya serangan di Eropa oleh ISIS dan jihadist.

ISIS pun muncul akibat kondisi keamanan di Syria, Iraq, dan Libay yang lemah menjadi home ground bagi pelatihan dan semaian terorisme secara global – terutama dengan target Eropa. Di dunia, ISIS membagi sasaran terroris dalam tiga kelompok.

Mereka termasuk (1) target-target terorisme lain adalah Amerika Serikat, Inggris, Australia, Jerman, Inggris, Prancis, Russia dan Eropa. Kelompok lain (2) yang menjadi target adalah pemerintah Iraq yang mayoriras Syiah, Arab Saudi yang setengah mendukung ISIS dan jihadist serta pengekspor Wahabi, dan Turki yang mendua dalam mendukung ISIS.

Selanjutnya, (3) kelompok negara-negara dengan warga mayoritas atau banyak komunitas muslim yang dianggap tidak mengikuti khilafah dan ideologi ISIS dengan banyak silent jihadist and terror supporters seperti Lebanon, Mali, Tunisia, Maroko, Indonesia, Aljazair, Lebanon, Yordania, Bangladesh, Pakistan, Afghanistan, Somalia, Mesir, Malaysia, Filipina, dan Yaman.

Melihat kompleksitas masalah yakni perang ideologi antara ISIS dan jihadist dengan nilai-nilai kemanusiaan seperti di Prancis, dan Indonesia dengan Pancasila-nya, maka Prancis telah berupaya mencegah dengan melakukan de-radikalisasi terhadap para jihadist dan melakukan pemantauan gerakan. Namun, mengingat jumlah simpatisan jihadist dan teroris di Prancis dan Eropa, maka aparat keamanan dan intelejen masih tak sepenuhnya berhasil. Ideologi ISIS menyatu dengan sikap dan gaya hidup serta keyakinnan yang sulit diurai. Maka deradikalisasi terhadap para jihadist mengalami kegagalan.

Kondisi yang sama terjadi di berbagai negara seperti Eropa lainnya, Inggris misalnya. Di Indonesia kelompok teroris dan sumber pasokan teroris termasuk keluarganya telah diidentifikasikan dengan jelas. Pun di Indonesia deradikalisasi juga mengalami kegagalan. Terbukti para terpidana teroris melakukan aksinya kembali sekeluar dari penjara.

Maka untuk mencegah teorisme di Indonesia – yang harus dicontoh oleh Eropa dan negara-negara lain, strategi menumpas teroris dengan melakukan tindakan (1) pre-emptive measures dengan memusnahkan dan membunuh tersangka teroris sebelum bertindak, (2) terus membuntuti dan mengamati gerakan para simpatisan teroris, dengan (3) menguatkan intelejen, (4) memantau kantong-kantong terorisme dan kelompok radikal yang sudah terindentifikasi seperti Bekasi, Ciputat, Karawang, Magelang, Medan, Riau, Poso, Temanggung, Malang, Surabaya, Solo, Cianjur, Sukabumi, Jakarta, Bima, Pasuruan, Yogyakarta, Ambarawa, Tegal, Makassar, dan kota-kota lainnya, dan (5) melancarkan kampanye pluralisme dan menjauhkan Wahabisme dari Islam mainstream dan mengawasi gerakan radikal lainnya.

Jadi, Eropa mengalami serangan karena bercokolnya pertentangan ideologi ISIS dan jihadist dan banyaknya simpatisan khilafah di Eropa di tengah nilai-nilai kemanusiaan. Pun serangan di Nice dilakukan oleh warga Nice keturunan Tunisia yang merupakan simpatisan ISIS dan jihadist. Di Indonesia alasan ideologis radikal khilafah berhasil menarik segelintir organisasi dan masyarakat yang telah diidentifikasi dengan baik oleh aparat dan intelejen Indonesia.

Salam bahagia ala saya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun