Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Bom Madinah dan Politik Kontradiktif Saudi Arabia di Timur Tengah

5 Juli 2016   11:12 Diperbarui: 5 Juli 2016   14:34 3568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Asap dari serangan bom di Madinah I Sumber Presslajme.com

Tercatat sejak dua tahun terakhir ini terdapat 22 kali serangan bom dan teror di Arab Saudi. Pemicu utama gerakan dan perlawanan terhadap Keluarga Saud adalah (1) konflik kepentingan dan persaingan antar Keluarga Saud, (2) gerakan demokratisasi di Arab Saudi yang di bawah tanah, (3) semakin tidak populernya Wahabiah di Arab Saudi, (4) penguasaan kekayaan Saudi Arabia hanya di tangan penguasa monarki, (5) politik luar negeri dan dalam negeri yang kontradiktif dan membingungkan, sebagai akibat  (6) dari konflik internal Wahabi dan generasi baru Kerajaan Saud yang lebih pro demokrasi.

Politik luar negeri Saudi Arabia. Arab Saudi mendasari hubungan politik dengan dunia luar berdasarkan pada dua kepentingan: (1) menyebarkan Wahabisme, dan (2) kepentingan ekonomi. Pola hubungan yang didasari kebijakan puritan dan jumud Kerajaan Saudi yang wahabis, dan kepentingan ekonomi ini tampak sangat kontras dan kontradiktif. Semuanya bermuara kompromistis, hipokrit, dan standard ganda, baik dari pentolan Wahabisnya maupun dari Kerajaaan.

Standard ganda tersebut antara lain Arab Saudi tidak membela Palestina dan melakukan kontak dengan Israel. Bahkan Arab Saudi bersekutu dengan Amerika Serikat – tanpa Amerika Serikat Arab Saudi akan jatuh ke tangan Iran dalam seminggu. Baik Wahabi maupun Kerajaan Saudi pada saat bersamaan memusuhi Iran, Iraq yang berhaluan Syiah.

Dalam konflik Timur Tengah, posisi Arab Saudi selalu memihak yang disetujui oleh pentolan Wahabi. Contoh: pentolan Wahabi adalah pendukung ISIS dan menyerukan teroris Arab Saudi berperang di Syria dan Iraq, dengan harapan mengamankan Saudi Arabia. Wahabi pun mendukung Mursi dan Ikhawanul Muslimin (IM) di Mesir yang terjungkal.

Kini, ketika keterlibatan Arab Saudi yang hanya membenci Syiah sebagai pintu masuk intervensi di Yaman, Syria dan Lebanon, gerakan teroris berpaling ke dalam negeri Arab Saudi. Terdapat beberapa penyebab yang mengarah destabiliasasi Arab Saudi. Seperti (1) gerakan demokratisasi , (2) pelemahan Wahabi di Saudi membuat kekhawatiran baik pentolan Wahabi maupun Kerajaan. Selain itu (3) mis-manajemen dan korupsi negara dan (4) rasisme dan sukuisme dan kabilahisme di kalangan Keluarga Kerajaan.

Kondisi yang buruk itu ditutupi oleh Keluarga Kerajaan dengan berbagai cara. Namun, ketika Arab Saudi menjadi negara yang mengirimkan teroris ke Syria terbanyak, dan berhadapan dengan Assad yang didukung Russia, kesadaran bahwa politik luar negeri Saudi Arabia tidak sejalan dengan wahabisme sendiri. Keyakinan puritan para teroris menyadarkan bahwa Arab Saudi sendiri memiliki masalah dalam hal kekuasaan yang walaupun menggunakan Syariah memiliki hubungan dengan Amerika Serikat, Israel, Turki dan Eropa yang sekuler.

Pun permusuhan dengan Iran banyak dipandang oleh teroris ISIS sebagai upaya palsu melindungi kepentingan kekuasaan Keluarga Saud. Pun legitimasi penguasa Keluarga Saud dipandang oleh ISIS bukan sebagai kakhalifahan atau khilafah yang diinginkan ISIS. ISIS menginginkan Arab Saudi sepenuhnya mendukung ISIS bukan hanya membantu menyingkirkan Syiah di Yaman dan Syria serta memusuhi Iran.

Nah akibat dari politik luar negeri yang kontradiktif dan standard ganda, ditambah masalah dalam negeri, maka menjadi sangat beralasan destab ilisasi Arab Saudi di depan mata. Pun, gelombang penarikan dukungan oleh Amerika Serikat semakin besar dan menimbulkan kekhawatiran. Belum lagi Arab Saudi memusuhi Iran dan justru berteman dengan Israel. Rumit dan ruwet di tengah Jazirah Arab yang dikuasai oleh mayoritas Sunni dan Syiah dengan minoritas Wahabi yang hanya sekitar 5 juta orang itu.

Maka kini Madinah pun menjadi sasaran bom bahkan mendekati Masjid Nabawi akibat sikap politik dalam dan luar negeri yang aneh dan kontradiktif. Dan dipastikan Arab Saudi akan mengalami goncangan demi goncangan jika tidak disikapi secara politis dan akar masalah dibongkar: Wahabi dan Keluarga Kerajaan sendiri yang menjadi masalah.

Salam bahagia ala saya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun