Dengan demikian, pillihan PDIP tetap mendukung Presiden Jokowi meskipun harus berbagi kekuasaan dengan Golkar dan para partai lain yakni PKB, PPP, PAN, Nasdem, Hanura, dengan meninggalkan partai gontai Demokrat dan partai segregatif ekslusif milik gerakan usroh partai agama PKS dan partai gurem Gerindra. Maka terkait Pilkada DKI pun akhirnya PDIP mendukung Ahok mengingat kepentingan lebih besar yakni dukungan PDIP kepada Presiden Jokowi. Pun disadari meskipun banyak kerugian mendukung Ahok oleh PDIP, karena pengaruh Presiden Jokowi, PDIP pun tak berkutik mendukung Ahok lewat berbagai operasi kecil-kecilan senyap terpadu the Operators.
Maka, terkait Pilgub DKI Jakarta, Ahok dan Teman Ahok pun sepakat mengusung Ahok lewat jalur parpol. Sejuta KTP dukungan Teman Ahok akan menjadi partner parpol dalm bentuk Relawan Teman Ahok. Ini sikap realistis jebakan politik mengusung Ahok yang berhasil. Kepastian dukungan parpol Nasdem, Golkar, Hanura, menjadikan PDIP dan para parpol lain kehilangan arah.
Sebabnya sederhana, mereka tidak memiiki satu pun tokoh yang bisa dijual dan dipercaya publik Jakarta. Hidayat Nur Wahid, Sandiaga Uno, Ahmad Dhani, Ratna Sarumpaet, M. Taufik, M. Sanusi, Yusril Ihza Mahendra, Ridwan Kamil, Risma, Ganjar Pranowo, Djarot, Fadli Zon, Fahri Hamzah, Thantowi Yahya, dan sebagainya tidak menarik hati dan jiwa publik Jakarta. Mereka tidak laku sama sekali.
Maka pilihan tetap satu: Ahok. Demikian Ki Sabdopanditoratu dan the Operators.
Salam bahagia ala saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H