Bagi Presiden Jokowi, ketika manusia telah mampu mengolok dirinya, maka tingkat pemahaman terhadap perbuatan orang lain pun menyesuaikan. Diolok, diejek, dan dibully sepanjang tidak melanggar hukum hanya menjadi bagian dari humor itu sendiri. Puisi Boneka dan Raisopopo yang menghantam Presiden Jokowi tidak ditanggapi sama sekali dan justru menjadi senjata mematikan bagi penulisnya: Fadli Zon.
Presiden Jokowi adalah salah satu orang yang memiliki selera humor yang sangat tinggi. Pilihan menjadi sederhana bukan karena kemiskinan masa lalu dan pendendaman akan keadaan. Kesederhanaan adalah bagian dari ekspresi diri dalam menikmati kehidupan. Bersarung, mengenakan baju sederhana, adalah potret keyakinan diri yang tinggi. Berbaju batik adalah ekspresi mencintai peradaban, kebudayaan, kekayaan seni bangsa Indonesia. Berjas pun menjadi bagian lain yakni menunjukkan kenyamanan mengenakan pakaian sesuai dengan tempat dan waktunya.
Presiden Jokowi tak akan membiarkan dirinya terdiam dalam tawa. Presiden Jokowi tidak jaga imej seperti eyang saya Presiden Soeharto yang tidak pernah terdengar tertawa ngakak sama sekali. Eyang saya Presiden Soeharto hanya tertawa ngakak ketika tak seorang pun berani menanyakan naskah asli Supersemar yang merupakan alat penyingkiran Presiden Soekarno. Itulah selera humor tinggi eyang saya Presiden Soeharto – menyetujui serangan dan pembunuhan atas preman hanya dengan senyuman. Sama seperti eyang saya Presiden Soeharto, Presiden Jokowi hebat selera humornya.
Salah satu humor tertinggi adalah ketika SBY sibuk Tour de Java menyerap inspirasi, Presiden Jokowi memotret rumput dan rongsokan Hambalang.
Jadi, baik Presiden Bung Karno, eyang saya Presiden Soeharto, Presiden BJ Habibie, Presiden Gus Dur, Presiden Megawati, dan Presiden Jokowi memiliki selera humor yang tinggi.
Salam bahagia ala saya.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H