Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pelajaran Politik Presiden Jokowi “Head-to-Head” Lawan Setya Novanto dan Riza Chalid

4 Maret 2016   00:26 Diperbarui: 4 Maret 2016   01:08 3442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kini faksi-faksi tanpa visi tengah berperang dengan pentolan Ical-Nurdin-Setya Novanto. Juga Mahyudin-Amali-Agun Gunanjar. Tak pelak juga Ade Komaruddin-Akbar Tandjung. Dari ketiganya yang memiliki uang bejibun nomor 1 adalah faksi Ical, Nurdin, Setya Novanto, disusul Akom. Mahyudin yang tidak memiliki uang sebanyak dua faksi lain.

Melihat peta seperti itu, dapat dipastikan Faksi Setya Novanto akan memenangi perebutan kekuasaan Golkar. Melihat gelagat tersebut, the Operators sejak awal telah mendorong Ade Komaruddin – yang telah beraudiensi dengan Presiden Jokowi – sekaligus menyingkirkan Setya Novanto yang ingin menjadi Ketum Golkar. Kini perang antar faksi ini semakin ramai karena dukungan the Operators kepada Ade Komaruddin.

Lalu makna kedua (2) lain yakni kawan dan dukungan media serta soliditas TNI, Polri, dan BIN serta media menjadi kekuatan yang menyeimbangkan antara perang kebenaran melawan kemungkaran.  Hanya karena dukungan mereka Presiden Jokowi mampu melangkah dengan langkah yang tetap benar.

Makna ketiga (3) peristiwa Papa Minta Saham telah dimanfaatkan oleh oportunis politik untuk penyeimbangan. Para parpol saling sikut untuk memanfaatkan kondisi transisi dan kisruh yang diciptakan dari hasil tersingkirnya – untuk sementara – permainan Riza Chalid di pemerintahan, meskipun senyatanya kaki tangannya jelas tetap menyusup di dalam pemerintahan Presiden Jokowi. Perlu diketahui, bahwa sampai sekarang ini, tidak ada satu pun pengusaha dan politikus yang tidak saling terkait antara satu dengan yang lain.

Pola rekruitmen para politikus DPR/MPR di Senayan dan DPRD juga menggambarkan kesamaan asal: (1) pengusaha, (2) politikus, (3) pejabat daerah dan keluarganya. Dengan sistem politik korup, maka perekrutan para politikus lokal dan nasional pun tak akan jauh dari pertemanan yang nepotis, kolusif, dan koruptif.

Maka penangkapan politikus Damayanti Wisnu Putranti jelas melibatkan Abdul Khoir sang pengusaha, Julia Prasetyarini, dan Dessy A Edwin selain politikus Budi Supriyanto. Pola korupsi berjamaah seperti ini seterusnya tergambarkan dalam banyak kasus korupsi. Bahkan kasus Papa Minta Saham pun menggambarkan hal yang sama: ada Setya Novanto sebagai politikus dan pengusaha dan mafia Riza Chalid.

Karenanya, meskipun Riza Chalid ngumpet di Singapura, namun para kaki tangan dan oportunis tetap merangsek di semua kesempatan. Presiden Jokowi tentu begitu memahami gambaran lebih lengkap gerakan untuk membangun kekuatan Riza Chalid melalui partai politik. Maka tak mengherankan Setya Novanto bergerak dahulu dengan berusaha merebut Golkar. Setya Novanto adalah politikus dan pengusaha yang paling berpengaruh di Golkar saat ini.  

Akibatnya, meskipun jatuhnya Setya Novanto dari Ketua DPR dan kaburnya mafia migas dan Petral Riza Chalid memberikan kejelasan tentang (1) siapa musuh, (2) siapa teman, yang berhasil memermalukan Setya Novanto dan kaburnya mafia Riza Chalid, dan (3) memberikan kesempatan oportunis politik dan ekonomi kepada pemain lain, namun senyatanya yang terjadi adalah adanya penyusupan di dalam pemerintahan Presiden Jokowi. Bahwa Setya Novanto tetap unjuk gigi dan Riza Chalid memergunakan kaki-tangannya untuk merusak dan masuk ke dalam struktur ekonomi dan bisnis melalui kroni-kroninya.

Jadi, meskipun ada keuntungan Papa Minta Saham, namun sesungguhnya posisi Presiden Jokowi justru menjadi sangat jelas head-to-head dengan Setya Novanto dan mafia Petral dan migas Riza Chalid yang lebih canggih – yakni menyusup ke dalam pemerintahan Presiden Jokowi. Untuk itu tak ada jalan lain sebenarnya selain menyelesaikan Papa Minta Saham secara hukum agar potensi ancaman politik sirna. Dalam politik kesempatan tak akan pernah datang dua kali. Pun, dukungan dan tungguan the Operators atas signal dari Presiden Jokowi pun ditunggu, demi dan untuk Presiden Jokowi yang bercita-cita berbuat untuk rakyat dalam Nawa Cita. Demikian Ki Sabdopanditoratu.

Salam bahagia ala saya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun