Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

5 Faktor Keraguan Presiden Jokowi Hadapi Setya Novanto dan Riza Chalid

28 Februari 2016   15:00 Diperbarui: 28 Februari 2016   15:05 2405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perlu diketahui orang semacam RJ Lino, di BUMN sangat banyak, termasuk praktik di Garuda Indonesia misalnya, Khusus kasus RJ Lino, kenyataannya RJ Lino benar-benar melakukan resistensi dan bersetia kepada rezim SBY, ketika persoalan dwelling time diungkit. Pelabuhan Tanjung Priok adalah potret praktik korupsi dengan tempat parkir container digunakan sebagai gudang dengan harga murah, yang didasari oleh kebijakan sewa murah. Perusahaan importir lebih murah menyewa tempat parkir disbanding dengan menyewa gudang atau memiliki stoke pile. Perselingkuhan pengusaha dan pengelola Tanjung Priok yang merugikan arus keluar masuk barang di Tanjung Priok.

Kelima, ketakutan Presiden Jokowi beralasan terkait dengan kisruh dan gaduh di awal pemerintahan. Energi untuk konsolidasi politik – meskipun banyak dibantu oleh the Operators dan kalangan ring 1 lainnya – tersita besar termasuk energi Presiden Jokowi.

Namun, sesungguhnya di mana pun di dunia, semua penguasa akan menghadapi tentangan karena perbedaan kepentingan. Presiden Jokowi telah bertindak benar memiliki Nawa Cita – yang jelas berlawanan dengan keinginan mafia seperti Riza Chalid dan para pengusaha hitam dan juga pemburu rente: yang dibuktikan dengan kasus Papa Minta Saham. Di AS Presiden Obama selama 7 tahun pemerintahannya selalu mendapatkan tentangan dari Kongres dan Senat yang dikuasai Republik. Itu hanyalah proses demokrasi.

Tidak seharusnya Presiden Jokowi ragu untuk menyelesaikan kasus Papa Minta Saham. Alasan demi kestabilan hanyalah bukti Presiden Jokowi takut menghadapi kegaduhan politik yang sebenarnya politik adalah kegaduhan, politik adalah persaingan, politik bukanlah selalu kompromi. Contoh kompromi politik selama 10 tahun ala SBY – yang membedakan SBY dengan Presiden Jokowi – telah menghasilkan pembangunan NOL besar di Indonesia. Kenapa?

SBY disandera 100% oleh Golkar dan Ical untuk semua kebijaksanaannya. Plus para politikus yang berselingkuh dengan para pebisnis dan mafia seperti Muhammad Riza Chalid. Hasilnya tidak ada kegaduhan politik, namun pembangunan sama sekali tidak jalan selama 10 tahun.

Sementara catatan lain, Presiden Jokowi sebenarnya disegani karena sifat tegas dan beraninya, bukan sikap kompromi – apalagi berkompromi masalah hukum dengan mafia seperti Riza Chalid. Bukan hanya merugikan bagi reputasi Presiden Jokowi, juga membuat para pendukung Presiden Jokowi kecut dan anti klimaks.

Dengan demikian, maka satu-satunya menjaga stabilitas politik bagi Presiden Jokowi adalah berani menyelesaikan kasus Papa Minta Saham sebagai solusi permanen. Pembiaran dan kompromi politik dengan Golkar hanya akan menghancurkan Nawa Cita dan akan memersulit dan mencoreng keberanian Presiden Jokowi dan menggerus dukungan rakyat. Now or never!

Salam bahagia ala saya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun