Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Presiden Jokowi di Persimpangan Jalan Politik, Belajarlah dari SBY dan Obama

26 Februari 2016   20:48 Diperbarui: 26 Februari 2016   20:57 2515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Obama menulis buku yang menjadi isi inti kampanye baik dalam merebut kursi Senat atau pun dalam kampanye ketika maju sebagai Capres Demokrat. Buku itu berjudul the Audacity of Hope yang berisi harapan dan optimisme. Obama menyebutkan: “I'm not talking about blind optimism here. Hope in the face of difficulty. Hope in the face of uncertainty. The audacity of hope.”

Pun buku the Audacity of Hope juga merupakan sikap politik, cita-cita, dan harapan Obama untuk mengubah Amerika Serikat yang dilanda krisis ekonomi, ancaman terorisme, hutang dan deficit yang besar dan menurunnya daya saing bangsa Amerika. Plus menurunnya tingkat keamanan dan kesejahteraan rakyat Amerika. Obama tampil dan dianggap pas memerbaiki keadaan. Janji-janji ditebar dengan isu menyelesaikan masalah Palestina-Israel. Memerbaiki ekonomi AS dan sebagainya. Hasilnya nol besar. Palestina semakin kacau-balau. Keamanan AS tetap terancam. Ekonomi tetap tertekan.

Padahal harapan digantungkan setinggi langit. Saking hebatnya harapan itu, bahkan Presiden Obama dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian. Alasan Komite Nobel pun sangat naïf karena Obama belum membuktikan ‘berbuat dan berprestasi selain harapan rakyat Amerika Serikat dan Dunia’: Hadiah Nobel untuk Obama ditujukan agar Obama mewujudkan cita-citanya. Itulah Hadiah Nobel paling aneh selama sejarahnya.

Presiden Obama mengalami kegagalan memimpin Amerika Serikat disebabkan oleh 4 hal (1) Obama tak mampu keluar dari tekanan kelompok pebisnis dan lobbyist di Washington, (2) Obama gagal bertindak sesuai dengan keyakinannnya seperti tertulis dalam buku the Audacity of Hope, dan (3) perlawanan kelompok konservatif dalam Partai Republik yang menerapkan asal berbeda dengan Presiden Obama, dengan munculnya Tea Party yang menguasai Kongres dan Senat Amerika Serikat yang dikuasai oleh Partai Republik. Lebih parah lagi, (4) kelompok partai Republik dan Demokrat pun  dikendalikan oleh kekuatan keuangan yang mengarahkan dan mengatur kebijakan Obama lewat legislasi di Kongres dan Senat.

Nah, di Indonesia Presiden Jokowi memiliki Nawa Cita sebagai prioritas kerja nyata Presiden Jokowi. Namun, seperti dialami oleh SBY dan Obama, Presiden Jokowi juga menghadapi tentangan dan tantangan yang sama: mafia dan pebisnis yang berselingkuh dengan politikus. Satu demi satu langkah-langkah politik didukung oleh pendukung setia beberapa orang hebat the Operators. Berkat dukungan mereka, terlebih setelah Jenderal Luhut Pandjaitan menjadi Menkopolhukam, sesungguhnya kekuatan Presiden Jokowi sudah maksimal dan Presiden Jokowi tinggal mengeksekusi Nawa Cita.

Olahan strategi politik lingkaran 1 dan the Operators - dengan dibuktikan dalam kasus terjungkalnya Setya Novanto - sesungguhnya tidak membuat Presiden Jokowi ragu-ragu mengeksekusi suatu keputusan. Kegagalan melakukan pembersihan dan mengakomodasi kepentingan dan janji politik misalnya Partai Golkar dan barter serta kompromi dalam kasus Papa Minta Saham secara nyata akan merusak Presiden Jokowi. Dukungan hebat the Operators menjadi tersia-sia ketika omongan Presiden Jokowi yang tidak menerima namanya dicatut sesungguhnya hanya menjadi ‘jualan ancaman pepesan kosong terhadap Setya Novanto dan mafia migas dan Petral Muhammad Riza Chalid.

Sesungguhnya Presiden Jokowi harus tetap tegas dalam kasus Papa Minta Saham. Sikap lemah Presiden Jokowi dan apalagi bisa dimaknai ketakutan melawan Setya Novanto akan membuat serangan balasan Setya Novanto yang jelas sakit hati dijatuhkan akan menyusun serangan balik politik. Kini, terlihat upaya merayu Ical, Nurdin Halid, dan Setya Novanto – yang sesungguhnya harus secepatknya diselesaikan secara hukum – dan diakhiri sepak terjangnya. Bukan malah dipelihara dan dirangkul demi mendapatkan dukungan Golkar. Sesungguhnya, ada pilihan menarik yakni Presiden Jokowi tetap menggantung posisi Golkar – demi menaikkan posisi tawar PDIP sebagai pengusung utama Presiden Jokowi, bukan malah berselingkuh dengan Golkar yang jelas akan merugikan Presiden Jokowi sendiri.

Kegagalan melokalisir mafia dan koruptor seperti Muhammad Riza Chalid dan mengusik keterlibatan Setya Novanto dalam kasus pencatutan nama Presiden Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla, dipastikan akan membuat Presiden Jokowi bernasib seperti SBY dan juga Barrack Obama di Amerika Serikat. Pun dengan sebab yang sama persis: takluk dan memeluk kelompok mafia dan pebisnis yang melawan kepentingan rakyat.

Jadi sesungguhnya, Presiden Jokowi harus banyak belajar dari SBY, bukan belajar lagu, namun belajar tentang kegagalannya ketika berkuasa dan berkompromi dan membiarkan mafia bermain, dan juga Barrack Obama yang gagal mewujudkan the Audacity of Hope rakyat Amerika. Maukah Presiden Jokowi belajar sebelum semuanya terlambat. Omongan Presiden Jokowi bukan hanya ditunggu oleh the Operators namun juga para pendukungnya.

Beranikah Presiden Jokowi menghadapi Muhammad Riza Chalid dan Setya Novanto ataukah malah memeluk mereka dengan berbagai dalih hukum dll. karena senyatanya namanya dicatut, dan sebagai konsekuensinya ditinggalkan oleh rakyat dan gagal seperti SBY dan Barrack Obama?

Salam bahagia ala saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun