Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Presiden Jokowi dan Donald Trump, Paradoks Dominasi Politik dan Neokapitalisme Atas Rakyat

25 Februari 2016   18:14 Diperbarui: 25 Februari 2016   18:19 1730
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kini di Indonesia, Presiden Jokowi melakukan perlawanan terhadap status quo warisan Orde Baru eyang saya Presiden Soeharto dan rezim SBY yang meletakkan kapitalisme sebagai soko-guru dengan basis impor sebagai. Cara SBY memorakporandakan ekonomi Indonesia adalah dengan subsidi BBM, membiarkan mafia berkeliaran, dengan psido demokrasi yang sejatinya dikuasai oleh kapitalis dan mafia. Maka ketika praktik ekonomi kapitalis dan korup tengah dan akan dibongkar, perlawanan muncul dengan serangan kepada Presiden Jokowi.

Di Amerika Serikat, yang sejak pemilihan pendahuluan nominasi calon presiden sampai pemilu presiden seluruh AS, praktik politik berbayar dalam demokrasi membeli suara adalah praktik senyatanya dalam pemilihan pendahukuan primary dan caucus. Hanya calon yang memiliki kekuatan keuangan seperti Hillary Clinton – yang akan menyingkirkan Bernie Sanders yang lebih pragmatis dan keluar dari the establishment di Washington – yang akan menang.

Hanya yang didukung oleh kekuatan modal, terkait dengan the establishment serupa Donald Trump yang memiliki kekayaan yang cukup untuk membiayai kampanye, menyingkirkan kapitalis lain yang kurang memiliki uang dan dukungan dari the establishment seperti Carly Fiorina dan Ben Carlson dari Republik dan Bernie Sanders dari Partai Demokrat: Hillary Clinton dipastikan akan semakin melenggang. Dan rakyat pun tak bisa mencampuri sistem politik korup di Amerika Serikat dan tak berdaya.

Kini perlawanan terhadap the establishment itu terjadi di Amerika Serikat dengan pemberontakan rakyat terhadap Partai Republik yang memilih businessman yang mengikrarkan diri keluar dari the establishment. Bahkan Donald Trump pun berani keluar dari taboo. Trump menyebut George Bush sebagai orang yang tidak menjamin keamanan Amerika Serikat dan  Bush membohongi rakyat Amerika Serikat dan Dunia terkait dengan tuduhan Saddam Hussein memiliki senjata pemusnah massal dan nuklir. Trump dan dunia mengetahui semua tuduhan Bush adalah omong kosong dan membohongi rakyat Amerika. Sesuatu yang belum pernah muncul dalam political taboo di AS, dan ini yang membedakan Trump dengan kandidat lain seperti Marco Rubio dan Ted Cruz.

Nah, kini di Indonesia, Presiden Jokowi dan publik dengan garang menyerang dan menyalahkan rezim lama SBY yang gagal berbuat untuk rakyat dan membuat rakyat jauh dari harapan. Sikap tegas Presiden Jokowi berpihak kepada kepentingan rakyat dengan membangun infrastruktur secara nyata – bukan rupa SBY yang akan akan akan akan akan akan tanpa menyebut kata sudah dalam membangun – meningkatkan dukungan rakyat kepada Presiden Jokowi.

Tentu, seperti di Amerika Serikat yang dikuasai oleh kapitalis dan kalangan penguasa tak kelihatan pemilik modal, sikap membela kepentingan rakyat ini mendapat tentangan dari rezim lama SBY lewat kaki tangannya: caranya dengan menyerang apapun yang bisa diserang asal bunyi. Misalnya proyek jalan tol trans Sumatera dan kereta cepat Jakarta-Bandung diserang dengan berbagai argumentasi yang asal bunyi da nasal berbeda: persis seperti sikap the establishment dengan Partai Republik, yang kalau di Indonesia diwakili oleh para anggota DPR RI dan para akademisi penghamba uang dan kapitalisme yang berkedok membohongi rakyat.

Maka, munculnya Presiden Jokowi berkuasa di Indonesia adalah wujud perlawanan rakyat Indonesia yang dikuasai oleh status quo: pemerintahan SBY yang abai terhadap rakyat, korupsi bersimaharajalela, kekuasaan politik kapitalisme, dan pencengeraman politikus yang memraktikkan politik ugal-ugalan untuk kepentingan sekelompok orang. Pun Trump menggeliat karena perlawanan terhadap the establishment di Amerika Serikat.

Jadi, seperti kata Noam Chomsky, tidak adanya harapan, terisolasi, dan ketidakberdyaan atas dominasi yang menekan rakyat membuat tak hanya di AS, di Indonesia muncul Presiden Jokowi dan di AS muncul Donald Trump, dengan konteks kepentingan berbeda. Namun, sama-sama rakyat membuat perlawanan terhadap kapitalisme dan kekuasaan  karena rakyat benar-benar seseungguhya tidak berdaya.

Salam bahagia ala saya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun