[caption caption="Ical I Sumber Tribunnews.com"][/caption]Ical mengeluarkan dua pernyataan yang menunjukkan kekalahan. Pertama Ical alias Aburizal Bakrie menyebut bahwa koalisi Prabowo masih ada – hal yang bertolak belakang dengan kenyataan. Kedua, Ical menyatakan bahwa Ical mundur dari Golkar karena tidak dikehendaki oleh penguasa. Mari kita telaah pernyataan Ical dan menguliti calon Ketum Golkar yang direstui dan diinginkan oleh penguasa Ade Komaruddin dengan hati gembira ria riang sentosa merayakan tersingkirnya Ical sambil menari menyanyi berpesta-pora jungkir balik tertawa selamanya.Â
Ical sebagai Ketum Golkar memang tidak dikehendaki oleh penguasa. Jangankan penguasa, rakyat dan Golkar pun tidak menginginkannya. Faktanya rakyat tidak memilih capres dari Golkar dan yang diusung oleh Golkar.
Rakyat terlalu ingat kasus Lumpur Lapindo – yang akhirnya rakyat membayar sendiri lewat dana APBN menalangi ganti rugi korban Lumpur Ical. – maka Ical tak laku nyapres maupun orang yang didukung. Secara internal Golkar gagal meraih suara rakyat dan merosot tajam kursi di DPR – dari 106 kursi menjadi 92 kursi di DPR. Akibat lainnya Golkar gagal dalam pilkada serentak dan hanya mendapatkan 14 persen kemenangan. Jelas menyesakkan kader Golkar.
(Pun Ical gagal memenuhi janji akan menyumbangkan Rp 1 triliun untuk dana abadi Golkar untuk pengembangan partai.) Gatot alias gagal total di dapur dan di luar rumah, eksternal dan internal. Jelas ini merugikan para kader Golkar yang gatel ingin berkuasa – karena khittah Golkar adalah memeluk kekuasaan. Tentangan terhadap Ical tak perlu oleh penguasa namun berlaku dari dalam Golkar sendiri.
Maka, sebenarnya Ical memersalahkan orang lain dan di luar Golkar yang memang tak menghandaki kepemimpinan Ical di Golkar. Faktanya, temannya sendiri Waketum Golkar, Agung Laksono, berusaha menyingkirkan Ical dengan berbagai intrik internal dan eksternal yang melibatkan langsung the Supreme Operator dan dibantu oleh the Operators. Kenapa?
Golkar adalah partai penting yang harus dikuasai oleh pemerintah karena di dalam pemerintahan Presiden Jokowi telah bercokol dua orang terpenting yakni Wapres Jusuf Kalla dan Jenderal Luhut Pandjaitan. Golkar harus dipegang ekor dan kepalanya karena merupakan partai tercerdas dan terpenting, selain PDIP namun trik dan intrik Golkar selalu lebih cerdas dibandingkan dengan PDIP yang bermental perjuangan dan oposan.
Untuk itu, maneuver Ical yang tarik-menarik di Golkar, karena sesungguhnya akhir Ical berkuasa di Golkar adalah akhir kisah Ical sebagai politikus dan juga pedagang. Konsep menggabungkan politik dan dagang ala Ical gagal total. Potret keberhasilan Setya Novanto – yang menggabungkan politik-kekuasaan dan kekuasaan-uang dan uang-pertemanan ingin dicontoh menjadi lebih besar oleh Ical namun gagal. Kenapa? Ical membangun permusuhan politik dan menciptkan faksi-faksi di dalam Golkar sehingga terpecah-pecah.
Ical pun terobsesi berkuasa seperti rezim SBY yang 100% dikuasai oleh Golkar. Potret berkuasa Golkar di rezim SBY ingin dilanjutkan dalam bentuk koalisi permanen yang ingin dijadikan alat untuk menekan dan berkuasa atas pemerintahan yang sah, persis seperti ketika Ical menguasai SBY dengan semua keputusan dilaporkan kepada Ical oleh SBY. Obsesi berkuasa lewat oposisi dengan segala persiapan lewat UU MD3, politik ugal-ugalan ala Fahri Hamzah dan Fadli Zon, dsb. dan praktik selama 1 tahun asal bebeda dengan Presiden Jokowi da nasal kritik semaunya, gagal total. Kenapa?
Karena yang dihadapi adalah Presiden Jokowi yang sama sekali bukan ayam sayur dan terkenal koppig dan tidak takut – karena tidak memiliki hutang masa lalu. Pun Presiden Jokowi mampu dengan sempurna merangkul semua kekuatan utama TNI, Polri, BIN, dan lembaga negara lain termasuk kejaksaan, serta rakyat dan media.
Kekuatan seperti itu sangat bertolak dengan Ical yang bahkan menyebut penguasa secara jelas saja tidak berani. Ical adalah potret politikus pengecut yang hanya melemparkan wacana sebagai alat untuk membuat dan meningkatkan posisinya. Posisi Ical ini diwacanakan justru akan semakin merusak Ical dan calon yang digadang oleh Ical: Setya Novanto. Setya Novanto hanya ingin dijadikan alat berkuasa Ical, sementara untuk Setya Novanto, posisi Ketua Umum Golkar diharapkan menguatkan posisi Ical dalam kasus Papa Minta Saham – yang Presiden Jokowi tengah menunggu sikap Kejaksaan Agung – agar Presiden Jokowi mundur dengan iming-iming tekanan politik dan dukungan Golkar sekaligus.
Presiden Jokowi dipastikan tetap tidak akan mendukung Setya Novanto untuk menjadi Ketum Golkar karena kelanjutan Ical. Dari internal Golkar sendiri posisi Setya Novanto sebagai Ketum Golkar akan menghancurkan nama Golkar di parlemen karena posisi Ketua DPR telah direstui oleh Presiden Jokowi.
Terkait koalisi Prabowo yang disebut Ical belum terkubur – biarkan Ical melakukan maneuver untuk menghibur diri. Tak perlu komentar panjang. Kenapa?
Kini kekuasaan sepenuhnya di Indonesia dipegang oleh Presiden Jokowi yang dekat dengan TNI, Polri, BIN dan rakyat serta media. Kekuatan Presiden Jokowi itu akan terbukti ketika the Operators menyingkirkan Ical dan akan menempatkan Ade Komaruddin sebagai Ketum Golkar yang dikehendaki oleh penguasa, the Supreme Operator yang sangat didukung oleh the Operators. Sampai detik ini semua keinginan the Operators menyingkirkan Ical, merontokkan Setya Novanto dari posisi Ketua DPR berhasil dengan sempurna.
Jadi, omongan Ical – selain menunjukkan sikap politis tak ksatria karena tak berani menyebut nama  - soal dia tidak dikehendaki memimpin Golkar memikiki implikasi politik (1) menegaskan Ical telah runtuh, (2) Setya Novanto sebagai putra mahkota Ical untuk memimpin Golkar akan disingkirkan oleh the Operators sebagai pendukung Presiden Jokowi, (3) Ade Komaruddin yang direstui oleh Presiden Jokowi akan memimpin Golkar sebagai alat menjaga politik teduh menghindari gaduh, (4) the Operators akan melaksanakan operasi dengan tujuan yang penting bukan Setya Novanto menguasai Golkar dan bukan faksi Ical di Golkar. Pernyataan Ical itu bukan produktif namun justru mengubur Ical dan Setya Novanto karena mendapatkan reaksi langsung the Operators.
Salam bahagia ala saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H