Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Politik

KPK Lemah, DWP Bungkam, Fahri Hamzah Loloskan Yudi Widiana, Budi Supriyanto Dijerat

23 Januari 2016   12:16 Diperbarui: 23 Januari 2016   12:16 1786
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Mafia dan koruptor terbesar Indonesia Muhammad Riza Chalid I Sumber Tribunnews.com"][/caption]

KPK jilid ini lemah memang makin terbukti. Damayanti Wisnu Putranti menyebut keterlibatan Yudi Widiyana dan Budi Suprianto. Unjuk kekuatan mulut Fahri Hamzah kepada KPK berbuah manis. Komisi Pencegahan Korupsi (KPK) ketakutan dengan gerakan anti KPK dari kalangan DPR dan tentangan mafia dan koruptor. Para pimpinan KPK yang menjanjikan kelemahan pemberantasan korupsi kepada DPR bertindak kontra-janji.  Maka tak mengherankan Fahri Hamzah membentak, memarahi para penyidik KPK yang akan menggeledah ruangan Yudi Widiana di Senayan. Mari kita amati sikap DWP yang ogah buka suara dengan hati gembira ria riang ria menertawai KPK yang lemah dengan bahagia pesta-pora suka-cita menari menyanyi berdansa jungkir balik senantiasa selamanya.        

Kelemahan KPK sudah sejak di DPR dalam fit and proper test. Janji para pimpinan terpilih untuk menjadikan KPK sebagai komisi pencegahan korupsi. Keterkagetan DPR terjadi ketika KPK melanjutkan sisa tugas pekerjaan KPK lama. Kaget karena praktik korupsi berjamaah yang sedang dieksekusi oleh perwakilan koruptor Damayanti Wisnu Putranti, DPR terperanjat. Yang paling mencolok terkaget-kagetnya dan tak tahan untuk diem ya Fahri Hamzah. Dengan kehebatan dan kekuatan mulut yang luar biasa, Fahri Hamzah mengusir para penyidik KPK – yang diamini oleh Pamdal DPR yang ikut-ikutan ngomong membela majikan mereka Fahri Hamzah.

Akibat dari perlawanan Fahri Hamzah ini, KPK pun tunduk dan menyingkirkan Yudi Widiana dari daftar pesakitan. Hanya Budi Supriyanto saja yang akan disasar sebagai bunga hiasan penunjuk pamer bahwa DWP tidak bertindak sendiri. Karena orang paling tolol dan tidak waras pun tahu kalau korupsi di DPR selalu dilakukan berjamaah. KPK pun telah menyebut keterlibatan orang selain DWP. Namun, akibat tekanan dari mafia dan DPR kepada KPK seperti yang dipertontonkan oleh Fahri Hamzah, KPK pun ngeper dan ketakukan. Belum lagi gerakan kekuatan mafia migas dan Petral seperti Muhammad Riza Chalid dalam melakukan perlawanan terhadap pemberantasan korupsi pun tentu membuat keder KPK sekarang. Jadi bisa dimaklumilah.

Kemampuan, kebebasan, dan kecanggihan untuk menyidik kasus termasuk melakukan penyadapan dan juga merecovery data computer, aliran komunikasi telepon, data ambilan cash di bank dan money changer, hilang dari KPK. Tunduklah KPK dengan kekuatan di luarnya, dengan bukti tidak mampu untuk mencokok Yudi Widiana dan Budi Supriyanto. Kompromi kelemahan ditunjukkan hanya dengan mencekal Budi Supriyanto dari Golkar, sementara Yudi Widiana dari partai agama PKS yang dibela Fahri Hamzah sampai berteriak-teriak tak  karuan, lolos.

Pun tawaran justice collaborator kepada Damayanti Wisnu Putranti ditampik karena DWP sudah tahu bahwa menjadi justice  collaborator dalam KPK jilid sekarang tak bermakna. Kenapa? KPK sekarang ini akan menghukum ringan para tersangka tanpa atau dengan menjadi justice collaborator.

Jadi, memang Komisi Pencegahan Korupsi (KPK) kini semakin membuktikan dirinya yang lemah. Namun hal itu bisa dimaklumi karena latar belakang mereka termasuk Agus bekas petugas pengadaan barang pemerintah. Terlebih lagi tekanan kuat mafia dan koruptor seperti abainya Damayanti Wisnu Putranti dan diamnya KPK ketika Brimob dan penyidik dihalang-halangi di DPR menunjukkan kelemahan KPK. Kini dipastikan DWP nanti akan dihukum ringan sekitar 4 tahunan dan Budi Supriyanto sekitar 2-3 tahun dengan Yudi Widiana lolos dari keterlibatan korupsi. (Catatan: Presiden Jokowi harus memerhatikan gerakan KPK yang loyo itu.)

Salam bahagia ala saya.

 

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun