Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Setya Novanto Lengser: Badai Bertiup, MKD Salah Besar Remehkan Presiden Jokowi Demi Mafia Petral

16 Desember 2015   09:47 Diperbarui: 16 Desember 2015   18:14 10870
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Setya Novanto I Sumber Kompas.com"][/caption]Pertimbangan pengambilan keputusan atas Setya Novanto mencengangkan. Hanya keajaiban yang membuat Setya Novanto bersalah. Dan keajaiban itu hanya akan muncul pada detik-detik terakhir dalam sidang jika ada perubahan sikap akibat pertimbangan rasional dan faktual. Kepentingan Setya Novanto, Golkar, PAN, mafia migas dan Petral Riza Chalid lebih menguat dan memiliki kekuatan nyata yang menyentuh langsung kepentingan anggota MKD – bukan kepentingan menegakkan aturan dan kebenaran. Mari kita tengok kisah akhir nasif Setya Novanto dengan hati gembira ria senang sentosa bahagia suka-cita merayakan lengsernya Setya Novanto dari kursi DPR dengan menari menyanyi berdansa berpesta-pora selamanya senantiasa.

Rangkaian keputusan yang sudah dirancang sejak awal untuk memenangkan Setya Novanto mengalami pembusukan, sekaligus penguatan. Aneh. Pergeseran memberikan dukungan hanya menjadi 5 menyatakan Setya Novanto bersalah secara etika dan 12 menyatakan tak bersalah sungguh menarik. Kini setelah semalam terdapat gerakan masif lobby yang sangat intens, kini badai pun bertiup untuk adanya kesempatan tunduk pada the Supreme Operator of operators of silent operation, pada akhirnya. Itupun kesempatan masih hanya 50%-50% alias 50-50.

Tekanan politik, hukum, dan publisitas yang akan mempermalukan MKD sebenarnya sudah tidak digubris dan tak diindahkan oleh para aggota MKD. Kepentingan diri dan partai menjadi simbol kemenangan dan kepentingan pribadi MKD. Berbagai tekanan dan rayuan dari mafia Petral untuk kesejahteraan jangka panjang juga bukan hal yang gampang untuk disingikirkan demi memenangkan Setya Novanto.

Maka melalui satu-satunya jalan, tekanan alternatif hukum yang diarahkan untuk tidak melihat pentingnya keputusan MKD menjadikan justru MKD kemungkinan akan berubah pkiran untuk menyalahkan Setya Novanto. Catatan pergeseran yang dilakukan oleh PAN, PDIP, PPP dan Demokrat pun tak mampu 100% mengendalikan kepentingan pribadi para anggota MKD yang sangat rentan terhadap masuk angina. Ingat, pada awal persidangan sinyalemen suap Rp 23 miliar untuk satu anggota adalah hal yang mudah dienyahkan dari otak para anggota MKD.

Dalam keputusan kasus Papa Minta Saham yang melibatkan Setya Novanto ini, maka hanya karena adanya jepitan hukum yang akan segera beraksilah yang menjadi pertimbangan yang menjadi pisau bermata dua: (1) MKD bertindak untuk menyatakan Setya Novanto bersalah dengan hukuman minimal, (2) dan MKD menantang dan cuci tangan untuk membuktikan Kejaksaan Agung mampu menghukum Setya Novanto. Itulah yang ada dalam pikiran MKD yang sangat mencengangkan.

Jadi, sampai saat ini memang ada kecenderungan lebih baik menjadi 7 lawan 10 orang, dibandingkan semalam hanya 5 lawan 12, yang menyatakan Setya Novanto bersalah secara etika. Namun demikian jika tekanan lain berhasil maka hanya akan memungkinkan bersalahnya Setya Novanto menjadi 50-50, dengan MKD menyampingkan dan meremehkan Presiden Jokowi. Akankah gerakan the Operators semalam dan beberapa jam ke depan, dan lobby dan pertimbangan dari kalangan partai-partai mampu mengubah menjadi cara lengsernya Setya Novanto? Again: langkah hukum Kejaksaan Agung menunggu dan mengarah pada kebenaran target the Operators: Setya Novanto pasti lengser.

Salam bahagia ala saya.

 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun