Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Setya Navanto Diguguh Lewat Trisula Politik, Hukum, dan “Public Relations”

11 Desember 2015   10:56 Diperbarui: 11 Desember 2015   17:47 3653
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Kepala BIN Sutiyoso I Sumber Kompas.com"][/caption]Benar. The Lame Duck Setya Novanto tak berkutik lagi. Luar biasa sepak terjang the Operators. The operators of silent operation mengguguh Setya Novanto lewat strategi tiga ujung senjata trisula: politik, hukum, dan PR alias public relations. Aksi dan reaksi kubu Setya Novanto pun terbatas hanya gembar-gembor kuno lewat Fadli Zon: kejaksaan politis, omong kosong, tidak legal, nuansa politik. Cuma itu. Mari kita bedah kecanggihan strategi the Operators dalam memaknai dan memanfaatkan kekuatan politik, hukum, dan keuatan media alias public relations dengan hati gembira dengan hati gembira ria riang senang suka-cita bahagia pesta-pora ngakak menertawai Setya Novanto yang diguguh oleh the Operators yang kini bergelar the Lame Duck itu senantiasa selamanya. 

Untuk menghadapi manusia terkuat di Indonesia yang bergelar the untouchable, mighty, and unstoppable, the Operators sejak awal langsung melangkah dengan senjata trisula: politik, hukum, dan public relations. Upaya penjalanan strategi ini harus dieksekusi dengan sempurna dengan kesadaran dan ketelitian luar biasa.

Pertama, langkah pertama yang dilakukan adalah memanfaatkan kekuatan senjata trisula sekaligus: (1) politik, (2) hukum, dan (3) public relations. Politik (1) sebagai alat dipahami oleh the Operators dengan jernih sebagai alat untuk kekuasaan dan untuk uang. Maka Fadli Zon hanya mampu berteriak kepada Kejaksaan Agung penyelidikan kasus Papa Minta Saham politis. Ya memang politis. Lalu kalau nggak politis apaan? Namanya juga DPR dan lembaga Kepresidenan juga politis.

Diyakini oleh the Operators bahwa hukum (2), hukum dalam pandangan yang jujur adalah alat bagi penguasa untuk memelihara kekuasaan politik, Makanya, jelas Presiden Jokowi tak akan mengangkat lawan politik misalnya Fadli Zon atau Fahri Hamzah sebagai jaksa agung, nanti kepentingan negara dan rakyat diabaikan misalnya dalam kasus Setya Novanto dia tak akan mengusut.. hehhehe.

Bahwa public relations (3) dan media massa digerakkan untuk melawan opini yang dibangun denngan strategi kecohan yang sengaja dibangun dan diarahkan oleh the Operators –melalui penyusupan dan espionage dan counter-espionage agar semua tanggapan Setya Novanto, Fahri Hamzah, dan Fadli Zon, serta MKD menjadi omongan dan blunder dan tertawaan rakyat banyak.

Kedua, langkah kedua yang paling penting adalah mengecoh mafia dengan mengaburkan target the silent operation. Caranya dengan membuat ketidakjelasan sikap dan perbuatan dari berbagai orang dari mulai Presiden Jokowi, Istana, Jusuf Kalla, partai, Jenderal Luhut, Sudirman Said, BIN, Kapolri, Imigrasi, dan Kejaksaan Agung dan MKD.

Ketiga, langkah ketiga adalah memberikan tugas pokok aksi kepada the Operators agar strategi dasar menjadi acuan untuk mencapai target. Target pun dibagi menjadi dua yakni target antara yakni memenangi sebanyak mungkin pertempuran intelejen dan kontra intelejen karena yang dihadapi oleh Presiden Jokowi dan dijalankan oleh the Operators adalah mafia yang memiliki uang hampir tak terbatas, agar memenangkan perang.

Dengan strategi mengguguh Setya Novanto dengan tiga trisula itu, maka semua ruang yang terlebih dulu diseterilkan sebelum kubu mafia migas dan Petral menghilangkan barang bukti yang terkait. Dengan mengecoh tiga hal itu, maka Setya Novanto dan Reza Chalid atau Riza Chalid sang mafia Petral pun tak berkutik. Terpojok karena diguguh dengan tombak trisula: hukum, politik, dan public relations. 

Kini, semua pernyataan MKD, Fadli Zon, Fahri Hamzah, dan Setya Novanto sudah tidak memiliki nilai esensial lagi karena upaya public relations mereka yang akan mengalihkan kasus gagal total. Kenapa? Semua pintu kekuatan di Kejaksaan Agung, Polri, kesatuan parpol koalisi Prabowo rontok dan tak ada yang bisa dipertaruhkan dan dianggap penting untuk memelihara Setya Novanto di pucuk dan lingkungan parpol mana pun. Setya Novanto telah menjadi the Lame Duck dan jelas dalam khasanah politik dan kekuasan tak memiliki nilai jual sama sekali.

Itulah sebabnya hanya Fadli Zon dan Fahri Hamzah yang berteriak membela namun sudah tanpa esensi karena sudah salah strategi dibanding dengan kekuatan the Operators yang memiliki semua sarana politik, hukum dan public relations yang mumpuni. (Sebenarnya mafia dan Setya Novanto memiliki kekuatan tersebut namun kalah dan dipuguh juga sampai bertekuk lutut.) Salah satu contoh hal yang luar biasa adalah upaya the Operators mengamankan bukti CCTV di Ritz Carlton dan Dharmawangsa upaya the Operators menjepit dengan strategi khusus yang menjadi bahan rebutan kedua belah pihak.

Jadi, dengan demikian Setya Novanto sudah benar-benar diseterilkan dan diisolasi geraknya dan kini beberapa hari ke depan akan muncul arahan the Operators agar para yang berkepentingan berbicara bebas, dimulai dengan Jenderal Luhut Pandjaitan hari ini, sesuka hati. Kenapa? Karena memang sejatinya the Lame Duck hanya menyisakan sedikit ruang gerak saja: menuju lengser. Sisi kekuatan itu wajar digunakan karena begitu mundur atau dimundurkan maka kasus hukum akan dengan telak mengguguh Setya Novanto. Sementara Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) pun bertindak seperti sekarang ini juga bagian dari arahan jebakan the Operators yang dimakan mentah oleh kubu mafia Petral Reza Chalid atau Riza Chalid.

Fadli Zon pun dalam hal public relations menjadi korban kecerdasan operasi espionage dan counter espionage the Operators. Fadli Zon yang membuat pernyataan misalnya (1) mengarahkan publik bahwa pertemuan itu omong kosong, bahwa pertemuan itu biasa saja, yang bertujuan untuk mengaburkan isi rekaman yang jelas sangat berbahaya dan membahayakan negara dan merusak simbol Kepresidenan Republik Indonesia dengan pencatutan nama Presiden Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla.

Jadi, pekan depan dengan kehadiran Reza Chalid atau Riza Chalid, kasus Setya Novanto akan terkuak lebar dan Setya Novanto pun akan ditetapkan sebagai tersangka. Tak ada ruang lagi untuk bermanuver sama sekali. Semua itu terjadi karena strategi mengguguh Setya Novanto dengan trisula (1) hukum, (2) politik, dan (3) public relations yang dijalankan oleh the Operators of silent operation yang mendukung Presiden Jokowi. Setya Novanto pasti lengser atau dilengserkan.

Makna guguh di KUBI: memukul (tubuh dst,), mengetuk 

Salam bahagia ala saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun