Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kasus Setya Novanto: Kepala Naga Dijepit, Perut Digelitiki Sumpit, Strategi Jokowi Lawan Mafia

9 Desember 2015   07:07 Diperbarui: 9 Desember 2015   08:11 7541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Mafia Petral dan Migas Reza Chalid I Sumber siapasiapa.wordpress.com"][/caption]Setya Novanto dipastikan akan lengser atau dilengserkan dan tinggal menghitung hari. Keputusan aneh Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) tak penting lagi dan hanya menjadi blunder Setya Novanto. Tentu perlawanan dilakukan. Namun, kasus Setya Novanto alias Papa Minta Saham menjadi trigger pintu masuk bagi Presiden Jokowi untuk melakukan perlawanan terhadap mafia baik Petral maupun lainnya. Strategi Presiden Jokowi terbaru adalah menjepit kepala naga dengan dua batang bambu, lalu mengggelitiki perut dengan sumpit. Tujuan dari strategi ini adalah agar naga muntah dan limbung dengan semua isi perut keluar. Dengan posisi limbung itu maka akan dengan mudah dicokok.

Mari kita tengok strategi unik Presiden Jokowi menjepit kepala naga dengan dua batang bambu dan menggelitiki perut dengan sumpit dengan hati gembira ria senang sentosa bahagia suka-cita pesta-pora riang menyanyi menari tertawa terbahak-bahak menertawai Setya Novanto dijepit bambu oleh Presiden Jokowi sambil perutnya digelitiki dengan lidi selamanya senantiasa tanpa jeda.

Jepitan bambu pertama yang menjepit Setya Novanto dan mafia Petral dan migas Riza Chalid adalah jepitan politik. Dari segi politik kekuatan Setya Novanto dan Riza Chalid pada awal pemerintahan sungguh kuat. Koalisi Prabowo sangat kuat dan menentukan. Maka strategi Presiden Jokowi pada awalnya hanya memetakan kekuatan tersebut. Dalam posisi politik dan hukum yang sangat kuat itu Reza Chalid atau Riza Chalid tidak mungkin untuk dijatuhkan.

Bahkan, Riza Chalid dan Setya Novanto dalam pembicaraan rekaman melakukan tekanan kepada Presiden Jokowi agar memerpanjang kontrak Freeport. Jepitan bambu kedua dari segi hukum yang menjepit Setya Novanto dan mafia Petral dan migas Riza Chalid atau Reza Chalid. Jepitan hukum ini sangat sulit dan memerlukan integritas karena faktor hakim di Indonesia yang hampir 100% adalah penganut status quo. Tak berubah dan korup adalah tantangan yang harus dihadapi oleh Presiden Jokowi.

Untuk itu, jepitan politik dan hukum menjadi strategi parallel yang harus sabar dan cerdas dengan berbagai liku. Sejak awal Presiden Jokowi sudah menyusun serangkaian strategi. Bahkan sejak awal kemenangan. Langkah pertama yang dilakukan oleh Presiden Jokowi adalah melakukan konsolidasi politik. Setelah konsolidasi politik, Presiden Jokowi mengarahkan prioritas kerja: maritim dan infrastruktur. Tantangan yang paling berat dihadapi oleh Presiden Jokowi adalah melawan para koruptor yang berencana menjatuhkan Presiden Jokowi.

Oleh karena itu, Presiden Jokowi sejak awal menunggu dan tidak reaktif terhadap semua dinamika politik. Presiden Jokowi membiarkan hal yang remeh-temeh. Kasus Facebook yang menghina Presiden Jokowi pun diselesaikan dengan pemberian maaf – meskipun Fadli Zon berteriak hendak membela. Dalam kasus ini – bahkan kasus Obor Rakyat – Presiden Jokowi tidak bersedia melaporkan kroco-kroco dan kecoa pilek Redaktur Obor Rakyat. Kenapa? Presiden Jokowi mengetahui dengan sangat baik bahwa yang berada di belakang Obor Rakyat adalah mafia yang selama 10 tahun rezim SBY menguasai migas dan Indonesia: Muhammad Reza Chalid atau Muhamamd Riza Chalid. Presiden Jokowi dengan sabar menunggu proses konsolidasi politik.

Dengan memasukkan Jenderal Luhut dan menguasai sepenuhnya pengaruh di TNI, Polri dan BIN, maka kekuatan dirasa telah cukup. Pun PDIP telah tenang dengan kekuatan di Istana yang seimbang – dengan posisi Jusuf Kalla dan Jenderal Luhut Binsar Pandjaitan bersatu padu mendukung Presiden Jokowi.

Maka rekaman yang ditemukan bulan Juni 2015 pun tidak diekspose ke publik. BIN telah memiliki rekaman itu dan Presiden Jokowi dipastikan telah mengetahuinya. Sudirman Said yang tengah melawan mafia Petral, Reza atau Riza Chalid, dengan audit Petral yang merugikan negara US $ 18 milyar atau setara dengan Rp 2,500 triliuan selama paling kurang 10 tahun masa rezim SBY, menjadi ujung tombak.

Karenanya, langkah pertama yang dilakukan oleh Presiden Jokowi adalah untuk melemparkan kasus sebagai upaya mengetahui kekuatan kawan dan lawan. Maka ketika laporan Sudirman Said ke MKD dilakukan, tampak Setya Novanto yang mengandalkan kekuatan Jusuf Kalla di Istana buru-buru berlindung di ketiak JK. Setya Novanto pun menemui JK di Istana Wapres. Selepas bertemu Setya Novanto, JK masih memberitakan dan membela Setya Novanto dengan menyatakan pertemuan itu bukan dalam kapasitas sebagai Ketua DPR.

Dari pernyataan ini, Presiden Jokowi dengan mudah mengetahui peta kekuatan bahwa Jusuf Kalla berada dalam posisi lobi antara Golkar dengan Jokowi. Untuk mengecoh Golkar dan koalisi Prabowo, maka Presiden Jokowi membiarkan Jenderal Luhut yang karib dan shohib Presiden Jokowi sejak lama untuk bermanuver. Lagi-lagi tujuannya adalah untuk mengecoh koalisi Prabowo. Tampak adanya perpecahan di Istana.

Padahal yang terjadi adalah membiarkan peta dukungan koalisi Prabowo. Terbukti belakangan Prabowo tidak memasang badan untuk menyelamatkan Setya Novanto. Rasa kebangsaan dan negarawan serta patriotism Prabowo menggelegak dan tidak mau melacurkan diri membela mafia dan pesakitan semacam Setya Novanto dan Reza atau Riza Chalid.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun