[caption caption="Rini Soemarno dan Presiden Jokowi I Sumber Kompas.com"][/caption]Serangan terhadap Menteri Rini Soemarno begitu gencar dari kalangan DPR. Ada apa? Lalu kenapa Presiden Jokowi tetap membela Menteri Rini. Apa peran Menteri Rini terkait migas dan Petral serta Pertamina? Mari kita telaah latar belakang dukungan Presiden Jokowi kepada Menteri Rini Soemarno dengan hati gembira riang sentosa bahagia suka-cita pesta-pora bernyanyi menari senantiasa selamanya.
Para partai yang memiliki anggota DPR yang terkait migas dan energi ketar-ketir. Maka para partai dengan gempita menginginkan Menteri Rini Soemarno dicopot. Alasan pencopotan itu pun absurd: antara lain kasus RJ Lino. Kegaduhan kasus mobile crane di Tanjung Priok serta-merta dikaitkan menjadi senjata bagi penyingkiran Menteri Rini, namun Presiden Jokowi tetap bergeming membela Menteri Rini.
Posisi strategis Menteri BUMN memang cocok dengan latar belakang Menteri Rini yang orang profesional. Kemampuan manajerial Rini tak diragukan lagi. Berbeda dengan Menteri Susi yang belajar dari nol, Menteri Rini adalah seorang professional yang malang melintang dengan kemampuan akademik dan bidang pekerjaan yang sangat mumpuni. Kemampuan Menteri Susi dan Menteri Rini akhirnya sama: berhasil dalam manajemen perusahaan. Menteri Susi dengan Susi Air. Menteri Rini dengan strukturisasi Astra.
Sejarah kritik terhadap Rini Soemarno adalah sejarah sepak-terjang professional. Cacuk pernah berseteru dengan Menteri Rini terkait BPPN. Menteri Rini adalah sosok yang terlahir sebagai professional di dunia industri, perdagangan, dan keuangan. Kemampuan ini melekat pula pada sosok Ari Soemarno, saudara kandung Menteri Rini.
Rini menjadi target serangan kalangan DPR karena BUMN adalah ladang basah yang bisa menguatkan pundi uang bagi politikus dan para partai. Maka ketika Menteri Rini berusaha membenahi secara professional, resistensi dalam dan luar partai dan politikus menjadi beringas. Serangan balik itu menggunakan justifikasi ala kadarnya yang penting menyalahkan dengan tujuan satu: Rini tersingkir dan mafia tetap bergentayangan.
Bersama Menteri ESDM Sudirman Said, Menteri Rini mendorong pembongkaran Petral. Pun kini pekerjaan likuidasi Petral yang terkait dengan Pertamina belum beres. Perusahaan atau unit pengganti pengadaan BBM Petral adalah Integrated Supply Chain milik Pertamina yang 100% kecuali pucuk pimpinannya adalah hampir semuanya orang bekas dan terkait Petral.
Aneka kongkalikong zaman kejayaan Petral yang dilindungi dan dipengaruhi pihak ketiga bergeming dan dicurigai tetap berada di ISC. Sudirman Said pun tak berani menyebut secara transparan pihak yang terlibat dalam permainan Petral. Namun dipastikan ada kekuatan atas yang sampai menghalangi pembubaran Petral – SBY dan Hatta Rajasa tak berani membubarkan Petral.
Kepentingan perampokan uang bernilai ribuan triliun tak bisa dibuka begitu saja. Artinya perlawanan itu muncul begitu upaya pembenahan dilakukan yang bisa menyentuh: yang berkuasa. Pengaruh kekuatan uang bisa memanfaatkan kalangan DPR dan pejabat publik – yang memang paling banyak menyuplai koruptor – untuk memecat pihak yang berani mengusik kemapanan perampokan uang negara.
Maka tak mengherankan baik dari kalangan PDIP – sebagai partai paling korup selain PKS dan Golkar – melakukan serangan kepada Menteri Rini, juga serangan akan lebih ganas muncul kepada Menteri Sudirman. Para menteri Presiden Jokowi mendapatkan serangan bertubi. Bahkan Menteri Susi yang gemilang pun mendapatkan serangan. Tak terkecuali Menteri Rini yang secara terang-terangan diminta oleh DPR agar dicopot padahal Menteri Rini memiliki kemampuan professional – seperti halya Menteri Susi – namun menghadapi resistensi yang kencang di kalangan eselon 1-3, dari selevel Dirjen dan Kepala Bagian, di kementerian dan lembaga yang dipimpin.
Faktor utama penyababnya bukan karena kinerja, atau perlindungan Menteri Rini terhadap RJ Lino – yang sesungguhnya memang harus dilindungi dalam arti sebagai bawahan Menteri Rini – namun karena adanya (1) kepentingan pihak yang merasa akan diciduk karena kasus Petral dan Migas, (2) karena Menteri Rini memiliki dan mengetahui informasi terkait Pertamina dengan sangat gamblang, (3) yang ternyata Menteri Rini menjadi ancaman bagi kalangan masa pemerintahan sebelumnya yakni selama puluhan tahun sejak zaman eyang saya Presiden Soeharto dan mencapai puncak subsidi pada zaman SBY.
Maka tak mengherankan Menteri Rini termasuk yang diincar untuk dilengserkan karena mengetahui banyak tentang Petral. Jadi, tak hanya Menteri Sudirman Said yang terancam untuk dicari titik kelemahannya, sebagai mana Menteri Rini dikaitkan dengan RJ Lino. Itu semua upaya cover-up gaya status quo yang meminjam tangan DPR untuk bersuara. Kemampuan uang mereka hampir tak terbatas untuk melakukann apapun demi status quo yang sedang dibongkar oleh Presiden Jokowi.
Dan dalam kaitan pembersihan mafia migas, posisi Menteri Rini dan Sudirman Said ada pada pusat alias episenter atau episentrum menentukan nasib (1) keuangan negara yang dirampok, dan (2) penegakan hukum untuk mengungkap kasus Petral yang melibatkan (3) para pengambil keputusan tingkat tinggi yang memengaruhi setiap kebijakan migas dan impor BBM.
Jadi, menjadi sangat jelas ketika kasus RJ Lino digunakan oleh kalangan DPR untuk menyerang Menteri Rini, bahkan juga menyerang Menteri Sudirman Said. Fakta Sudirman Said pun gagal melakukan buka-bukaan. Kenapa? Kekuatan mafia migas melibatkan pengambil keputusan. Terkait tantangan dan tentangan terhadap Menteri Rini Soemarno ini baik Presiden Jokowi maupun Ibu Mega sangat memahami dan mengerti. Maka Presiden Jokowi pun bergeming tetap memertahankan Menteri Rini.
Salam bahagia ala saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H