Itulah kedelapan kelompok pencinta siluman Presiden Jokowi yang gagal move on. Kenapa mereka gagal move on setelah hampir 9 bulan pemerintahan Presiden Jokowi berjalan dengan penguatan politik yang membuat kecut pendukung koalisi Prabowo?
Penyebab pencinta siluman Presiden Jokowi gagal move on karena kondisi pemerintahan 10 tahun SBY yang berhasil tidak melakukan pembangunan dan menghamburkan uang untuk proyek-proyek yang konsumtif dan tidak memberikan penguatan sistem dan fondasi ekonomi bagi Indonesia. Latar belakang pertama yang menghasilkan politik gaduh dan berisik yang digalang oleh Fadli Zon dan Fahri Hamzah. Fahri dan Fadli adalah pencinta siluman Presiden Jokowi nomor wahid.
Latar belakang lainnya yang kedua adalah kondisi politik yang menyertai terpilihnya Presiden Jokowi dibangun oleh dua hal. Keduanya adalah (1) keberhasilan pendukung Presiden Jokowi yakni masyarakat banyak, dan (2) kegagalan lawan politik Jokowi yakni politikus dan orang berduit pendukung status quo SBY. Para pencinta siluman Presiden Jokowi yang dipimpin oleh ahli media sosial – namun gagal memahami psikologi politik dan sosial – Noudhy Valdrino yang sudah sejak 5 tahun sebelum Pilpres sudah memersiapkan diri.
(Maka tak mengherankan para pecinta siluman Presiden Jokowi ini tetap gegap gempita melontarkan ejekan, meme, penghinaan, dan cercaan yang mendelegitimasi kepemimpinan Presiden Jokowi.) Para pecinta siluman Presiden Jokowi – yang dalam hati mengakui perubahan dilakukan Presiden Jokowi untuk kepentingan rakyat, namun karena kepentingan mereka terganggu dalam hal akses ekonomi dan pendukung status quo, maka mereka melakukan serangan balik.
Jadi, itulah bedanya antara (1) pencinta siluman Presiden Jokowi dengan p(2) encinta sesungguhnya Presiden Jokowi yang pro rakyat dan demokrasi. Anda termasuk 8 pencinta siluman Presiden Jokowi yang gagal move on? Atau …
Salam bahagia ala saya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI