Selamat tahun baru 2014 Ustadz Luthfi - begitulah biasa kami menyapanya - dan Ibu Ratu Atut. Khusus tahun ini saya menghadiahkan ucapan selamat dan sekaligus memberi nasihat kepada Ustadz Luthfi Hasan Ishaaq dan Ibu Ratu Atut tentang waktu. Ustadz Luthfi dan Ratu Atut harus tahu tentang waktu azali dan waktu Bumi agar lebih sejahtera di dalam penjara.
Apa yang Ustadz Luthfi dan Ibu Ratu Atut pahami tentang waktu Bumi menjadi jebakan kehidupan hedonis. Dipastikan jika Ustadz paham tentang waktu azali dan keabadian jiwa, bahwa hidup di dunia hanya sementara, dipastikan Ustadz tak akan mengorupsi kuota sapi pula. Ibu Ratu juga tak akan mengorupsi alkes dan juga pencucian uang.
Oleh karena itu, berikut ini saya ajarkan tentang waktu azali dan waktu Bumi agar ustadz Luthfi dan Ibu Ratu tak begitu bersedih bermuram durja menjalani hukuman di penjara. Jangan menghitung waktu. Biarkan waktu berhenti, time stands still. Dengan demikian walau sudah renta menurut manusia, yakni ketika Ustadz keluar dari penjara menurut waktu Bumi 71 tahun. Ratu Atut sekitar 68 tahun nanti ya. Mari ustadz Luthfi belajar dari aku. Juga Ibu Ratu...jangan malu. Korupsi saja nggak malu, belajar tak usah malu.
Ustadz Luthfi, Ibu Ratu, tahun baru telah datang 2014. Itulah waktu Bumi. Waktu yang ditentukan oleh peredaran benda angkasa berupa Bumi, Matahari, dan Bulan. Ketiganya adalah sumber adanya waktu yang kita kenal. Detik, menit, jam, hari, pekan, bulan, dan tahun adalah waktu temuan manusia di Bumi. Apa yang dimaksud dengan waktu azali dan waktu bumi?
Manusia menghitung pergeseran matahari dalam waktu 12 jam - rata-rata matahari bersinar dari fajar pagi sampai senja sore hari. Bayangan perhitungan matahari dalam satu titik dibagi menjadi enam, lalu diimajinasikan dikalikan empat menghasilkan waktu 24 jam. Waktu dua 24 jam itu pun adalah imajinasi manusia sendiri. Dari situlah waktu Bumi disebut sebagai waktu.
Namun sesungguhnya waktu Bumi hanyalah konsep dari manusia belaka. Waktu di Bumi ini hanyalah hasil peradaban umat manusia. Waktu di Bumi ini hanyalah waktu semu saja. Waktu yang tak mengikat pada keabadian. Waktu yang menjadi penanda kehidupan di Bumi saja, selama manusia hidup. Itulah waktu Bumi hasil peradaban manusia.
Sesungguhnya perhitungan tahun baru, tahun lama hanyalah upaya manusia menentukan titik berangkat dan titik pulang. Kelahiran anak manusia dianggap sebagai dimulianya waktu seseorang menjalani kehidupan di dunia. Maka hidup manusia dihitung berdasarkan peredaran Matahari, Bulan, dan Bumi. Oleh sebab itu maka akan ada anak berusia 1 bulan, 5 bulan, 1 tahun, 50 tahun dan seterusnya secara kehidupan di Bumi. Ciri waktu Bumi ini adalah lekang oleh masa. Dan ketika manusia meninggal dunia maka waktu Bumi berhenti seiring hancurnya tubuh manusia. Di situlah yang disebut umur hidup manusia.
Waktu azali adalah waktu abadi. Dentang waktu tercipta bagi setiap jiwa yang telah diciptakan oleh tuhan sebagai sunnatullah dimulai sejak penciptaan jiwa. Jadi setiap jiwa yang telah diciptakan oleh tuhan tidak akan berhenti dentang waktunya. Setiap jiwa yang tercipta akan memiliki waktu azali yang abadi tersebut.
Ciri waktu azali adalah dia tidak bergerak. Tak ada pergeseran waktu jiwa karena waktu azali ada dalam keabadian: konsep waktu dalam keabadian pun sebenarnya sirna. Kenapa? Karena keabadian tak mengenal pembagian waktu detik, menit, jam, hari dan seterusnya. Waktu dilayari dalam aneka peristiwa - bukan diukur oleh pergeseran dan pergerakan benda-benda seperti waktu di Bumi yang didasarkan pada perputaran dan pergerakan Matahari, Bumi dan Bulan - tergantung jenis kalendernya.
Maka sesungguhnya tak ada perubahan waktu antara kemarin sekarang dan besok atau nanti jika dilihat dari waktu abadi, waktu azali, waktu jiwa yang abadi. Keabadian jiwa disebutkan karena adanya kefanaan kehidupan di Bumi bagi setiap manusia.
Dalam konteks jiwa yang abadi, istilah waktu tak dikenal. Yang dikenal adalah peristiwa. Hal ini secara alami dialami oleh manusia purba yang mengalami peristiwa sebagai penanda kehidupan tanpa mengetahui rentang waktu. Manusia purba menandai peristiwa alam seperti banjir besar, jatuhnya meteor di Bumi, bencana alam lainnya, dengan menggambarkan di dalam gua-gua.
Maka sebenarnya, sesungguhnya perayaan Tahun Baru hanyalah perayaan ilusi manusia di Bumi. Perayaan yang sesungguhnya adalah ketika kita mau berbuat dengan memberikan tanda kehadiran kita di Bumi. Karena sesungguhnya sejak penciptaan telah terentang waktu abadi (baca: keabadian) hidup bagi setiap manusia. Penandaan detik, menit, jam, hari, pekan, bulan, tahun, windu,abad, milleneum hanyalah konsep yang ada dalam diri manusia belaka yang kebetulan terjebak dalam konsep waktu Bumi. Sedangkan ‘waktu' azali adalah dentang (waktu) keabadian jiwa manusia sejak diciptakan di alam laukhul mahfudz sana.
Selamat tahun baru 2014 dalam konsep keabadian jiwa dalam (waktu) azali.
Ustadz Luthfi dan Ibu Ratu, itulah nasihat bagi Ustadz Luthfi dan Ibu Ratu Atut. Untuk waktu Bumi, Ustadz akan memiliki 18 tahun baru di dalam bui. Khusus Ibu Ratu nanti kira-kira 15 tahun baru di dalam bui di Bumi.
Salam bahagia ala saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H